Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Castro, Revolusioner Yang Belum Pensiun

Meskipun perang dingin telah usai, presiden kuba fidel castro tetap tidak akan mundur dari pola timur-barat. walaupun ia sedang menghadapi masa-masa sulit. wawancara ann louise bardach.

7 Mei 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bukan salahku bahwa aku belum mati sekarang," kata Fidel Castro dengan senyum lucu. "Bukan salahku bahwa CIA telah gagal membunuhku!" tambahnya. Aku telah berhasil menggiringnya dengan hati-hati ke subjek yang menarik. Tidakkah ia lelah bermain seperti Daud dan Goliat dengan tetangga superkuatnya, Amerika Serikat. "Tidakkah sekarang waktunya untuk berhenti?" tanyaku, memecah kesunyian dengan mata Castro yang terkunci memandangku. "Pekerjaanku adalah revolusi. Aku revolusioner, dan revolusioner tidak pernah berhenti," katanya. Kemudian ia tertawa. Tepat tanggal 1 Januari 1994 lalu, Castro merayakan ulang tahun ke-35 revolusi Kuba. Itu adalah revolusi yang berlangsung dalam masa pemerintahan delapan orang presiden AS. Ada kabar bahwa Castro siap mundur sebagai pemimpin Kuba jika AS mencabut embargonya, namun tampaknya Castro tidak akan menghilang dari panggung dunia ini dalam waktu dekat. Artinya, Kuba bisa saja akan menjadi negara terakhir yang akan mengisi bab terakhir dalam buku sejarah Perang Dingin. Juga sekaligus merupakan negara terlama yang bertahan dengan kerangka pikiran Perang Dingin. Aku bertemu Castro di Palacio de la Revolucion, satu dari beberapa bangunan di Havana yang berdiri tegak yang tampaknya tidak bakal roboh. Ia didampingi orang-orang dekatnya, namun adiknya Raul Castro yang menjabat menteri pertahanan dan yang diisukan sebagai penerus Castro tidak kelihatan. Sudah lama terdengar isu bahwa Raul tergolong pecandu alkohol berat yang mulai memerlukan pengobatan. Tapi juga sudah dibantah oleh juru bicara pemerintah. Yang mendampingi Castro, duduk di pinggir sebelah kanan adalah Roberto Robaina, salah seorang anak muda favorit Castro. Dalam usianya yang baru 37 tahun, orang-orang sudah membicarakan kemungkinan Robaino sebagai penerus Castro. Ia memulai karier politik di Perkumpulan Pemuda Komunis dan kini sudah diangkat menjadi menteri luar negeri. Di samping Robaina, duduk Carlos Lage, yang sering disebut sebagai kaisar ekonomi Kuba. Lage, yang pernah jadi dokter, bertugas untuk menyembuhkan perekonomian Kuba. Mungkin atas nasihat Lage, Juli lalu Castro mengizinkan penggunaan dolar AS di Kuba, sistem sewa tanah, otonomi yang lebih besar pada petani, serta mengizinkan sekitar 135 orang untuk bekerja sendiri, dengan usaha perbaikan sepatu dan potong rambut. Di samping Castro adalah Ricardo Alarcon, salah seorang politikus terkenal Kuba dan Juanita Vera, wanita cantik yang cerdas yang sudah bertugas sebagai penerjemah bahasa Inggris untuk Castro selama 20 tahun. Di sebelah kiri Castro duduk Alfredo Guevara, teman lama Castro sejak di sekolah dulu, yang kini menjabat Direktur Institut Film Kuba. Castro sendiri masih tampak sehat, mengenakan seragam pakaian hijau muda serta sepatu bot hitam (ia sudah berhenti mengisap cerutu delapan tahun lalu), dan tampak tidak tergoyahkan dengan jatuhnya komunisme di Blok Timur. "Kau bisa mengatakan bahwa sejak aku berumur 19 tahun, aku sudah terlibat dengan perjuangan yang hebat. Selama 48 tahun. Dan dalam semangat yang kau rasakan seperti ketika aku memulainya. Beberapa orang mengatakan aku keras kepala, tetapi kenyataannya aku kuat bertahan, dan keras hati. Aku berpikir jika aku nanti bisa hidup kembali, aku akan melakukan hal yang sama." Ketika berbincang-bincang tentang Bill Clinton, presiden negara musuh nomor satunya, Castro ternyata bersimpati juga pada Clinton. "Kesan pribadiku terhadap Clinton positif, tetapi jika aku mengatakan sesuatu yang baik tentang dia, pemerintahannya akan mengeluh karena mereka mempunyai orang yang bersikap lunak terhadap Castro," katanya. "Jika aku mengatakan hal-hal yang buruk, situasinya akan makin buruk. Jadi, lebih baik bagiku tidak mengatakan apa pun." Jelas itu tak mengubah sikapnya pada kapitalisme. "Aku katakan padamu bahwa kapitalisme tidak punya masa depan," katanya kembali bersemangat. "Kapitalisme dalam waktu seratus tahun sudah merusak hampir semua minyak yang butuh waktu jutaan tahun untuk menghasilkannya. Apa yang akan terjadi jika semua orang Indian dan semua orang Meksiko mempunyai mobil?" tanyanya, dengan suara keras yang memecah gedung pertemuan. Perusakan lingkungan oleh negara-negara Dunia Pertama merupakan tema yang berulang-ulang diangkat Castro. Sedangkan polusi yang menakutkan dari cerobong industri di Kuba dan yang berasal dari knalpot bus buatan Hungaria tidak pernah ia sebut. Ketika ditanya tentang orang-orang Kuba yang lari ke AS, Castro dengan cepat berkilah. "Sebagian besar dari migrasi Kuba ke Amerika Serikat merupakan migrasi ekonomi, seperti migrasi dari Meksiko," katanya. Meksiko, menurut Castro, punya banyak minyak, tidak menghadapi blokade AS, dan tidak melewati "periode khusus", namun toh setiap hari ada ribuan orang Meksiko yang melintasi perbatasan AS secara gelap. Sedangkan Kuba, yang sumber minyaknya terbatas dan menghadapi embargo AS, tak sampai menghadapi gelombang imigran ke negeri seberang. Jadi orang Kuba itu -- paling tidak menurut Castro -- adalah orang-orang dengan nasionalisme tinggi. "Sebagai perbandingan, kami menghadapi semua masalah dan hanya beberapa orang yang meninggalkan Kuba secara gelap." Padahal, kata Castro, Kuba masih dihantam lagi oleh Radio Marti (jaringan propaganda Miami yang dibiayai oleh agen informasi AS), yang disebut Castro sebagai "500 jam perang psikologis". Ia memang mengakui fakta bahwa lebih mudah berjalan melintasi perbatasan Tijuana daripada berlayar dalam sebuah tabung selama lima hari melewati lautan yang penuh ikan hiu. Pulau Kuba terpisah oleh laut dari pantai Florida sejauh sekitar 135 km. Akhirnya suara Castro kembali menggelegar. "Kalau orang Meksiko masuk ke AS secara gelap, ia dibuang. Jika orang Kuba yang masuk secara gelap, ia diberi rumah." Menurut Castro, orang-orang Kuba pertama yang tiba di Negara Bagian Florida, AS, adalah para kriminal. "Setelah revolusi, orang pertama yang tiba di Miami adalah Batistianos, kriminal perang, politikus yang korup. AS membiarkan semuanya masuk, bahkan seorang kriminal sekalipun. Semua metode telah digunakan untuk melawan kami, dari rencana pembunuhan pemimpin revolusi sampai perang biologis, yang membuat kami selalu dicurigai." Castro tampaknya kesal membaca media massa yang menulis balseros, sebutan untuk orang yang mempertaruhkan nyawa untuk menyeberang ke Florida. "Kami tidak membuat pembatasan apa pun untuk meninggalkan negeri ini," katanya, yang jelas sekali tidak benar. "Yang membuat pembatasan adalah pemerintah AS." Itu memang ada benarnya juga. Situasinya memang agak sulit. Kantor Interest Section, AS, setiap tahun memberikan 5.000 visa kepada orang Kuba yang mau meninggalkan negerinya, tapi juga mengesahkan visa perjalanan sementara ke AS kepada lebih dari 20.000 orang Kuba. Sementara banyak juga yang tak peduli terhadap aturan main, dengan cara langsung berlayar ke laut tanpa dokumen apa pun. "Jika orang-orang seperti itu minta visa ke Kantor Interest Section AS, mereka akan ditolak, tetapi jika mereka tiba di Amerika secara legal, mereka disambut sebagai pahlawan." Dan menurut Castro, pemerintah AS yang harus bertanggung jawab terhadap orang-orang Kuba yang meninggal dalam penyeberangan ke tanah Amerika. Memang, sejak tahun 1959, pemerintah AS mengambil kebijaksanaan untuk menerima semua orang Kuba yang tiba di daratan AS. Namun situasi perekonomian Kuba yang memburuk membuat hampir semua orang Kuba ingin meninggalkan negerinya. Akibatnya adalah ledakan arus imigran dari Kuba yang menimbulkan masalah bagi pemerintah AS dan yang sekaligus mencoreng muka pemerintah Kuba. Itu sebabnya, ada semacam kerja sama terselubung dari kedua pemerintah untuk mengatasi gelombang imigran dari Kuba ke AS. Pelan-pelan Castro memulai kembali tema lama: embargo AS yang di Kuba disebut sebagai blokade. Soalnya, dalam pandangan Castro, pemerintah AS juga berusaha memutuskan hubungan perdagangan Kuba dengan negara-negara lain. Faktanya, menurut Castro, kebijakan Amerika terhadap Kuba tidak konsisten -- dan seolah-olah dibuat untuk menjadi bahan perdebatan bagi pendebat ulung dan bekas pengacara seperti Castro. "Yang memblokade kami mempunyai hubungan yang baik dengan Afrika Selatan, hubungan yang sangat baik dengan Cili, tempat ribuan orang terbunuh, dan Argentina, tempat ribuan orang hilang." Ia sama sekali tidak menyebut Cina, yang sebenarnya merupakan salah satu contoh yang kuat tentang penindasan hak asasi manusia -- mungkin karena Cina pernah merupakan partner perdagangan terbesar Kuba. Menghadapi tuntutan AS terhadap masalah hak asasi manusia di Kuba, Castro malah melepas manuver yang sinis. "Tidak pernah AS menyebut kata demokrasi ketika mendiskusikan soal Timur Tengah. Di sana, mereka hanya mendikusikan satu hal, minyak. Tidak pernah demokrasi." Aku lantas menyinggung soal hukuman mati yang ia jatuhkan atas pahlawan perang Jenderal Arnaldo Ochoa dan Tony de la Guardia, seorang panglima divisi dalam angkatan bersenjata revolusioner Kuba yang sempat menjadi salah satu orang kesayangan Castro. Keduanya, pada tahun 1989, bersama dua pejabat tinggi militer lain dijatuhi hukuman mati karena terlibat jaringan perdagangan obat di Kolombia. "Negara merasa benar-benar dikhianati," kata Castro memulai penjelasannya. "Tony de la Guardia sebagai organisator adalah orang yang tidak bertanggung jawab yang mempertaruhkan negaranya, dan Ochoa mengetahui semuanya berlangsung dan membiarkan dirinya terbawa dalam gagasan mengumpulkan uang dari perdagangan obat bius untuk negara." Menurut Castro, Ochoa pernah mengirimkan salah seorang anak buahnya untuk berunding dengan raja obat bius Kolombia, Pablo Escobar. Ada isu bahwa tuduhan itu hanya alasan Castro yang dibuat-buat untuk menghantam orang-orang yang berpengaruh yang tidak sejalan lagi dengan dia. Memang, bagi negara yang mengklaim sebagai negara bebas obat bius, isu perdagangan obat bius jelas sangat memalukan dan sekaligus menjadi alasan yang tepat untuk menjatuhkan hukuman yang berat. Aku lanjutkan pertanyaan, apakah ia merasa dikhianati. "Secara pribadi tidak. Negara yang merasa dikhianati. Aku tidak ambil pusing apakah orang mengkhianati aku atau tidak, tapi aku peduli apakah orang mengkhianati negara dan revolusi atau tidak," jawab Castro. "Jika semua negara mengambil tindakan yang sama beraninya seperti Kuba, tidak akan ada obat bius di dunia," tambahnya. Kabarnya, Castro merupakan pemimpin yang selalu menjalin hubungan pribadi yang erat dengan beberapa orang anak buahnya. Tujuannya, untuk mendapatkan berita-berita yang ia butuhkan guna mempertahankan kekuasaan. Salah satu "mata" dan "telinga" Castro yang terkenal adalah Celia Sanchez, yang diisukan pernah menjadi kekasih Castro. Sanchez tak ubahnya merupakan jembatan Castro dengan rakyatnya karena hanya Sanchez yang berani menyampaikan berita-berita yang sebenarnya tidak diinginkan Castro. "Sanchez adalah malaikat penjaga dari pejuang revolusi. Ia meninggal terlalu cepat, dan ia tidak pernah tahu masa-masa yang sulit sekarang ini," kata Castro lembut tentang Sanchez. Setelah kematian Sanchez, Castro mengaku tetap menjalin hubungan pribadi dengan anak buahnya. "Aku punya kecenderungan untuk mengembangkan hubungan yang pribadi, persahabatan dengan teman-temanku." Namun Castro hanya berkelit ketika ditanya apakah ada orang yang berani mengkritiknya, yang berani mengatakan dia salah. "Aku tidak butuh mereka mengatakan sesuatu," katanya dengan nada yang angkuh. "Karena aku yang selalu mengambil inisiatif dan menyuruh orang lain. Selalu begitu." Soalnya, apakah memang ada orang yang berani menyatakan keadaan yang sebenarnya. "Kalau kau lihat sidang majelis nasional yang terakhir, kau akan menyadari bahwa tidak ada orang yang takut padaku. Ada rasa hormat, tetapi bukan ketakutan. Orang-orang datang padaku dan becerita tentang apa saja," jawab Castro yakin. Tapi apa yang terjadi jika suatu kecelakaan atau penyakit menimpa Castro? Siapa yang akan memimpin Kuba? "Pertanyaaan itu bisa kau ajukan pada CIA, karena hal itu merupakan bagian dari rencana mereka yang menyeluruh untuk membasmiku. Terus terang aku benar-benar tidak pernah berpikir akan terjadi sesuatu. Pemerintah akan segera menyesuaikan diri dengan situasi itu. Kami punya semua mekanisme politik dan hukum. Kehidupan negara tidak akan pernah berhenti satu menit pun." "Ya, masa penguburan mungkin merupakan masa yang tidak menyenangkan bagi beberapa orang. Itu jelas tidak menggangguku, karena aku tidak berpartisipasi, selain sebagai mayat. Yang akan menjadi masalah bahwa semua orang harus memecahkan persoalan tanpa bantuanku." Jawaban seperti itu ternyata membuat Castro jadi tertawa sendiri. Usai menghabiskan tawanya, ia melanjutkan dengan pelan, "Tidak ada orang yang sangat diperlukan di dunia ini. Aku juga berhak untuk menikmati istirahat yang tenang." Ketika aku berada di Havana, terdengar isu Castro mulai menghadapi gangguan kesehatan. Seorang teman dekat Castro menceritakan bahwa belakangan ini dalam tiap perjalanan Castro selalu didampingi seorang dokter dan peralatan defibrilator, yang berfungsi mengatur detak jantung. Bahkan Castro, kabarnya, pernah mendapat serangan jantung ringan ketika sedang bekerja. Setelah serangan jantung itu, Castro istirahat selama dua minggu di klinik yang terdapat di ruangan bawah Palacio de la Revolucion, istana presiden. Di sana ia hanya ditemani dokternya dan tiga orang pendeta. Namun berita burung itu segera dibantah oleh pernyataan resmi pemerintah yang mengatakan Fidel Castro dalam kondisi segar-bugar. Castro sendiri mengaku tidak peduli bagaimana nanti orang-orang mengenangnya jika ia sudah mati. "Aku tidak punya rasa khawatir tentang diriku sendiri. Kemenangan dan tempatku dalam sejarah tidak pernah menggangguku. Semua kemenangan dalam dunia bisa dimasukkan hanya dalam sebiji jagung," katanya. "Lebih banyak orang mengenal Napoleon karena merek brandi daripada pertempuran di Austerlitz. Kita harus lebih memusatkan perhatian pada nasib sebuah gagasan, bukan nasib orang." Iseng-iseng aku katakan padanya bahwa dalam buku biografi Ted Turner, pemilik jaringan televisi CNN, Castro disebut sebagai satu dari dua orang yang sangat berpengaruh dalam diri Turner. Mendengar cerita itu Castro sepertinya tersentuh. "Sejak aku bertemu dia pertama kali aku cepat sekali menjadi temannya. Ia seorang olahragawan, pelaut, pencinta alam, yang mencintai kehidupan dan keindahan, termasuk keindahan seorang wanita," kata Castro. Bahkan Castro ingin sekali melihat Turner menjadi presiden AS. "Tapi sebaiknya aku tidak mengatakan itu karena nanti dia malah jadi tidak terpilih," tambahnya. Namun ia segera meralat ucapannya, dan menganjurkan Turner untuk tetap melakukan apa yang telah ia lakukan dan menjauh dari politik. "Lebin baik menjadi seseorang yang memilih presiden daripada menjadi presiden." Akhirnya, wawancara harus sampai pada kesimpulan. Aku lempar pertanyaaan apakah ia pernah mendengar lelucon yang mengejek revolusi yang sangat populer di Kuba. Dan ia malah minta aku supaya menceritakannya. Jadi, aku ceritakan tentang hal-hal yang dapat dicapai oleh revolusi, yaitu pendidikan, asuransi kesehatan, dan atletik. Sementara itu hal-hal yang tidak diperoleh lewat revolusinya adalah makan pagi, makan siang, dan makan malam. Aku terkejut melihat Castro justru tertawa mendengar lelucon itu. "Kau perlu tahu, kalau kau terlalu banyak makan pagi, siang, dan malam, itu tidak baik bagi kesehatan." "Sudah merupakan nasibku menjalani hidup yang penuh peristiwa dan pengalaman yang mengagumkan. Aku berusia 19 tahun ketika memulai perjuangan politik," ulangnya kembali seperti mau menyimpulkan perjalanan hidupnya. "Aku berusia 26 tahun ketika terjadi pertempuran Moncada (perang revolusi pertama Kuba tahun 1953), berusia 32 tahun ketika revolusi menang. Aku berusia 60 tahun ketika kamp-kamp sosialis menghilang," tambahnya. "Aku menghadapi tantangan yang paling besar setelah aku memasuki usia 60 tahun," katanya menyimpulkan, seolah-olah ia berbicara tentang masa lalu. Dan, seolah-olah, tantangan itu sudah ia atasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus