KOTA kuno Serang di daerah bekas keresidenan Banten, tampaknya
masih belum sedap dipandang mata. Jangankan terfikir mau berneon
atau bermercury buat menghias kota, untuk memenuhi kebutuhan
lampu bagi 86.500 warga kota penerangan listrik tak mencukupi.
Masih untung kini tak lagi riyep-riyep, karena tegangannya sudah
sejak Agustus 1975 dinaikkan dari 5400 volt jadi 6 ribu olt.
Sehingga hanya beberapa gelintir dari seluruh konsumen yang
3900, dapat menikmati aliran rlstrik 120 V. Itupun tentunya
cuma yang berdekatan dengan gardunya.
Tentu saja PLN bukan tak mau mengguyurkan cahayanya ke
jalan-jalan kota yang mestinya potensil karena letaknya di
persimpangan jalan dan sekaligus pintu gerbang Jawa - Sumatera
itu. Tapi koceknya memang kempes. Kalau ibu kota Kabupaten
tempat mendekamnya industri baja Cilegon dan obyek wisata
peninggalan Kesultanan Banten dan pantai-pantai laut itu, punya
minat memasang neon atau mercury buat jalan-jalannya, kabarnya
gampang saja. Pemdanya sendiri menyediakan biaya. Perkara
mengganti lampu pijar yang riyep-riyep di jalan dan jembatan
iu, soal sepele bagi PLN.
Air & Bulan Juli
Selain perkara penerangan, soal air minum menambah masih
suramnya Serang sebagai sebuah ibukota kabupaten. Meski PAM ada
sejak lama, tapi kemampuannya cuma buat mengocorkan air bersih
bagi keperluan instansi keresidenan, kabupaten, rumah sakit dan
penjara. Sumbernya pun cuma sumur artesis. Kabarnya sudah
disediakan Rp 700 juta dalam APBN 76/77 buat mengolah mata air
Sukacai--15 Km selatan Serang. Kalau rencana Pemda itu bisa
dilaksanakan, tahun ini penduduk Serang takkan lagi berteriak -
terutama di musim kemarau - kekurangan air minum. Atau harus
pergi ke kali Banten yang untuk mandi saja sudah keruh.
Kalau hal itu pun teratasi, perkara kurangnya jaringan jalan
dalam kota adalah rongrongan lain yang menunggu Pemda turun
tangan. Kendaraan-kendaraan umum yang memang cuma lewat saja di
Serang, sering macet. Tambah pula semua jenis kendaraan umum,
termasuk becak, sado dan gerobak boleh bebas memasuki seluruh
jalur jalan dalam kota. Apalagi pedagang-pedagang kaki lima
tumplek bercokol di sepanjang pasar Serang di pusat kota itu.
Tapi semua itu baru akan lebih rapi difikirkan pemecahannya
setelah bulan Juli nanti. Sebab menurut drs. Halimi, Ketua
Harian Badan Perancang Pembangunan Kabupaten Serang, perencanaan
penyempurnaan kota Serang, baru akan selesai dikerjakan bulan
tersebut. Belum pelaksanaannya. Ya, tunggu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini