Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pasar aset kripto tersentak ambruknya harga koin digital setelah rentetan lonjakan perdagangan sejak 2021.
Ekosistem aset kripto di Indonesia yang menggeliat.
Risiko tinggi di mata otoritas keuangan.
DI pasar modal, ketika harga-harga saham sedang jatuh, yang biasa dilakukan investor pemula adalah segera menjual koleksi sahamnya. Strategi itu bertujuan menghindari kerugian lebih besar. Tapi, bagi investor kawakan, momen kejatuhan harga malah menjadi ajang memborong saham.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Begitu pula yang terjadi di pasar kripto yang kini tengah dipenuhi kejatuhan harga sejumlah aset ternama. Sebagian pemilik aset kripto—di Indonesia totalnya mencapai 5,6 juta orang—memilih aksi jual. Sebagian lain yang berkantong tebal justru menyerok kripto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun Irwan Bajang memilih strategi bertahan. Penyair sekaligus pengusaha yang tinggal di Yogyakarta ini tidak menjual, tidak pula membeli koin kripto. “Masih ada (setara) Rp 10-an juta di pasar. Untuk memantau pasar saja itu,” kata Irwan pada Jumat, 21 Mei lalu.
Irwan tergolong beruntung. Dua hari sebelum Lebaran lalu, dia sudah menguangkan sebagian besar koleksi kriptonya seperti binance coin, ethereum, dan uniswap. Sebagian kecil berupa polkadot, cardano, ethereum classic, dan bitcoin cash.
Selain karena ada kebutuhan untuk tunjangan hari raya, Irwan yakin harga kripto biasanya jatuh pada hari besar keagamaan atau kebudayaan di seluruh dunia. Seperti fenomena kejatuhan harga kripto setiap Imlek. “Orang banyak menarik duit. Saat Idul Fitri pasti akan turun juga. Belajar dari beberapa teman dan artikel, lebih baik mundur dari pasar dulu,” ucap Irwan.
Tepat pada Idul Fitri, 13 Mei 2021, atau sehari sebelumnya waktu Amerika Serikat, rentetan kejatuhan harga kripto dimulai. Elon Musk, Chief Executive Officer Tesla Inc, mengumumkan di akun Twitter-nya bahwa perusahaannya yang mengembangkan mobil listrik terkemuka asal Amerika Serikat itu telah menangguhkan kebijakan perusahaan menerima bitcoin sebagai alat pembayaran dalam pembelian Tesla.
Kebijakan itu diambil karena Tesla merasa khawatir akan peningkatan pesat konsumsi listrik berbahan bahan bakar fosil—terutama batu bara—dalam rantai proses penambangan dan transaksi bitcoin. “Mata uang kripto adalah ide bagus di banyak level dan kami percaya ini punya masa depan yang menjanjikan, tapi tidak boleh merugikan lingkungan,” bunyi pernyataan yang dicuitkan Elon Musk.
Teorinya, bitcoin dicetak melalui pemecahan teka-teki komputer yang makin rumit dalam teknologi blockchain—sistem penyimpanan data berupa sejumlah blok yang saling terhubung oleh kriptografi. Proses memecahkan soal matematika yang disebut dengan menambang (mining) ini membutuhkan daya komputasi yang besar. Penambang yang sukses mendapat koin bitcoin.
Bitcoin telah mengumumkan koin yang akan dicetak maksimal sebanyak 21 juta. Kini sudah ada 18,7 juta koin tertambang. Di seluruh dunia, penambangan sisa 2,3 juta koin bitcoin menjadi perlombaan gila-gilaan dan menyedot konsumsi listrik yang luar biasa.
Dikutip dari The Guardian, Cambridge’s Centre for Alternative Finances memperkirakan konsumsi listrik untuk penambangan dan transaksi bitcoin mencapai 115 terawatt-jam (tWh) per tahun. Satu transaksi bitcoin memiliki jejak karbon yang sama dengan 680 ribu transaksi Visa atau 51.210 jam menonton YouTube.
Riset lain menyebutkan konsumsi listrik rantai bisnis bitcoin sudah mencapai 121,36 tWh, lebih tinggi dari konsumsi listrik Argentina, Belanda, dan Uni Emirat Arab. Sebanyak 65 persen penambangan bitcoin diperkirakan berlangsung di Cina, yang bergantung pada sumber energi tidak terbarukan. Sebanyak 58 persen kebutuhan listrik Cina berasal dari pembangkit batu bara.
Pada 12 Mei 2021, harga bitcoin masih US$ 56.928. Sehari setelahnya, gara-gara kicauan Elon Musk tersebut, harga bitcoin langsung longsor menjadi US$ 50.004 per koin. Kejatuhan harga bitcoin tak berhenti. Sempat naik, harga bitcoin hingga Sabtu siang, 22 Mei lalu, tercatat di kisaran US$ 37.339. Makanya pemilik bitcoin hari-hari ini seperti berada di atas kereta luncur yang sedang menurun dan belum tahu kapan lagi akan bertemu dengan tanjakan.
Rontoknya bitcoin mempengaruhi pasar aset kripto global. Harga koin digital alternatif ikut terseret kejatuhan bitcoin, yang mendominasi kapitalisasi pasar aset kripto. Nilai ethereum yang sempat mencapai US$ 4.295 per koin pada 12 Mei lalu, misalnya, tinggal US$ 2.266 per koin pada Sabtu siang, 22 Mei. Demikian pula XRP (Ripple), yang harganya terjerembap di bawah US$ 1, tepatnya US$ 0,946515 per koin.
Elon Musk hari-hari ini menjadi “setan jahat” bagi para pemilik koin kripto. Beberapa pegiat kripto yang kesal sampai meluncurkan stopelon, koin kripto untuk melawan sang taipan yang dianggap memanipulasi harga kripto.
Adapun kanal YouTube Republik Rupiah menduga sikap Tesla itu dipicu usaha mereka yang ingin mendapat pengakuan dari pemerintah dengan menjadi perusahaan bertenaga hijau dan bersih. Kanal ini juga menuding ada sejumlah taipan yang sengaja meniupkan isu negatif kripto agar bisa menyerok koin-koin itu dengan harga miring.
Republik Rupiah adalah salah satu rujukan bagi para pemain kripto di Indonesia. Irwan Bajang, yang tak pernah menjadi investor di pasar modal, juga belajar tentang investasi kripto di kanal ini.
Elon Musk, suka atau tidak, adalah pemengaruh besar aset kripto. Pada awal Mei lalu, Musk mengumumkan rencananya berbicara tentang dogecoin dalam Saturday Night Live di stasiun televisi Amerika Serikat. Saat pengumuman itu, harga dogecoin masih US$ 0,58084. Beberapa hari kemudian, harganya naik menjadi US$ 0,7—meski per 22 Mei 2021 ikut ambles ke level US$ 0,324.
Musk pula sebenarnya yang sempat melambungkan harga bitcoin. Pada 8 Februari lalu, dia mengumumkan bahwa Tesla akan menerima “mamaknya” uang kripto itu sebagai alat pembayaran dalam pembelian mobil listrik Tesla. Pada hari yang sama, dia menyatakan perusahaan akan memborong bitcoin setara dengan US$ 1,5 miliar. Pengumuman itu membuat harga bitcoin melambung menjadi US$ 50 ribu per koin untuk pertama kalinya.
•••
DITOLAK bank sentral, juga dicibir pelaku pasar modal, tapi gelombang perdagangan aset kripto tak bisa dibendung di seluruh dunia. Begitu pula di Indonesia. Bitcoin, yang digandrungi sejak 2015, sempat diterima menjadi alat pembayaran di sejumlah gerai kopi dan penginapan di Bali. “Dulu masih menerima buat sistem pembayaran. Karena masih abu-abu,” kata Teguh Kurniawan Harmanda, Chief Executive Officer Toko Crypto, Kamis, 20 Mei lalu. Toko Crypto adalah satu di antara 13 marketplace kripto yang telah terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)—badan di bawah Kementerian Perdagangan.
Pada 2017, Bank Indonesia melarang penyelenggara layanan teknologi keuangan (fintech), e-commerce, dan lembaga jasa keuangan konvensional memfasilitasi transaksi menggunakan digital currency. Namun transaksi kripto tetap merajalela, seperti karakternya yang tanpa sekat dan hanya membutuhkan jaringan Internet.
Didiskusikan sejak awal 2018, jalan keluar untuk mengatur perdagangan kripto akhirnya ditemukan pada September tahun yang sama. Sejumlah kementerian dan lembaga, seperti Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Narkotika Nasional (BNN), dan Badan Intelijen Negara (BIN), sepakat mengatur perdagangan tersebut. Kripto dikelompokkan dalam komoditas, bukan mata uang, bukan pula instrumen investasi. “Jadi tidak sekonyong-konyong (diatur Bappebti),” tutur Kepala Bappebti Indrasari Wisnu Wardana di kantornya pada Kamis, 20 Mei lalu.
Saat itu, menurut Wisnu, sejumlah lembaga, terutama BNN dan BIN, khawatir terhadap perdagangan kripto. Jika dibiarkan bebas dan anonim, perdagangan kripto bisa menjadi wahana empuk buat mentransfer pendanaan tindak pidana, seperti perdagangan narkotik dan terorisme.
Kasus serupa terjadi ketika Ross Ulbricht, pemilik pasar gelap online Silk Road yang memperdagangkan narkotik, senjata, hingga pembunuh bayaran, mencuci hasil bisnisnya ke aset kripto. Saat menangkap Ulbricht pada 2013, yang kini telah dipenjara seumur hidup di Amerika Serikat, Biro Penyelidik Federal (FBI) hanya menemukan sebagian kecil aset kripto yang masih dia pegang. Barulah pada 2020 FBI berhasil melacak aset kripto Ulbricht yang rupanya telah dicuri oleh hacker yang diidentifikasi sebagai Individual X. Nilainya mencapai 70 ribu bitcoin atau setara dengan US$ 1 miliar.
Sementara itu, di Indonesia, belakangan Kejaksaan Agung juga menemukan adanya pembelanjaan aset kripto berupa bitcoin oleh salah satu tersangka korupsi PT Asabri (Persero), Jimmy Sutopo. Jimmy, Direktur PT Jakarta Emiten Investor Relationship, dijerat dalam kasus dugaan pencucian uang.
Menurut Wisnu, BNN sudah mencium adanya indikasi perdagangan narkotik yang turut menggunakan transaksi kripto di Indonesia. Dengan aneka pertimbangan itu, pemerintah akhirnya sepakat mengatur perdagangan kripto. Semua pedagang kripto harus terdaftar. Dengan begitu, pemerintah bisa setiap saat meminta profil pemilik akun yang ditengarai melakukan transaksi mencurigakan. Selain itu, regulasi diperlukan untuk menjamin uang yang ditanam pengguna lewat dompet digital di marketplace aman. “Kalau tetap ilegal dan terjadi sesuatu, enggak diatur, bisa jadi dibawa lari duitnya,” ujar Wisnu.
Walau begitu, urusan keputusan nasabah atau pemilik uang untuk membeli kripto, baik soal tempat maupun nilainya, tetap menjadi risiko “penumpang”. Bappebti, Wisnu mengingatkan, hanya mengatur pedagang yang boleh berjualan, aset kripto yang bisa diperdagangkan, serta kewajiban bagi pedagang atau marketplace mencantumkan disclaimer. “Bahwa ini investasi berisiko tinggi,” ucap Wisnu tentang disclaimer yang dipersyaratkan.
Sebagian pedagang kripto telah memenuhi kewajiban itu, termasuk memajang disclaimer di situs mereka—walaupun ukurannya mini dan ditaruh di bagian paling bawah. “Perdagangan bitcoin atau aset kripto lain memiliki peluang dan risiko tinggi. Satu jam bisa untung 100 persen, satu jam kemudian bisa turun 500 persen,” kata Teguh Kurniawan dari Toko Crypto. “Pastikan pertimbangnya matang sebelum membeli atau menjual aset.”
PT Indodax Nasional Indonesia, marketplace aset kripto lain, mencantumkan disclaimer serupa. Indodax kini tercatat sebagai pedagang kripto terbesar di Indonesia dengan jumlah pengguna mencapai 3,5 juta, naik dibanding pada tahun lalu yang baru sebanyak 2 juta. “Kenaikan ini terjadi karena orang-orang ingin berinvestasi di aset kripto. Ini karena kenaikan harga bitcoin dan koin alternatif yang mengalami kenaikan harga fantastis,” tutur Oscar Darmawan, CEO Indodax, lewat jawaban tertulis, Jumat, 21 Mei lalu.
Lompatan luar biasa itu rupanya baru terjadi mulai awal 2021. Sepanjang tahun lalu, total volume transaksi perdagangan kripto dari para pedagang yang tercatat di Bappebti baru senilai Rp 64 triliun. Tahun ini, hanya dalam empat bulan pertama, volumenya sudah mencapai Rp 237 triliun. Transaksi itu berasal dari 5,6 juta akun yang tercatat, belum mencakup akun yang bertransaksi di marketplace global seperti Binance.
Bertahun-tahun, ada banyak cerita bombastis tentang keuntungan para pemainnya. Seperti pengalaman Irwan Bajang, yang membeli 10 binance coin dengan harga Rp 6 juta, lalu melepas koin itu seharga Rp 12 juta dua hari kemudian. Pernah juga dia melakukan top up Rp 30-40 juta. Ketika harga koin yang dia beli melompat, aset itu ia lepas sehingga bisa meraup hingga Rp 80-100 juta. Irwan mengaku kepincut bermain kripto setelah dikompori temannya yang berhasil membeli tanah di sebuah pantai di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dari hasil jual-beli bitcoin.
Zaim Rofiqi, yang juga penulis, punya pengalaman serupa. Jika ditotal, sejak terjun ke perdagangan kripto pada 2017, Zaim telah mengumpulkan keuntungan hingga ratusan juta rupiah. “Tapi kan sebagian sudah diambil buat dapur. Beli beras dan lain-lain,” ujarnya.
Dari cerita-cerita manis ini kemudian muncul rantai bisnis lain. Sejak awal 2021, misalnya, Kurnia Bijaksana dan Arya Samudra mendirikan CFund, manajer investasi yang bergerak di aset kripto. Namun, karena belum ada aturan tentang manajer investasi jenis ini, dan Bappebti masih mendiskusikan pengaturan tersebut, mereka beroperasi secara tertutup.
Secara tertutup yang dimaksud adalah mereka hanya mau mengelola dana dari kawan-kawan dan keluarga. “Sekarang dana kelolaan kami sudah masuk ke US$ 1 juta,” ucap Arya, Chief Revenue Officer CFund, Sabtu, 22 Mei lalu. Setiap investor, Arya menjelaskan, minimal menaruh Rp 50 juta. “Overall imbal hasilnya masih positif, 5-6 persen per bulan.”
•••
SEMENTARA pedagang kripto dan pemainnya melihat perkembangan bitcoin dan koin alternatif sebagai peluang emas mendulang kekayaan, tidak begitu bagi pemerintah dan otoritas keuangan. Ketua Tim Satuan Tugas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan Tongam Lumban Tobing menyebut kripto bukan bagian dari instrumen investasi. Harganya sangat fluktuatif. “Walaupun sekarang sedang viral, jangan sampai ikut-ikutan menganggap ini investasi,” ujar Tongam pada Kamis, 20 Mei lalu.
Tongam khawatir banyak orang yang tergiur janji keuntungan sampai berutang untuk mengoleksi kripto. Masyarakat, kata Tongam, perlu dididik agar mengetahui risiko kripto. “Ini tidak ada wujudnya. Tidak ada regulasinya. Tidak dijamin keamanannya,” tuturnya. “Bisa suatu saat menjadi berlian, suatu saat menjadi abu.”
Peneliti pasar modal, Poltak Hotradero, yang sempat mendalami operasi binance, mengatakan hal yang sama. Menurut Poltak, tidak ada metode yang pasti untuk mengukur nilai sebuah koin tersebut. Publik hanya bisa membaca whitepaper yang biasa dipublikasikan pemilik ide tentang mekanisme dan tujuan pembuatan koin. “Kalau misalnya saham atau obligasi, mahal atau murah, tinggal lihat laporan keuangannya, lalu dibandingkan dengan sejenisnya,” kata Poltak pada Jumat, 21 Mei lalu. “Kalau kripto harus baca apa? Enggak ada yang bisa dibaca. Masak, itu investasi? Itu spekulasi.”
Poltak juga menyoroti soal begitu mudahnya orang menciptakan koin alternatif. Saat ini ada 9.000-an koin yang beredar di dunia. Setiap orang bisa membuatnya. Ada yang benar-benar punya daya guna, tapi tidak sedikit yang sekadar koin biasa. Semuanya hanya berada di ranah digital yang memanfaatkan teknologi blockchain, terutama dari bitcoin.
Dikutip dari Invest in Blockchain dan Investopedia, dari 100 koin kripto teratas di dunia, tidak sampai separuhnya yang benar-benar punya kegunaan. Beberapa di antaranya yang punya daya guna adalah basic attention token, yang bisa digunakan untuk mengakses Brave Browser, mesin peramban dengan 7 juta pengguna yang menawarkan keamanan, privasi, dan kemampuan menangkal pelacakan. Ada juga siacoin, yang bisa digunakan untuk mengakses penyimpanan awan mereka.
Kehampaan guna sejumlah koin kripto ini diakui oleh Teguh Kurniawan Harmanda, bos Toko Crypto. Dia bahkan mengakui salah satu koin yang tak punya daya guna itu adalah dogecoin, kripto yang sempat “dipompa” oleh Elon Musk. “Sorry to say, itu shit coin. Enggak ada utility-nya, enggak ada kegunaanya. Hanya beneran token ‘gorengan’,” ujar Teguh. “Tapi, karena peminatnya banyak banget di Indonesia, ya sudah, kami listing (sediakan) juga.”
Merujuk pada aturan Bappebti, saat ini terdapat 229 koin yang bisa dijual di Indonesia. Ratusan koin alternatif lain masih antre masuk ke daftar. Ada juga jutaan “investor” yang masih menganggap koin-koin itu masih dan akan tetap bernilai.
KHAIRUL ANAM, RETNO SULISTYOWATI, AISHA SAIDRA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo