Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Harga Telur Ayam Terus Naik, Pembeli di Pasar Kramat Jati Incar Telur Retak

Pembeli di Pasar Induk Kramat Jati beralih membeli telur ayam yang sudah retak, yang dijual dengan harga lebih murah.

1 September 2022 | 14.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pedagang tengah melayani pembeli di Pasar Kebayoran, Jakarta, Senin 22 Agustus 2022. Harga telur ayam di toko sembako di Jakarta telah menembus angka Rp 30.000-Rp 33.000 per kilogram. Sedangkan untuk harga di level warung, terpantau lebih mahal, mencapai Rp 33.000 per kilogram. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Harga telur ayam di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, mengalami kenaikan hingga tembus Rp 30 ribu per kilogram sejak sebulan terakhir. Para pembeli pun terpaksa beralih membeli telur yang sudah retak, yang dijual dengan harga lebih murah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu pedagang telur ayam, Rizal, mengatakan dirinya menjual telur retak tersebut dengan harga Rp1.500 per buah. "Pembelinya (telur retak), ya, ada yang buat di rumah, ada yang pedagang rumah makan. Kalau telur pecah dijual per buah, tergantung stoknya," katanya di Jakarta, Rabu, 30 Agustus 2022 dikutip dari Antara.

Rizal
menuturkan telur retak yang dijualnya memiliki kondisi cangkang sudah tidak utuh yang biasanya disebabkan oleh benturan dalam proses distribusi dari tingkat peternak ke pedagang pasar.

Dia mengatakan pembeli tetap memilih telur retak meskipun dari sisi higienis berbeda dengan telur dalam kondisi bagus.

Rizal mengatakan pembeli telur retak saat ini tak hanya datang dari pemilik rumah makan seperti sebelum adanya kenaikan harga.
Namun, pembeli saat ini juga datang untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga.

"Harganya belum turun karena dari sananya di peternak masih mahal. Rp30 ribu ini di pasar, kalau di tingkat warung-warung kecil lebih mahal," ujar Rizal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria yang telah berjualan telur ayam selama 10 tahun itu mengatakan bahwa pembeli tetap memilih telur retak karena merupakan komoditas sembako yang setiap harinya dibutuhkan.

"Kalau telur pecah harganya sama saja, tidak mengalami kenaikan. Sebenarnya sih kalau pembeli, walaupun telur mahal tetap banyak, yang penting suplai ada, tidak langka," kata Rizal.

 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus