Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Wali Kota Jakarta Utara Sigit Wijatmoko menyebut, pihaknya tidak lamban dalam menindaklanjuti persoalan asap pembakaran arang yang mengganggu warga setempat terkait kualitas udara yang memburuk.
Asap pembakaran ini terbang hingga areal SDN Cilincing 07 Pagi hingga diduga membuat salah satu guru menderita pneumonia akut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Sekali lagi ini bukan karena lambatnya respon Pemprov. Fokus kita adalah bagaimana memberikan solusi yang tepat dan lebih permanen dengan tetap memperhatikan ekosistem industri dimaksud," kata Sigit saat dihubungi, Jumat malam, 13 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut dia, lurah dan camat Cilincing sebelumnya beberapa kali berdialog dengan pemilik rumah industri pembakaran arang dan aluminium untuk menyelesaikan persoalan asap. Mereka pernah menyepakati agar rumah industri menyediakan cerobong sehingga asap membubung dan tak mengganggu warga sekitar. Pemerintah juga meminta metode pengolahan arang dibuat dengan cara modern.
Akan tetapi, para pengusaha kemudian meningkatkan kapasitas produksi arang. Hal ini seiring dengan perkembangan wilayah yang penduduknya semakin bertambah. Selain itu, Sigit melanjutkan, permintaan kebutuhan arang dari restoran dan pedagang kaki lima kian meningkat.
Alhasil, aktivitas pembakaran masih dilakukan hingga kini. Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara mencatat terdapat 23 rumah industri pembakaran arang dan dua rumah industri pembakaran aluminium.
"Hal ini yang bisa berdampak pada penurunan kualitas lingkungan," ujar Sigit.
Sebelumnya, guru SDN Cilincing 07 Pagi Jakarta Utara menunggu pemerintah DKI Jakarta menyelesaikan persoalan asap pembakaran arang dan aluminium yang meresahkan sejak lama.
Wakil Kepala Sekolah SDN Cilincing 07 Pagi, Rohyati Farunasari, mengatakan pihaknya telah bersurat ke pemerintah sejak beberapa tahun lalu tapi tak ada tindaklanjut apapun. Bahkan, salah satu guru bernama Saefudin menderita pneumonia akut diduga karena menghirup asap pembakaran tersebut.
Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara mencatat data pengukuran kualitas udara di sekitaran lokasi pembakaran pada 25-26 Mei 2016. Pengukuran dilakukan di empat titik, yakni SDN Cilincing 07 Pagi, sawah dekat sekolah, area TPU Semper, dan akses jalan TPU Semper.
Hasil pemantauan kualitas udara itu menunjukkan nitrogen dioksida (NO2) di sekolah berada di bawah standar baku mutu. Sementara parameter NO2 di tiga lokasi lainnya melebihi baku mutu. Data Sudin LH Jakut memperlihatkan paparan NO2 dengan kadar 5 PPM selama 10 menit menyebabkan manusia sulit bernapas. Kepala Sudin LH Jakut Slamet Riyadi menyatakan ditemukan juga kadar hidrogen sulfida (H2S) yang melebihi baku mutu dan mengganggu kenyamanan lingkungan.
"Waktu 2016 pernah ada pengaduan semacam ini juga. Pada 2016 saya masih menjadi Kasudin Kebersihan sehingga saya tidak memonitor tindak lanjut hasil pengukuran kualitas udara tersebut karena bukan kewenangan saya tapi menjadi domain Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD)," jelas Slamet.