Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

DKI Sebut Kualitas Udara Jakarta Membaik Sejak 2012 hingga 2021

Kualitas udara Jakarta sejak 2012 hingga 2021 disebut terus membaik secara signifikan.

30 Desember 2021 | 21.30 WIB

Foto udara suasana gedung bertingkat di kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Jumat, 3 April 2020. Memasuki minggu ketiga imbauan kerja dari rumah atau work from home (WFH), kualitas udara di Jakarta terus membaik seiring dengan minimnya aktivitas di Ibu Kota. ANTARA
Perbesar
Foto udara suasana gedung bertingkat di kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Jumat, 3 April 2020. Memasuki minggu ketiga imbauan kerja dari rumah atau work from home (WFH), kualitas udara di Jakarta terus membaik seiring dengan minimnya aktivitas di Ibu Kota. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas udara Jakarta sejak 2012 hingga 2021 disebut terus membaik secara signifikan. Hal ini ditandai dengan tren penurunan hari tidak sehat atau ketika pencemaran udara sangat tidak sehat dan berbahaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan pada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yusiono Anwar mengatakan, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) DKI Jakarta sepanjang Januari-Desember 2021, tidak mengalami satu hari pun kondisi sangat tidak sehat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Yusiono kondisi udara Jakarta periode ini adalah sedang (218 hari), tidak sehat (138 hari) dan baik (enam hari).

"Dalam pemantauan yang kami lakukan terhadap berbagai parameter dari bulan Januari sampai Desember 2021 ini dominasinya adalah di warna biru, yaitu kondisinya sedang. Artinya aman untuk melakukan aktivitas di luar ruangan," kata Yusiono.

Kondisi sedang ini masih lebih rendah dibanding dengan kualitas pencemaran udara pada 2020 dengan 244 hari pencemaran kategori sedang, 90 hari kategori tidak sehat, 29 hari kondisi baik. Namun ada tiga hari kondisi pencemaran sangat tidak sehat.

"Tapi trennya menurun dari tahun ke tahun untuk hari yang tidak sehat dan sangat tidak sehat, terlebih pada 2021 untuk kategori tidak sehat sebanyak 151 hari dan sangat tidak sehat sepanjang 116 hari, namun tanpa hari sangat tidak sehat," katanya.

Untuk sumber pencemaran udara, Yusiono menyebutkan, dari enam parameter yang dihitung, yakni sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), particular meter ukuran 10 mikron (PM10), particular meter ukuran 2,5 mikron (PM2,5) dan black carbon (BC), lima di antaranya bersumber dari transportasi.

Sedangkan industri manufaktur menyebabkan pencemaran tertinggi pada sulfur dioksida.

Untuk perbaikan kualitas udara, kata Yusiono, didukung dengan terbitnya Perda 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Kualitas Udara, Pergub 12 Tahun 2016 tentang Hari Bebas Kendaraan Bermotor, Ingub 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara hingga Pergub 66 Tahun 2020 tentang Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

Pengamat tata kota dan lingkungan Nirwono Joga menyambut baik tren membaiknya kualitas udara di Jakarta. Namun dia menekankan Jakarta perlu memiliki peta jalan (road map) dan rencana induk untuk membuat kota bebas dari polusi.

Nirwono menyebutkan, untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta, maka sumber polusi udara harus dibenahi.

"Dengan hasil riset yang menyebutkan sumber polusi utama adalah transportasi, tak ada pilihan kita harus fokus untuk menangani sumber polutan udara dengan mengembangkan transportasi dengan pengembangan lokasi transit," katanya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus