Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PONDOK Pesantren Putri Al-Ihya Ulumaddin tak jauh berbeda dibandingkan pesantren lain.
Di tempat ini, ribuan santri setiap hari memperdalam ilmu agama. Tak hanya mengajarkan ilmu agama bagi para santri. Pengasuh pesantren ini, Hanifah Muyasarah, menginisiasi pendirian rumah aman untuk perempuan korban kekerasan seksual.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami mengadvokasi tak hanya korban kekerasan seksual, tetapi kami juga advokasi korban KDRT, namun memang yang paling banyak anak-anak menjadi korban adalah kekerasan seksual," ungkap Muyasarah kepada Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rumah aman yang didirikan Muyasarah tek lepas dari gerakannya membantu seorang penyintas kekerasan seksual 16 tahun silam. Saat itu sang korban, Nadia, baru lulus kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Nadia mengalami trauma hebat akibat pemerkosaan. Berhari-hari ia disekap dan diperkosa bergantian oleh empat lelaki.
Kini keberadaan rumah aman di pesantren ini kini hanya diketahui segelintir keluarga besar pesantren demi alasan keamanan dan kerahasiaan korban.
Simak video selengkapnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo