Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Aguan punya filosofi bisnis pelan tapi pasti.
Bisnis Aguan dimulai dari kegiatan impor barang.
Aguan mempelajari kiat berbisnis dari para konglomerat, salah satunya keluarga Salim.
SUGIANTO Kusuma atau Aguan mendirikan Agung Sedayu Group, perusahaan properti yang sebagian besar proyeknya berada di sekitar pantai utara Jakarta. Belum ada angka pasti mengenai valuasi perusahaan yang didirikan Aguan pada 1971 itu. Namun skala bisnis Aguan tergambar dari keuntungan bersih PT Pantai Indah Indah Kapuk Dua Tbk pada kuartal III 2024. Perseroan mampu mencatat pendapatan bersih Rp 2,1 triliun pada periode itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aguan mula-mula berbisnis impor barang. Dalam wawancara khusus dengan Tempo di kantor pemasaran Pantai Indah Kapuk 2, Jakarta Utara, pada Selasa, 26 November 2024, Aguan bercerita, dirinya mengimpor barang apa saja yang menguntungkan. "Kami mengimpor apa saja yang bisa bikin untung," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Aguan, visi bisnis diperoleh dari pengalaman bertahun-tahun. Seperti laporan Tempo edisi Aguan Bicara, pengusaha berumur 73 tahun itu mengaku belajar dari para taipan lain di Indonesia. Salah satu konglomerat yang menjadi rujukan Aguan dalam berbisnis adalah keluarga Liem Sioe Liong atau Sudono Salim.
Apa filosofi Anda dalam berbisnis?
Slow but sure.
Pelan saja seperti ini, bagaimana kalau cepat?
Ha-ha-ha. Beda, kami enggak sembarangan ekspansi ke tempat lain. Kami konsentrasi kerjanya. Jadi kami merem juga tahu, satu meter mau bangun berapa, biayanya berapa, kami sudah mengerti. Darah dagingnya di sana. Kalau kita ke bidang lain bisa babak-belur.
Ada berapa bidang bisnis Anda?
Banyak hotel, ya memang bidang yang berdekatan.
Dari mana Anda mempelajari keterampilan berbisnis?
Itu talenta, enggak ada sekolahnya, ha-ha-ha....
Siapa mentor bisnis Anda?
Saya lebih banyak melihat orang yang punya cerita sukses. Pengusaha internasional dan nasional ada. Keluarga Salim salah satu yang saya pelajari. Ia lebih cepat jalannya dan lebih dulu. Kami sering ngobrol dan tukar pengalaman.
Anda berbisnis sejak masa Orde Baru. Apa krisis terberat yang pernah Anda lalui?
Banyak. Tidak hanya krisis moneter 1998, tapi juga devaluasi. Saya waktu itu kerja di sektor impor. Profitnya habis dengan cepat.
Apa yang Anda impor saat itu?
Kebanyakan barang. Namanya importir, kami mengimpor apa saja yang bisa bikin untung.
Anda tipe orang yang mudah percaya dengan orang?
Gampang.
Apa syarat agar mendapat kepercayaan Anda?
Feeling saja, ha-ha-ha. Kalau bicara cocok, filosofi sama, ya gampang. Betul enggak? Kita terbuka saja.