Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

BAB Sembarangan, Warga Kampung Ini Ditawari Kredit Toilet

Rumah dengan kakus dan kamar mandi adalah hal baru di kampung ini dan menjadikan Hari Toilet Dunia yang jatuh pada hari ini, 19 November, bermakna.

19 November 2018 | 09.07 WIB

Model bilik kakus yang beratap di atas kali atau sungai yang lebih dikenal sebagai "helikopter"  masih marak di Desa Sangiang, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang yang masih memiliki kebiasan buang air besar di sungai. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Perbesar
Model bilik kakus yang beratap di atas kali atau sungai yang lebih dikenal sebagai "helikopter" masih marak di Desa Sangiang, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang yang masih memiliki kebiasan buang air besar di sungai. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Tangerang - Saroh, 48 tahun, bangga menunjukkan toilet di sudut belakang rumahnya. Kakus dan kamar mandi di rumah adalah hal baru dalam kehidupan keluarga Saroh dan menjadikan Hari Toilet Dunia yang jatuh pada hari ini, 19 November, masih bermakna.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sudah puluhan tahun tinggal di sini baru sekarang bisa punya WC dan kamar mandi sendiri," ujarnya saat Tempo berkunjung ke rumahnya di Kampung Kongsor, RT 002 RW 003, Desa Sangiang, Sepatan, Kabupaten Tangerang, Sabtu 17 November 2018.

Kamar mandi yang dimiliki Saroh berukuran sekitar 2x2 meter, berlantai keramik putih dan berdinding hijau. Di dalamnya terdapat sebuah kakus dan ruangan untuk mandi dan cuci. Adapun septictank berada di antara dapur dan kamar mandi itu.

Warga Kampung Kelor, Desa Kelor, Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang menunjukan toilet umum satu satunya yang mereka gunakan untuk buang air besar. Karena minim fasilitas sanitasi, di kampung ini masih melakukan buang air besar sembarangan di kebun dan di Kali. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO

Menurut Saroh, kamar mandi plus toilet itu baru sekitar satu bulan yang lalu dibangun dan baru saja digunakan. Paket toilet ini dibangun setelah Saroh menjadi anggota Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia ( KSBMI).

Koperasi itu membuka layanan simpan pinjam di Sepatan sejak 2014 dan melayani warga yang sebagian besar tidak mempunyai toilet. "Saya pinjam Rp 5 juta dan bisa dicicil selama dua tahun, Rp 20 ribu per minggu" kata Saroh.

Saroh kini lega, setelah mempunyai toilet dan kamar mandi, ia berenam bersama anak gadis dan cucunya sudah tidak lagi ke kebun kosong atau sungai seperti selama ini ia dan warga sekitar lakukan. Mereka hidup tanpa toilet sejak 1982.

"Selama ini untuk buang air besar di kali atau di kebun, kalau mandi dan cuci juga di kali," katanya.

Toilet menjadi barang yang langka sekalipun penduduk hidup berkecukupan dengan rumah-rumah yang permanen. Untuk urusan buang hajat mereka lebih suka di kebun, kali atau sungai. Tak heran jika puluhan bilik kakus yang terbuat dari kain, terpal dan seng berjejer di atas kali dekat kampung itu.

Bilik kakus buatan diatas kali atau sungai yang lebih dikenal sebagai “helikopter” masih marak di Desa Sangiang, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang yang masih memiliki kebiasan buang air besar di sungai. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO

Manager KCP Sepatan Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia, Muhamad Kurtubi, mengatakan masih banyak warga Kampung Kongsor BAB sembarangan tempat. Dia mencatat, dari 320 anggota Koperasi Syariah BMI, baru 20 rumah yang memiliki toilet dengan cara mencicil.

"Memang sulit untuk mengubah prilaku dan pola pikir mereka, butuh waktu dan kesabaran," kata Kurtubi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus