Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
MASIH terang dalam ingatan Ledjie Taq, ke-pala adat suku Wehea, peristiwa empat dekade silam di Kampung Nehas Liah Bing. Ketika itu sejumlah petinggi Dayak Kenyah, mewakili ratusan pengikut mereka yang baru saja menginjakkan kaki di kampung itu, me-nemui pimpinan suku Wehea. āMereka minta izin menempati sebidang tanah untuk tinggal dan berladang,ā kata Ledjie, yang ketika itu berusia belasan tahun. Para pemimpin memberikan sebidang tanah di hilir Sungai Wehea. Tapi para pendatang ini merasa tidak cocok dengan lokasi yang ditunjuk. Mereka meminta areal di dekat hulu sungai. Awalnya, berat bagi para te-tua Wehea memberikan izin. Tapi, dengan bujukan, termasuk mengakui Wehea sebagai saudara tua, luluh pula hati para tetua.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo