Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Teri di Pasar Uang Digital

Mata uang kripto kian gencar diperdagangkan di pasar online di Indonesia. Ada yang untung, ada pula yang buntung.

22 Mei 2021 | 00.00 WIB

Pemain aset kripto mematau pergerakan Bitcoin di layar komputer dan telepon seluler di sebuah cafe di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Pemain aset kripto mematau pergerakan Bitcoin di layar komputer dan telepon seluler di sebuah cafe di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Mata uang kripto semakin gencar diperdagangkan di Indonesia.

  • Cuitan Elon Musk mempengaruhi pergerakan harga uang kripto.

  • Sastrawan Zaim Rofiqi berbagi tip bermain uang kripto.

DENGAN hati masygul, Mukhtar Juned memelototi pergerakan harga koin di Indodax, pasar online mata uang kripto, hingga Jumat tengah malam, 21 Mei lalu. Karyawan badan usaha milik negara di Aceh itu punya 126 jenis token. “Posisi malam ini merah semua,” kata Mukhtar. Ia mengirimkan tangkapan layar melalui WhatsApp, menunjukkan nilai asetnya yang menyusut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pasar mata uang kripto anjlok sejak pertengahan April lalu, setelah merebak isu tentang rencana pemerintah Amerika Serikat menindak lembaga keuangan yang melakukan pencucian uang menggunakan cryptocurrency. Nilai mata uang digital terpopuler di dunia, bitcoin, misalnya, terjun bebas ke posisi US$ 52.148,98 (setara dengan Rp 756 juta) per koin pada 18 April lalu. Padahal empat hari sebelumnya harganya mencapai level tertinggi, di atas US$ 64.800 (sekitar Rp 940 juta) per koin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Harganya sempat terkerek oleh cuitan bos Tesla, Elon Musk, yang membuka kemungkinan mobil listrik Tesla dibeli dengan bitcoin. Tapi cuitan Musk pula, beberapa hari kemudian, yang membikin nilai koin kripto terperosok, bahkan lebih dalam. Perusahaannya menangguhkan pembelian kendaraan menggunakan bitcoin karena alasan lingkungan. “Naik gara-gara Elon Musk, tapi dia pula yang ngacoin,” tutur Mukhtar, geram.

Warganet pun beramai-ramai merisak Musk di media sosial. Mukhtar ikut-ikutan mencuit. “Saya bilang, sekarang Anda senang banyak orang kehilangan. Suatu saat Anda akan merasakan bagaimana rasanya kehilangan.”

Bukan itu saja yang membikin Mukhtar sakit hati terhadap Musk. Ia juga merasa dijebak karena telah memasang deposit hingga Rp 10 juta untuk koin shiba inu (SHIB), mata uang kripto yang baru beredar pada Agustus 2020. Lagi-lagi cuitan Musk di Twitter yang menyeret dia dan para penggila aset digital lain. Pada Jumat dinihari, 7 Mei lalu, Musk menyeletuk, "I'm looking for a shiba pup!"

Pernyataan itu sebenarnya merespons Hiro Mizuno, bekas Direktur Independen Tesla, yang menyentil pemain koin shiba yang memperdagangkannya untuk jangka pendek. Menurut Mizuno, hal serupa tak bisa dilakukan terhadap anjing Shiba, yang ia nilai ramah kepada manusia.

Cuitan Musk ditafsirkan para pemburu mata uang kripto dengan memborong token shiba. “Semua orang lari ke sana,” Mukhtar berkisah. Ia sendiri membelinya pada harga US$ 0,00003 (sekitar Rp 0,431) per koin. Malah beberapa kawannya “kulakan” saat harga aset itu telah merangkak di posisi US$ 0,000032 (sekitar Rp 0,457) per koin. “Shiba kacau gara-gara Elon. Di twit awal bilang sedang mencari shiba. Habis itu ngilang.”

Benar saja, tak lama kemudian, harga koin shiba melorot menjadi US$ 0,000009 (sekitar Rp 0,128). Mukhtar mengibaratkan fluktuasi harga shiba seperti lift, naik dan turun sangat cepat, dengan perubahan nilai yang signifikan. Sedangkan perubahan harga sejumlah koin lain seperti eskalator, bergerak pelan.

Merugi di beberapa aset kripto, Mukhtar mengalkulasi modalnya kini tersisa Rp 50-an juta. Semula ia berbekal Rp 70-an juta saat kembali bermain kripto. Asetnya sempat tertekan hingga Rp 30 juta. Modal yang tersisa terkerek setelah cuitan Musk sempat mendongkrak harga asetnya berlipat-lipat. “Hati kecil saya, kalau bisa maunya sekarang juga dijual.”

Mukhtar tak ingin pengalaman pahitnya pada 2018 terulang. Saat itu depositnya yang mencapai Rp 300 juta amblas. “Habis satu mobil saya. Hilang. Tinggal tersisa dogecoin sebanyak 45 ribu.” Harga doge pun turun terus dari Rp 100 hingga Rp 45 per koin. Padahal Mukhtar habis ratusan juta rupiah untuk berbelanja koin doge.

•••

WASIS Gunarto, co-founder Kopitiam Oey, deg-degan terus seiring dengan pasar mata uang kripto yang jumpalitan belakangan ini. Penasihat PT Blockchain Indonesia Persada—perusahaan jasa konsultasi dan pengembangan perusahaan berbasis blockchain—ini bolak-balik memantau pergerakan harga koin digital. “Saya lihat siang tadi merah semua. Sore, keponakan mengabarkan ijo royo-royo,” ujarnya, Kamis, 20 Mei lalu.  

Biasanya, Wasis jarang memelototi pasar uang digital. Ia memang tergolong bukan pemain jangka pendek atau trader harian yang saban hari aktif bertransaksi. Bagi Bendahara Indonesian Blockchain Network—grup advokasi blockchain Indonesia—tersebut, mata uang kripto adalah alternatif investasi selain saham. “Ini eksposur baru. Tapi saham tetap jadi investasi yang lebih aman.”

Enggan menyebutkan total asetnya, Wasis mengatakan semula portofolio sahamnya lebih besar ketimbang aset kriptonya. Tapi, karena nilai kripto naik berlipat-lipat, posisinya menjadi berbalik. Pada saat pasar merah, ia memilih matic (Matic Network) dan cardano (ADA). Ketika koin-koin lain ambles sangat dalam, kedua token tersebut hanya minus sedikit. Pada Sabtu sore, 22 Mei lalu, keduanya malah sudah hijau. Nilai matic—kini berubah nama menjadi polygon—misalnya, naik 24,77 persen menjadi Rp 20.222 per koin. Begitu pula cardano, yang nilainya meningkat 14,60 persen menjadi Rp 22.300.

Gaya Zaim Rofiqi bermain aset kripto lain lagi. Sebagai trader aktif, penulis cerita pendek dan penyair tersebut cenderung tidak grusa-grusu membeli ataupun melepas koin. Duit yang cekak membuatnya berhati-hati menjaga modal agar tak berkurang sehingga tetap bisa trading. “Kalau mau masuk di pasar pada kondisi sekarang, ambil margin sedikit. Yang penting aman,” ucapnya, membocorkan strategi.

Pada Rabu, 19 Mei lalu, misalnya, ia melepas koin aurora (AOA) pada level Rp 46 per koin. Mata uang kripto bikinan perusahaan Aurorachain asal Korea Selatan itu tak lama ia pegang. Tiga hari sebelumnya, ia menaruh deposit Rp 3,5 juta untuk aurora di posisi Rp 41 per koin. “Sempet mantul di Rp 47-48, tapi saya lepas di Rp 46. Naik segitu sudah lumayan,” katanya. Ia mengatakan banyak orang menahan koin tersebut terlalu lama. “Ternyata malah anjlok.”

Pada hari berikutnya, Zaim mengorder aurora lagi, kali ini ditambah verasity (VRA) yang baru terdaftar di Indodax. Verasity adalah token berbasis video, gaming, dan hiburan. Verasity membangun infrastruktur bagi publisher untuk ditayangkan kepada penonton.

Satu lagi aset sang sastrawan: vexanium (VEX), produk Indonesia. Vexanium adalah protokol blockchain publik open source dengan platform kontrak pintar yang memungkinkan pengembang membuat proyek berbasis blockchain.

Margin dari transaksi aset digital kini menjadi penopang utama ekonomi keluarga Zaim. Ia tak lagi bertumpu pada honor menulis yang diperolehnya dari media yang memuat karyanya. “Dengan trading ini, pendapatan bisa lebih dari gaji tiga bulan. Apalagi di masa pandemi ini, gaji dipotong 50 persen,” tuturnya.

Waktu Zaim memang tersita. Dalam sehari, ia bisa delapan-sepuluh jam mantengin pergerakan harga. Meski begitu, ia mengklaim masih produktif menulis, mengedit, atau menerjemahkan tulisan. Satu-dua naskah cerita pendek masih ia hasilkan setiap bulan. “Kalau lagi enggak ada ide, otomatis perhatian ke market,” ucapnya.

Tapi, dengan kondisi pasar seperti saat ini, dia menambahkan, “Hati-hati, harus jaga modal. Karena saya bukan pemain kakap, apalagi paus. Kalau paus bebas bergerak, bahkan mengontrol harga.”

RETNO SULISTYOWATI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Retno Sulistyowati

Retno Sulistyowati

Alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo pada 2001 dengan meliput topik ekonomi, khususnya energi. Menjuarai pelbagai lomba penulisan artikel. Liputannya yang berdampak pada perubahan skema impor daging adalah investigasi "daging berjanggut" di Kementerian Pertanian.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus