Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Persalinan dengan bantuan vakum atau forseps dapat menyebabkan trauma fisik lebih banyak bagi ibu dan bayi daripada cesar. Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan periset dari Universitas British Columbia di Kanada dan di Arab Saudi yang menunjukkan bahwa persalinan dengan bantuan forseps dan vakum dapat meningkatkan trauma fisik bagi bayi dan ibu dibandingkan dengan persalinan cesar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penelitian yang dipublikasikan dalam Canadian Medical Association Journal ini mengukur risiko persalinan dengan bantuan forseps dan vakum pada tahap kepala bayi berada setengah jalan lahir di pelvis ibu dibandingkan dengan risiko operasi cesar. Jika kepala bayi telah turun lebih rendah di jalan lahir, maka forseps dan vakum harus digunakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Forseps adalah alat bantu melahirkan yang berbentuk sepasang sendok besar dengan cara kerja mirip seperti tang. Alat ini berfungsi menjepit kepala bayi dan menariknya keluar dari jalan lahir.
Artikel lain:
Ibu Kurang Tidur Setelah Melahirkan, Atasi dengan Cara Berikut
Cuti Melahirkan untuk Suami, Penting untuk Istri dan Anak
7 Persiapan Penting Menjelang Melahirkan
6 Mitos Seputar Melahirkan
Dilansir dari todaysparent.com, di Kanada, sekitar 10.000 bayi lahir melalui persalinan lewat vagina setiap tahunnya. Dalam keadaan darurat, dokter cenderung memilih persalinan normal dengan bantuan vakum atau forseps karena lebih cepat dibandingkan operasi cesar.
Penelitian ini menemukan bahwa jika tak ada masalah dalam persalinan, bayi dapat mengalami trauma fisik yang parah 5- 10 kali saat persalinan normal dengan bantuan vakum atau forseps dibandingkan operasi cesar. Trauma tersebut seperti pendarahan otak, palsi yang menyebabkan kerusakan permanen, dan kerusakan parah pada limpa atau hati.
Di antara ibu yang menjalani persalinan dengan bantuan forseps, 19 persen mengalami sobekan tingkat 3 atau 4 dan persalinan dengan bantuan vakum 12 persen mengalami sobekan yang sama.
"Kelemahan ini dapat menyebabkan kelainan dasar panggul jangka panjang, seperti inkontinensia, nyeri panggul, masalah seksual, dan prolaps organ pelvis," ujar Giulia Muraca, seorang peneliti doktoral Universitas British Columbia jurusan Populasi and kesehatan Masyarakat.
Metode persalinan ini juga menyebabkan trauma melahirkan yang lebih tinggi di saluran vagina dan luka pada sendi panggul atau organ serta dapat menyebabkan pendarahan paskamelahirkan dibandingkan dengan operasi cesar. Hal ini bukan berarti operasi cesar tidak berisiko. Wanita yang mengalami operasi cesar mengalami infeksi paskamelahirkan lebih besar.
"Wanita yang menjalani persalinan cesar sepenuhnya sadar akan memiliki bekas luka," ujar Muraca. "Sedangkan wanita yang menjalani persalinan dengan bantuan forseps atau penyedotan vakum tidak mengetahui akan mempunyai luka perineal yang parah atau tiga derajat."
Yang perlu diingat, bahwa setiap proses persalinan mempunyai sisi positif maupun negatif. Muraca mengatakan penting juga untuk dicatat bahwa dalam beberapa kasus, dalam keadaan darurat persalinan normal dengan bantuan vakums atau forseps dapat menghemat energi karena mungkin tidak ada waktu untuk operasi cesar.
"Kami tidak menganjurkan kelahiran cesar dan para wanita harus diberi tahu tentang risiko dari setiap jenis persalinan sehingga mereka dapat memilih, "ujarnya. Saran Muraca, konsultasikan dengan dokter tentang segala risiko dan kemungkinan yang akan terjadi.