CHARLION Heston baru saja menyelesaikan perangnya yang
pertama dalam Film El Cid di bioskop "Samar Indah Samarinda 20
April lalu. Tiba-tiba layar putih yang ditatap nyaris 300
penonton itu berubah menjadi merah. Sementara penonton masih
mengira perubahan warna itu sebagai bagian dari tatawarna film
kolosal itu. Tapi ternyata bukan. Seseorang segera berteriak:
api, api--ada kebakaran.
Karuan saja penonton yang baru seperempat jam duduk di ruang
ber-AC itu menjadi panik. Apalagi pintu daruratnya semua
terkunci dari luar tanpa ada yang membukanya. Saking paniknya,
penonton berubah menjadi pemain karate mendobrak itu pintu
hingga jebol. Alhamdulillah, tak ada yang menjadi korban. Ketika
penonton sampai di luar ternyata api sudah membubung tinggi. Dua
jam kemudian, bioskop yang juga baru saja memutar film Towering
Inferno itu hangus dilalap api.
Untunglah, kebakaran bisa dilokalisir hingga tidak merembet ke
rumah penduduk yang sudah dikosongkan. Kepolisian juga segera
mengusut biangnya. Karena api bermula dari kamar mesin
pembangkit listrik,maka tiga orang petugas di bagian itu segera
diamankan. Keterangan yang diperoleh polisi--seperti dikatakan
Maypol Moelyanto Kabag Reserse Komres 1402--menunjukkan bahwa
saat kebakaran terjadi, kepala bagian mesin berada di
rumah.Wakilnya sedang pulang makan dan satunya lagi baru saja
keluar untuk minum Moelyanto pun berkesimpulan kebakaran itu
semata-mata akibat kelalaian, tidak ada motif politik.
Meskipun kerugian tidak terlalu besar (sekitar Rp 200 juta)
namun kebakaran itu menjadi berita besar di ibukota Kaltim.
Mengapa? "Gedung itu benar-benar milik rakyat, karena dibangun
dengan uang rakyat dan sangat bersejarah", ujar M.Zamzam
seorang bekas panitia pembangunan. Menurut Zamzam, gedung itu
dibangun pada zaman revolusi fisik (1946) dengan nama "Gedung
Nasional". Fungsinya untuk pertemuan para pejuang di samping
tempat pertunjukan teater rakyat mamanda. "Baru sekitar tahun
1960 pengelolaannya diserahkan kepada Pemda Kotamadya Samarinda
yang walikotanya waktu itu Sudjono AY (kini eks walikota
Yogya)" ujar Zamzam.
Entah kurang dipergunakan atau bagaimana, walikota yang baru HM
Kadrie Uning mengkomersilkan gedung itu untuk pemutaran film.
Singkatnya Kadrie mengontrakkan gedung Nasional itu kepada
Ronald Lolang pengusaha bioskop yang juga direktur Kalimantan
Raya Film Group yang membawahi tidak kurang 7 bioskop di Kaltim
dan Kalsel. Protes resmi memang tidak ada terhadap kebijaksanaan
wailikota itu. Namun yang tidak resmi bukan tidak sedikit. Maka
itu ketika gedung bersejarah itu terbakar, sebuah delegasi yang
dipimpin H. Syahrumsyah Idris, Ketua PDI Kaltim memberanikan
diri menghadap wailikota.
Walikota tampaknya sudah menduga adanya reaksi dari masyarakat.
Karena itu ia segera memanggil Ronald untuk membicarakan
pembangunan kembali gedung di pusat kota itu. Kata putus segera
diambil: Ronald sanggup membangun kembali dalam waktu dekat.
Bahkan akan dibikin bertingkat dua. Yang bawah untuk bioskop di
atasnya buat pertemuan dengan tulisan besar: Gedung Nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini