Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Etalase

Mesin Pencari Kotak Hitam

10 Oktober 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SECARA beruntun, September lalu, empat kecelakaan pesawat terjadi di Tanah Air. Setelah dua pesawat jatuh di Papua dan satu heli jatuh di Sumbawa, akhir September lalu giliran pesawat Casa 212-200 menghantam Pegunungan Bahorok, Sumatera Utara.

Pasca-insiden, mencari kotak hitam amatlah penting. Pasalnya, kotak ini mencatat semua kegiatan pilot, baik percakapan (cockpit voice recorder) maupun gerak pesawat terbang (flight data recorder). Rekaman itu merupakan bahan penting untuk mengevaluasi penerbangan terakhir si pesawat nahas, agar kecelakaan tidak terulang.

Nah, menemukan kotak hitam bukanlah pekerjaan gampang. Tak jarang pesawat jatuh di jurang, dasar laut, atau lereng pegunungan. Untunglah setiap kotak dilengkapi pemancar sinyal yang bekerja sampai 30 hari setelah kecelakaan. Tapi tetap saja dibutuhkan alat khusus untuk menemukan si kotak. Berikut ini beberapa di antaranya.

Towed Pinger Locator

Angkatan Laut Amerika Serikat memiliki Towed Pinger Locator yang dapat mendeteksi sinyal darurat sampai kedalaman 6.100 meter di bawah permukaan laut. Alat canggih inilah yang menemukan kotak hitam pesawat Adam Air KI-574, yang jatuh di perairan Majene, Sulawesi Barat, pada Januari 2007. Alat ini mampu mendeteksi gema sonar yang dipancarkan kotak hitam dari pesawat. Saat mencari kotak hitam Adam Air, total biaya yang dikeluarkan US$ 6 juta atau sekitar Rp 53 miliar.

Benthos DHA 151

Selain memiliki DPL-275 yang khusus didesain untuk pelacakan bawah air, Benthos memproduksi pelacak sinyal kotak hitam untuk wilayah darat. Bentuknya lumayan mini dengan berat 3,6 kilogram, disertai kabel panjang 6 meter. Daya tahan baterainya sampai 16 jam. Alat ini dilengkapi headset untuk mendengarkan sinyal. Harga minimal US$ 100 ribu atau sekitar Rp 893 juta.

Benthos DPL-275

Perusahaan Benthos asal Amerika Serikat memiliki sejumlah alat pencari dan pelacak kotak hitam dengan aneka bentuk dan spesifikasi kemampuan. Produk DPL-275 mampu menangkap sinyal kotak hitam dengan kekuatan 5-80 kilohertz dan daya jangkau 183 meter. Bentuknya mini dengan panjang hanya 27 sentimeter, diameter 11 sentimeter, dan berat 3 kilogram. Para penyelam cukup menenteng alat ini ke dalam laut untuk mencari sinyal kotak hitam. Penawaran harga secara tertutup dengan pemesanan, minimal US$ 100 ribu atau sekitar Rp 893 juta.

Sonartech SeaView400M

Produsen alat ini, perusahaan Sonartech asal Korea, dikenal punya teknologi pelacak sinyal dengan resolusi tinggi, dengan kemampuan frekuensi 400-455 kilohertz. Sistem yang dirancang untuk survei lepas pantai dan hidrografi ini dapat digunakan untuk mencari benda-benda yang jatuh ke dalam air. SeaView400M adalah desain terbaru dari alat pelacak sinyal Sonartech. Alat ini dapat dioperasikan dengan kecepatan sampai 15 knots di kedalaman 500 meter. Alat penerima transmisinya mirip laptop dengan berat 9 kilogram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus