Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

<font face=arial size=2 color=#FF9900>Riyad al-Maliki:</font><br />Reputasi Amerika Akan Rusak

10 Oktober 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DAMAI tampaknya masih jauh dari cakrawala Timur Tengah. Upaya Palestina memperoleh pengakuan sebagai anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa membentur kendala berat. Amerika Serikat, kongsi kuat Israel, yang sebetulnya juga anggota kuartet untuk mendorong perdamaian di Timur Tengah, justru memperlihatkan pilih kasih.

Dengan terang-terangan, Presiden Barack Obama mengancam akan memveto lamaran Palestina itu di Dewan Keamanan PBB. Obama mendorong Palestina kembali ke meja perundingan dengan Israel. Dalam kenyataannya, sudah lebih dari 20 tahun Palestina berunding dengan Israel—tanpa hasil.

Saat ini perundingan damai sudah terhenti hampir setahun gara-gara Israel menunjukkan sikap kepala batu: terus membangun permukiman baru di atas tanah Palestina di Tepi Barat. Tindakan itu jelas melanggar kesepakatan dalam perundingan, dan Amerika Serikat hanya menutup mata.

Kata-kata Barack Obama, yang "menjanjikan" berdirinya Negara Palestina di akhir tahun ini lewat perundingan, tak lebih dari pepesan kosong. Kegeraman pun tercetus dari Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al-Maliki: "Apakah kami harus berunding selama 20 tahun lagi dengan Israel tanpa hasil?"

Di sela pertemuan Majelis Umum PBB di New York, 22 September lalu, wartawan Tempo Victoria Sidjabat mewawancarai Riyad al-Maliki di sebuah taman kecil di depan Hotel Millennium, tak jauh dari Markas Besar PBB. Al-Maliki menjelaskan upaya gigih Palestina memperoleh pengakuan dari PBB dan rasa terima kasihnya atas dukungan Indonesia kepada negaranya.

Apa saja lobi yang sudah dilakukan Palestina untuk menjadi anggota tetap PBB?

Sampai kemarin (21 September), Presiden Abbas dan kami semua sangat kecewa dengan pernyataan Presiden Obama tentang keinginan Amerika menggunakan hak vetonya terhadap aplikasi menjadi anggota tetap PBB.

Apakah sikap Obama menyurutkan langkah Palestina?

Kami tidak berubah. Sebagai kepala negara, besok (23 September) Presiden Abbas akan berdiri dan menyampaikan aplikasi pendaftaran sebagai anggota tetap PBB, dan Sekretaris Jenderal PBB akan menerima aplikasi yang diajukan Palestina untuk dibawa ke Dewan Keamanan. Ini adalah pendekatan normal yang terbuka dan dapat dilihat semua orang. Kemudian Dewan Keamanan akan menggelar pertemuan untuk membentuk komisi kehormatan yang akan mempelajari formulir pendaftaran yang sudah diisi Palestina. Menurut aturan main di PBB, ada waktu 35 hari untuk mendiskusikan permintaan Palestina. Itu adalah waktu maksimum untuk menyimpulkan permintaan Palestina. Kami ingin mereka bekerja cepat, sehingga kesimpulan sudah dapat dibuat jauh sebelum itu.

Seberapa yakin Anda akan memperoleh dukungan dua pertiga suara anggota PBB?

Setelah berkas-berkas aplikasi rakyat Palestina ini diselidiki komisi kehormatan, Dewan Keamanan akan membuat satu resolusi. Tanpa resolusi Dewan, tidak akan mungkin permohonan Palestina dibawa ke Majelis Umum. Untuk mendapatkan resolusi, harus ada minimum dukungan sembilan suara positif, harus disetujui oleh Dewan Keamanan, yang anggotanya sembilan, tanpa veto.

Amerika sudah menyatakan akan memveto. Lalu apa taktik selanjutnya?

Dengan sangat jelas Amerika sudah mengatakan, kalau kami mendapat sembilan suara positif, mereka akan menggunakan hak vetonya. Itu berarti tidak ada jalan bagi kami untuk mendapatkan resolusi Dewan. Tanpa resolusi Dewan, tidak mungkin permohonan kami diterima semua anggota PBB atau disetujui dua pertiga anggota.

Lalu apa yang akan Anda lakukan?

Jika memang tidak ada jalan menjadi anggota tetap PBB, kami akan pulang. Kami akan mempelajari kembali semua opsi yang kami miliki dan kami akan mengambil keputusan selanjutnya. Saat ini kami memiliki beberapa pilihan, sebagaimana diusulkan oleh beberapa negara kepada kami.

Apa saja opsi yang masih bisa dilakukan?

Ada opsi sebagaimana diusulkan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy. Ada juga usul supaya Palestina mengambil posisi keanggotaan seperti Vatikan, hanya menjadi non-member state, bukan full member state. Kami hanya punya hak bicara, tapi tidak punya hak suara. Ada juga opsi lain yang belum bisa saya sampaikan saat ini.

Apa pun opsi itu, kalau Amerika sudah memveto, tidak ada yang bisa dilakukan Palestina untuk menjadi anggota tetap PBB….

Benar. Memang kami menunggu waktu saat kami melihat bagaimana Amerika memveto kami. Kalau memang demikian yang terjadi, jalan sudah tertutup di Dewan Keamanan, dan kami akan melihat opsi yang masih terbuka bagi kami.

Mana yang lebih penting, menjadi anggota penuh PBB atau melakukan pembicaraan langsung dengan Israel untuk menyelesaikan masalah di antara kedua negara, sebagaimana usul Presiden Obama?

Anda lihat sejarah: kami sudah terlibat perundingan dengan Israel lebih dari 20 tahun, berbicara dan mencoba menyelesaikan masalah selama lebih dari 20 tahun. Pembicaraan langsung dengan Israel sudah menjadi agenda kami selama ini, selama lebih dari 20 tahun. Dan Anda lihat apa hasilnya. Kami sudah melihat semua ke belakang dan belajar dari semua pengalaman kami berbicara langsung dengan Israel.

Bagaimana jika pilihan yang tersedia hanya menjadi anggota tidak penuh PBB seperti Vatikan?

Kalau kami mau menjadi anggota PBB sebagaimana keanggotaan Negara Vatikan, kami sudah dapat melakukan itu di masa lalu. Selama ini hal itu tidak kami lakukan karena kami sangat menghormati dan percaya cara penyelesaian masalah lewat perundingan langsung dengan Israel. Itu sebabnya kami sudah melibatkan diri berunding dengan Israel selama lebih dari 20 tahun!

Apakah Palestina sudah tidak percaya perundingan dengan Israel bisa mendatangkan perdamaian?

Presiden Obama mengatakan kepada kami kemarin bahwa kami, Palestina, harus melakukan perundingan kembali dengan Israel. Sampai kapan, Presiden Obama? Untuk 20 tahun yang akan datang lagi? Tanpa ada garansi apa pun dari Amerika, kami amat ragu dengan usul Amerika itu. Apa kami harus melakukan kesepakatan baru tentang apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina? Apa kami harus terus diperlakukan seperti ini? Anda lihat apa yang terjadi di Palestina saat ini. Kalau kami harus bernegosiasi dengan Israel tanpa garansi apa pun, kita tidak tahu akan ke mana penyelesaian masalah tanpa adanya bingkai waktu. Kita tidak dapat memaksa diri masuk ke sebuah petualangan baru. Kami hanya diminta melakukan petualangan baru yang benar-benar dapat menyenangkan hati Presiden Barack Obama, tanpa kami harus tahu jelas ke mana akhirnya.

Apakah sudah Anda sampaikan ke PBB soal pengalaman melakukan pembicaraan langsung dengan Israel?

Itu yang sedang kami lakukan dan kami jelaskan kepada semua negara anggota PBB. Kami jelaskan bahwa selama ini kami sudah melakukan negosiasi serius dan kami juga sudah menunjukkan keinginan baik untuk melakukan perundingan. Kami sampaikan bahwa negosiasi itu sangat penting dan harus dilakukan sampai pada beberapa level penting, di mana Israel mau menerimanya sebagai sesuatu yang serius. Selama 20 tahun terakhir, Israel tidak pernah mau menerima semua hasil negosiasi yang kami lakukan dengan serius. Mengapa kami harus berbicara dari satu perundingan ke perundingan lain hanya untuk memberikan waktu kepada Israel buat memperluas wilayahnya, membangun permukiman baru, melakukan penyerangan di tanah kami, dan mengubah kenyataan yang ada di lapangan?

Apa target Palestina dengan meminta pengakuan sebagai anggota penuh dari PBB?

Begitu mendapatkan pengakuan, kami akan melakukan negosiasi antara satu negara dan negara lain, perundingan dua negara yang sejajar, yang akan hidup berdampingan, dan Israel harus berunding dan menerima hasil negosiasi dengan lebih serius. Dengan berdirinya Negara Palestina, kondisi tentu saja akan berubah. Israel akan berunding dengan Palestina secara lebih serius. Kami akan dapat melakukan banyak hal dalam negosiasi dengan menjalankan hak kami sebagai negara resmi.

Setelah menjadi anggota PBB, Anda menganggap posisi tawar Palestina terhadap Israel akan lebih kuat?

Kami berusaha menjelaskan kepada PBB bahwa bagi Palestina sangat penting untuk melakukan negosiasi, bukan sebaliknya. Segera sesudah kami mendapatkan pengakuan sebagai sebuah negara dari PBB, langkah yang kami lakukan dengan Israel adalah kembali berunding di antara dua negara.

Kemarin Anda bertemu dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa. Apa saja saran dan dukungan yang Anda terima dari dia?

Saya menikmati pembicaraan dengan menteri luar negeri Anda. Kami berbicara sebagaimana teman dekat. Kapan saja kami bertemu, di setiap forum, kami selalu berusaha berbicara dan kami tidak pernah kehilangan kesempatan untuk bekerja bersama. Kami berusaha selalu mempertahankan koordinasi, pertukaran pandangan dan opini, di mana kami dapat saling menolong.

Indonesia menyampaikan dukungan yang konsisten kepada Palestina?

Menteri Luar Negeri Indonesia, dengan instruksi dari presiden Anda, setiap waktu selalu ingin menunjukkan bagaimana Indonesia dapat menolong Palestina. Indonesia sudah menolong Palestina di masa lalu, dan memang dapat menolong Palestina dalam banyak hal. Indonesia adalah anggota Organisasi Konferensi Islam, Nonblok, dan Ketua ASEAN. Indonesia melakukan banyak hal untuk kami yang tidak dapat kami lakukan, selalu berdiri mendukung rakyat Palestina, dan kami berterima kasih untuk itu. Ini yang membuat Indonesia begitu penting bagi Palestina.

Apa saja persisnya dukungan yang disampaikan Menteri Marty?

Menteri Marty tidak mendikte atau memaksa kami melakukan ini atau itu. Menteri Marty mengatakan Indonesia memahami semua keputusan bangsa Palestina. Indonesia akan berdiri di belakang rakyat Palestina. Dia tanya, "Sekarang apa keputusan rakyat Palestina?" Saya sampaikan, kami akan mengajukan pendaftaran sebagai anggota tetap PBB. Lalu Marty katakan, "Kami hormati itu. Kalau itu yang terbaik untuk rakyat Palestina, kami setuju dan kami dukung." Walau begitu, dia juga memberikan pandangan apa yang mungkin akan terjadi sesudah kami melakukan pendaftaran, dan apa yang harus kami pertimbangkan untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi. Ini sebuah sikap yang bagus: teman yang nyata, teman yang sulit dicari, teman yang tidak mencari harga atas suatu persahabatan, teman yang selalu berkata, "Kami akan selalu mau membantu kapan pun kamu memerlukannya."

Saat ini apakah ada tambahan negara yang mendukung keanggotaan tetap Palestina di PBB? Terakhir sudah ada 122 negara….

Sekarang kami sudah mendapat suara dari 130 negara yang mendukung didirikannya Negara Palestina. Terakhir kami baru mendapat dukungan dari dua negara Karibia yang mengakui Palestina.

Prancis, yang biasanya mendukung Palestina, belakangan berbalik. Bagaimana lobi Anda dengan anggota kuartet lain, juga Cina?

Presiden Prancis mengusulkan sebuah opsi yang akan kami pertimbangkan. Pernyataannya bukan berarti tidak mendukung Palestina sama sekali. Soal lobi dengan negara-negara lain, sebenarnya itu tiap hari kami lakukan. Kami jelaskan, kami sampaikan sikap dan pandangan, bahwa keinginan kami untuk menjadi anggota tetap PBB justru sebagai salah satu upaya untuk lebih serius bernegosiasi dengan Israel demi terciptanya perdamaian di Timur Tengah. Saya optimistis mendapat dukungan mayoritas dari negara-negara anggota PBB.

Kembali ke soal veto Amerika, bila itu harga mati Amerika untuk menjegal Palestina di Dewan Keamanan, bukankah berarti sampai kapan pun Palestina tidak dapat menjadi negara yang diakui dan memperoleh keanggotaan penuh di PBB?

Biarkan saja Amerika memakai hak itu. Itu tidak akan banyak menolong mereka. Sebaliknya, itu akan membahayakan mereka. Itu akan merusak reputasi Amerika di mata internasional, membuat kepemimpinan dan kredibilitasnya diragukan. Kapan pun mereka mau mengambil keputusan seperti itu, silakan. Biarkan mereka mengambil keputusan itu, dengan segala risikonya. Pada akhirnya, kita harus mencapai harapan kita semua. Tidak cuma mendaftarkan diri sebagai anggota di PBB, tidak cuma independensi sebagai satu negara, tapi juga mendapatkan pengakuan sebagai sebuah negara, sebagai negara yang suatu saat menjadi anggota tetap PBB. Kalau Amerika mau menolong kami, kami sangat berterima kasih. Kalau Amerika menentang, mereka harus tahu apa konsekuensi dari keputusan seperti itu.

Dr Riyad Najib al-Maliki
Tanggal lahir: 1955 Pendidikan: PhD dalam teknik sipil di American University Pekerjaan: Menteri Luar Negeri l Menteri Penerangan l Juru bicara pemerintah Palestina l Pengajar di Universitas Bir Zeit, Tepi Barat l Pemimpin LSM Panorama, yang bergerak di bidang pengembangan masyarakat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus