Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUDAH lima hari Maria Pavlova, 70 tahun, disiksa dingin. Oven elektrik mungil di dapur apartemennya tak sanggup mengurangi beku yang menyiksa tubuh ringkihnya yang didera rematik. Dia tak tahu sampai kapan sanggup bertahan melewati terpaan udara minus 4 derajat Celsius di Sofia, Bulgaria, tanpa mesin pemanas.
Pavlova hanya bisa merutuki Rusia, yang dianggapnya sebagai sumber derita. ”Saya kedinginan dan marah,” katanya Senin pekan lalu. Sejak Rabu dua pekan lalu, gas yang menjadi bahan bakar mesin pemanasnya berhenti mengalir. OAO Gazprom, perusahaan gas yang dikendalikan pemerintah Rusia, menyetop pasokan gas ke Bulgaria dan 17 negara lain di Eropa.
”Ini perang tanpa senjata. Rusia hanya ingin memamerkan ototnya ke dunia lewat kontrol energi,” kata Pavlova. ”Alih-alih menembakkan misilnya, mereka ingin kami membeku sampai mati.”
Tak hanya manusia, 274 spesies hewan di kebun binatang Sofia juga sengsara. Tak terkecuali gajah, kuda nil, dan badak yang berkulit tebal. Pengelola kebun binatang terpaksa mengganti gas dengan minyak untuk menyalakan pemanas kandangnya. Sesekali, mereka meminumkan teh herbal panas untuk menghangatkan tubuh monyet Afrika. ”Hanya harimau siberia yang nyaman dengan hawa dingin ini,” ujar Ivan Ivanov, Direktur Kebun Binatang Sofia.
Bibit kisruh gas antara dua bekas negara sekutu ini sebenarnya sudah ada sejak Uni Soviet bubar. Pada 1 Januari silam, seperti kejadian tiga tahun lalu, Gazprom memutus aliran gas ke Ukraina. Pangkal sengketanya selalu saja sama, yakni harga gas.
Kali ini Gazprom menghendaki harga jual gas ke Naftogaz untuk 2009 naik menjadi US$ 250 per 1.000 kubik dari semula US$ 179,5. Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin, mengatakan harga gas bagi Ukraina ini sebenarnya hanya separuh harga jual ke negara Eropa lain.
Namun Ukraina hanya bersedia membeli dengan harga US$ 201. Ukraina bahkan berencana menaikkan tarif transit gas dari Rusia ke Eropa yang melewati wilayahnya. Rusia membalasnya dengan melipatkan tawaran harga gasnya menjadi US$ 450 per 1.000 kubik. Terang saja Naftogaz menolak. Perundingan pun buntu.
Hanya sehari setelah pasokan gas disetop, Gazprom menuding Ukraina mencuri jatah gas bagi negara-negara Eropa. ”Mereka secara terbuka mengakuinya dan sama sekali tidak malu,” kata juru bicara Gazprom, Sergei Kupriyanov. Sebagai ”hukuman”, sejak 7 Januari, Gazprom memutus semua aliran gas ke Eropa yang melewati Ukraina. Padahal Gazprom memasok seperempat kebutuhan gas benua itu. Penduduk Bulgaria, Slovakia, dan 16 negara lainnya terpaksa melewati musim dingin tanpa mesin pemanas.
Ahad pekan lalu, Rusia, Ukraina, dan Uni Eropa sebenarnya sudah bersepakat dalam hal pemantauan penyaluran gas. Perdana Menteri Putin pun sudah memerintahkan bos Gazprom, Alexei Miller, membuka kembali keran gas ke Eropa. Dan, menurut Miller, mereka sudah kembali memompa gas ke Eropa sejak Selasa pekan lalu.
Namun Presiden Uni Eropa, Jose Manuel Barroso, mengatakan pipa gas mereka masih kosong. Kupriyanov kembali menuding Ukraina telah menyabot pasokan gas bagi Eropa. Dubyna, Presiden Direktur Naftogaz Ukraina, balas menuding Gazprom sengaja menyesatkan aliran gas.
Ukrania sepertinya masih punya napas cukup panjang untuk adu otot dengan Rusia. Menurut Dubyna, mereka masih punya cadangan 16,5 juta kubik. Stok gas itu cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik Ukraina selama dua bulan. Apalagi, akibat didera krisis ekonomi, industri Ukraina tahun ini tak lagi menyedot gas sebanyak pada 2008.
Sikap ”keras kepala” Ukraina rupanya membuat jengkel Rusia. Wakil Presiden Direktur Gazprom, Alexander Ivanovich Medvedev, menuding ada tangan lain yang mengendalikan sikap Ukraina. ”Sepertinya... mereka menari mengikuti musik yang diorkestrasi tidak di Kiev (ibu kota Ukraina), melainkan di negara lain,” katanya. Telunjuk Medvedev mengarah ke Amerika Serikat.
Bulan lalu, Ukraina dan AS menandatangani kesepakatan kerja sama strategis. Salah satunya dalam hal penyaluran gas. Menurut Medvedev, kesepakatan itu benar-benar aneh. ”Ukraina kan tidak memproduksi gas,” katanya. Kontan saja Amerika Serikat membantah. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Sean McCormack, mengatakan tudingan Medve-dev, ”Sepenuhnya tak berdasar.”
Tinggal sekarang negara-negara Eropa yang mulai jengkel melihat ulah Rusia dan juga Ukraina. Bahkan Barroso mempersilakan perusahaan-perusahaan Eropa yang merugi akibat mampetnya gas menuntut Rusia dan Ukraina.
Sapto Pradityo (BBC, Reuters, New York Times, Guardian)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo