Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kebanyakan wanita mengalami keputihan sebelum haid. Hal ini proses yang alami. Anda harus waspada jika keputihan bercampur darah disertai aroma tidak sedap dan perubahan warna. Keputihan bercampur darah atau muncul bercak warna lainnya bisa saja menandakan adanya infeksi atau gangguan kesehatan laiinnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi jika keputihan disertai darah muncul di antara siklus menstruasi, maka tidak ada bahaya yang perlu dikhawatirkan. Berikut ini adalah beberapa penyebab keputihan berdarah, baik yang normal maupun tidak normal.
Penyebab keputihan bercampur darah
1. Kehamilan
Penyebab keputihan berdarah yang Anda alami bisa juga menjadi ciri-ciri kehamilan. Hal ini bisa terjadi akibat sel telur berhasil dibuahi oleh sperma dan menempel ke dinding rahim. Keputihan bercampur darah yang menjadi tanda-tanda kehamilan biasa dikenal dengan perdarahan implantasi atau Hartman Sign.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perdarahan implantasi umumnya terjadi 1-2 minggu setelah sel telur dibuahi. Keputihan yang muncul akan berwarna cokelat hingga merah. Sebanyak 15%-25% wanita hamil mengalami kondisi keputihan disertai darah ini pada usia kehamilan trimester pertama.
Namun, Anda perlu waspada apabila sedang hamil dan mengalami keputihan berdarah setelah usia kehamilan trimester pertama. Pasalnya, kondisi ini bisa jadi tanda-tanda keguguran, kehamilan ektopik, persalinan prematur, gangguan pada leher rahim, atau gangguan pada plasenta.
2. Tanda menopause
Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang biasanya terjadi pada wanita berusia 40-50 tahun. Umumnya, tanda-tanda menopause akan muncul selama bertahun-tahun. Salah satu tanda menopause adalah perdarahan ringan dan tidak teratur, yang tampak seperti keputihan berdarah.
Keputihan bercampur darah juga dapat terjadi pada wanita di tahap awal menopause karena melakukan terapi pengganti hormon untuk mengendalikan ketidakseimbangan hormon.
3. Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi, seperti pil KB, juga dapat menjadi penyebab keputihan berdarah atau kecokelatan. Kondisi ini umum terjadi pada penggunaan pil KB jenis progestin. Selain itu, penggunaan alat kontrasepsi IUD atau KB spiral juga dapat mengeluarkan hormon yang menimbulkan keputihan disertai darah, terutama selama beberapa bulan pertama penggunaan. Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat terjadi di luar siklus menstruasi.
Namun, Anda tak perlu khawatir karena keputihan bercampur darah yang disebabkan oleh penggunaan alat kontrasepsi cenderung normal. Biasanya kondisi ini dapat terjadi antara 6-12 bulan. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter apabila keputihan berdarah yang Anda alami justru semakin memburuk.
4. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
Penyebab keputihan berdarah yang bisa jadi membahayakan adalah sindrom ovarium polikistik (PCOS). PCOS adalah jenis penyakit yang terjadi akibat ketidakseimbangan hormon androgen dalam tubuh. Akibatnya, siklus menstruasi Anda menjadi tidak teratur serta tumbuh rambut berlebih di area wajah dan dada.
5. Infeksi pada sistem reproduksi
Beberapa jenis infeksi pada sistem reproduksi terkadang dapat menimbulkan keputihan berdarah yang berisiko membahayakan. Misalnya vaginitis, peradangan disebabkan oleh infeksi jamur, bakterial vaginosis, dan trikomoniasis. Vaginitis dapat menyebabkan rasa gatal, keputihan, nyeri saat buang air kecil, dan perdarahan ringan di luar siklus menstruasi. Atau klamidia, infeksi penyakit menular seksual yang menyebabkan perdarahan di luar waktu menstruasi dan setelah berhubungan seks. Anda juga mungkin akan mengalami rasa sakit saat buang air kecil dan nyeri di perut bagian bawah.
Ketika penyakit menular seksual, seperti klamidia, tidak segera diatasi, maka infeksi bisa menyebar hingga ke rahim dan organ-organ reproduksi lainnya sehingga menimbulkan penyakit radang panggul. Jenis penyakit ini dapat menjadi penyebab keputihan berdarah di luar siklus menstruasi dan setelah berhubungan seksual. Selain itu, keputihan disertai darah juga diikuti dengan aroma yang tidak menyengat dan radang panggul.
6. Gangguan pada rahim, serviks, atau ovarium
Meski jarang terjadi, keputihan bercampur darah juga dapat menjadi gejala kondisi serius pada organ reproduksi Anda, seperti rahim, serviks, atau ovarium. Beberapa gangguan medis tersebut, antara lain endometriosis, kista ovarium yang pecah, kanker rahim, kanker serviks atau kanker ovarium.
7. Gangguan fungsi kelenjar tiroid
Keputihan disertai darah juga dapat terjadi akibat pengaruh fungsi kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroid) ataupun kurang aktif (hipotiroid) sehingga menyebabkan ketidakseimbangan kadar hormon wanita.
8. Ketidakseimbangan hormon
Salah satu penyebab keputihan berdarah adalah ketidakseimbangan hormon. Ketika mengalami ketidakseimbangan hormon, ovarium Anda gagal melepaskan sel telur sesuai waktu yang seharusnya. Akibatnya, Anda akan mengalami keputihan disertai darah di antara siklus haid.
Kondisi ovarium yang gagal melepaskan sel telur dikenal juga dengan siklus anovulasi. Siklus anovulasi biasanya terjadi pada perempuan yang baru pertama kali menstruasi dan pada wanita yang mendekati waktu menopause.
Sementara untuk memastikan apakah keputihan berdarah yang Anda alami merupakan normal atau tidak, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Terlebih jika Anda mengeluhkan keputihan bercampur darah disertai bau, rasa tidak nyaman di area vagina, atau gejala medis lainnya.