Keluarga al-Attar sedang berdoa dan menyiapkan anak-anak mereka untuk tidur di Gaza selatan ketika mereka mendengar suara keras. Api segera menyala di sekitar gubuk informal mereka, dan anak-anak mulai berteriak.
Israel kembali menggempur Gaza, dan serangan udara itu menyebabkan api berkobar pada Ahad malam, 26 Mei 2024, di sebuah kamp pengungsi di distrik Tel Al-Sultan, kota Rafah.
Para penghuni kamp yang ketakutan berlarian untuk menyelamatkan diri dari kobaran api, kata mereka yang selamat.
"Kamar kami dipenuhi pecahan peluru... Rudal atau bom seberat berton-ton menimpa seng," kata Umm Mohamed al-Attar, sambil mengamati kamp yang terdiri dari tenda-tenda dan gubuk-gubuk logam yang hancur.
"Ada seorang wanita dengan anak-anak cacat yang menjadi martir di pintu kamarnya. Apa kejahatan yang dilakukannya? ... Tetangga kami, semoga Allah mengasihaninya, sedang berdoa dan menjadi martir; otaknya tertancap di dinding."
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan 45 orang, sebagian besar wanita, anak-anak dan orang tua, tewas. Jumlah korban tersebut memicu protes dari para pemimpin dunia, dan jaksa penuntut militer tertinggi Israel menyebut serangan udara tersebut "sangat mengerikan" dan mengatakan bahwa penyelidikan sedang dilakukan.
Video: Reuters
Naskah: Tempo.co
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini