Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
DIA punya satu nama asli dan tiga nama samaran. Tapi ia hanya ingin dipanggil Hamim—salah satu nama aliasnya. ”Supaya enggak ketahuan,” katanya. Soal pentingnya punya nama palsu, ia beralasan agar hidupnya aman. ”Ketika belajar di sekolah partai di Tiongkok, saya diwajibkan memakai nama alias,” katanya. Hamim sendiri ia ambil dari nama seorang teman di Tasikmalaya, Jawa Barat. ”Sudah meninggal, saya gunakan saja nama itu, tanpa maksud apa-apa,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo