Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO,Tangerang - Warga Kampung Kyai Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang tidak hanya menemukan teko emas, neraca dan rebana di Sungai Cisadane. Salah satu warga juga menemukan keris antik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keris yang memiliki luk 11 dengan panjang sekitar 50 sentimeter itu ditemukan oleh Ziaulhaq, 40 tahun saat menjala ikan di Sungai Cisadane. "Kerisnya nyangkut di jala ikan," ujarnya saat ditemui Tempo di rumahnya, Senin, 28 Oktober 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ziaulhaq yang sehari-hari bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di Madrasah Tsanawiyah di Desa Lengkong Kulon itu mengaku menemukan keris tersebut sekitar tahun 2015. "Sejak saya temukan tiga tahun lalu saya simpan saja, enggak diapa-apain," kata dia.
Berdasarkan pengamatan Tempo, keris yang dipegang Ziaulhaq itu bercirikan kepala dan ekor naga pada ujung keris bagian bawah, gagang kayu masih melekat di badan keris yang sudah berkarat itu. Di tengah badan keris terdapat pola sisik naga berwarna kuning keemasan mengikuti lekuk keris itu.
Ziaulhaq mengaku telah menelusuri keris tersebut dari berbagai sumber. "Keris ini mirip dengan keris Wonosari peninggalan kerajaan Mataram," kata dia.
Ia pun mengaku terbuka kepada pihak manapun yang ingin meneliti keris itu. "Untuk memastikan ini keris apa, asal usulnya dari mana, siapa tahu benar barang cagar budaya," kata Ziaulhaq.
Hanya saja, kata Ziaulhaq, sampai saat ini belum ada pihak manapun yang merespon temuan tersebut.
Menurut dia, lokasi penemuan keris ini tidak jauh dari lokasi Abdul Azis menemukan tiga jenis barang antik lainnya. Azis secara tak sengaja menemukan tiga jenis benda antik berbentuk teko berwarna kuning keemasan, benda bulat seperti rebana yang terbuat dari kulit dan logam dengan lapisan emas dan sebuah benda berbentuk neraca dihiasi tiga patung burung merak berkaki satu.
"Tiga benda antik ini saya temukan sekaligus di dasar sungai Cisadane pada Agustus lalu," ujar Azis saat ditemui Tempo.
Pria 49 tahun yang sehari-hari bekerja menangkap ikan di Sungai Cisadane itu menuturkan teko emas yang pertama kali menyentuh kakinya saat ia berendam di dasar sungai yang saat itu sedang susut karena kemarau panjang. "Saat itu keinjak kaki saya, terasa agak aneh, saya menyelam dan ternyata teko itu seperti satu set dengan dua benda lainnya," kata Azis.
Azis sangat yakin benda antik yang ia temukan adalah barang yang memiliki nilai sejarah. "Karena bentuk dan bahannya terlihat jelas buatan zaman dahulu," kata dia.