BAYANGKAN: mayat tak bisa dikuburkan pada waktunya karena tak ada penggali kubur. Yang seperti itu pernah terjadi di Bandung, Ja-Bar, pada hari-hari Lebaran dua tahun lalu. Ketika itu tiga mayat jadi terkatung-katung: tukang gali, tukang doa, dan segenap kerabat kerja pekuburan yang mendapat gaji Pemda Kodya Bandung sedang cuti bareng-bareng. Lha, mereka 'kan juga berlebaran. Tiga mayat itu baru dikuburkan setelah keluarga yang berduka menggali sendiri liang lahad. Pengalaman itu tak enak di mata pemerintah. Karena itu, Pemda Kodya Bandung langsung membuat kebijaksanaan: menjelang Lebaran, sejumlah liang lahad digali, walau calon penghuninya belum ketahuan siapa atau berapa. Lebaran tahun lalu, di seluruh Kodya disiapkan 40 liang. Yang terpakai 37. Pemerintah gembira -- bukan karena lubang-lubang itu berpenghuni, tapi karena masih ada juga yang tersisa. Bagaimana dengan Lebaran yang baru lewat? Karena dalam setahun jumlah penduduk tentu bertambah, diputuskan lubang cadangan juga diperbanyak. Dibuatlah 50 liang, di 11 TPU. Terpakai semua? Kali ini malah defisit. Yang memilih meninggal di Hari Raya kemarin, entah mengapa, 97 orang. Tentu saja 47 mayat tak kebagian -- meski tak ada satu mayat pun yang protes. Soalnya, Pemda Kodya Bandung juga sudah menginstruksikan agar petugas TPU tidak semuanya libur pada hari suci itu. Seperti sudah tahu saja, ya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini