Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Nadia Mulya memberikan penghormatan khusus di Hari Kartini, Rabu 21 April 2021. Dia membuat unggahan khusus yang memperkenalkan sosok Raden Ajeng Kartini atau Kartini, pelopor emansipasi perempuan Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Habis gelap, Terbitlah terang. Dari Kartini, kita dikenalkan pada emansipasi,” tulis Nadia yang mengenakan kebaya brokat merah, bros besar dipadankan dengan kain batik cokelat dalam foto unggahan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Nadia Mulya, dari perjuangan Kartini meski perempuan bisa berkiprah seperti pria, dia tidak pernah melupakan cintanya pada keluarga. “Bahwa walau perempuan bisa berkiprah setara dengan pria, namun perempuan Indonesia tidak pernah menanggalkan cintanya pada harmoni dan dedikasinya pada keluarga,” lanjutnya.
Dia kemudian menambahkan bahwa Kartini meninggalkan cita-citanya mengenyam pendidikan tinggi untuk menikah dengan suaminya suaminya secara poligami yang sempat ditentangnya, bahkan menolak ritual cium kaki suami. Kartini juga gemar memasak dan memperkenalkan masakan khas Jawa sebagai bentuk diplomasi. “Tahukah kamu Kartini meninggal tak lama setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya sehingga diduga adalah akibat eklamsia? Tahukah kamu Kartini adalah sosok yang religius dan spritual, sehingga di usia muda ia bisa memiliki pemikiran yang begitu progresif,” tambah Nadia.
Nadia menambahkan ada satu kutipan Kartini yang ia sukai dan relevan dengan masa kini. “Dan ‘baik hati’ itulah yang terutama. Agama itu maksudnya akan menurunkan rahmat kepada manusia, supaya ada penghubungkan silaturahim segala makhluk Allah,” ujarnya. “Kita semua pasti pernah, sedang, akan melalui gelap. Yang penting adalah meyakini pasti akan ada terang, dan meyakini terang itu ada dalam diri kita.”
Di bagian komentarnya, Nadia memberikan kutipan Kartini yang lebih panjang, yang berbunyi “Orang yang berkasih-kasihan dengan amat sangatnya, dengan amat sedihnya bercerai-cerai. Karena berlainan tempat menyeru Tuhan, Tuhan yang itu juga, terdirilah tembok membatas hati yang berkasih-kasihan. Benarkah agama itu restu bagi manusia? Tanyaku kerap kali kepada diriku sendiri dengan bimbang hati. Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu!” RA Kartini.”
Di momen Hari Kartini ini, Nadia Mulya berharap perjuangan Kartini dan pahlawan perempuan Indonesia lainnya menjadi penyemangat dalam berkarya. “Selamat Hari Kartini. Dan semoga perjuangannya serta perjuangan Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Martha Christina Tiahahu, Maria Walanda Maramis, HR Rasuna Said, Laksamana Malahayati, dan banyak lagi, selalu menjadi penyemangat kita dalam berkarya,” pungkasnya.