Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada gangguan psikologis yang membuat orang tak bisa berhenti berbohong, istilahnya adalah mythomania atau kebohongan patologis. Seorang pembohong patologis tak hanya mengelabui orang lain tapi juga membohongi diri sendiri hingga dia yakin kebohongannya adalah sebuah kebenaran, dan gawatnya sudah biasa dilakukan sejak anak-anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saking seringnya membual, penderita gangguan mythomania juga bisa tidak sadar bahwa mereka sedang berbohong. Apa yang menyebabkan orang bisa terkena gangguan ini?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Psikolog Ratih Zulhaqqi mengatakan mythomania bisa terjadi pada orang-orang yang kurang percaya diri. Kebohongan demi kebohongan dilontarkan untuk membuat dirinya terlihat lebih baik dari yang sebenarnya.
"Mythomania juga bisa terjadi pada orang yang sulit menerima kenyataan, sering melakukan peniadaan kondisi, jadi menutupi kondisi," kata Ratih.
Kebohongan itulah yang menjadi senjata untuk menutupi kondisi sebenarnya. Faktornya bisa macam-macam, bisa juga berawal dari gangguan di otak. "Harus ada pemeriksaan neurologis di area tertentu," ujarnya.
Menurut psikolog Ajeng Raviando, mythomania bisa diawali dari kebiasaan berbohong sejak kecil tanpa pembekalan moral bahwa kebiasaan itu tidak benar. "Karena dia merasa tidak apa-apa, orang percaya sama kebohongannya, lama-lama dia menganggap itu wajar," katanya.
Contoh sederhana, seorang anak mengaku sebagai juara satu, padahal dia sama sekali tidak mendapat peringkat di kelas. Ketika orang tua dan lingkungan mendiamkan, dia merasa kebohongannya sah-sah saja dilakukan.
Wajar bila orang tua membiarkan buah hatinya bicara hal yang sesuai kenyataan karena sewajarnya anak-anak memiliki imajinasi sendiri. Tapi, orang tua harus waspada bila anak masih melakukan hal itu saat usianya sudah di atas 6-7 tahun.
"Orang tua harus sudah memberitahu anak kalau dia tidak boleh berbohong, tidak boleh mengakui sesuatu yang tidak dilakukannya," katanya, menambahkan cara menyikapinya harus dengan cara baik-baik sehingga anak tidak trauma.
"Anak harus tahu kebohongannya bisa merugikan, walau dia merasa tidak merugikan orang lain, tapi bisa ada sanksi sosial seperti dijauhi teman," tambahnya.