Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mengusut lagi kematian marilyn

Penyebab kematian aktris marilyn monroe masih be- lum jelas. dibunuh atau bunuh diri. james spada mencoba menyingkapnya. bob kennedy dan peter law- ford dianggap orang yang paling tahu.

29 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MARILYN MONROE Selama ini, sinyalemen yang menyatakan Marilyn Monroe bunuh diri dan ia dibunuh sama-sama tak begitu jelas. Seorang penulis bernama James Spada mencoba menelusuri lagi hari-hari terakhir bintang seks itu. Ia menemukan pernyataan baru, terutama dari Peter Lawford, ipar John Kennedy, yang juga menjadi comblang antara Marilyn dan Kennedy, dan sejumlah saksi baru dan lama. Spada menuliskan penemuannya di majalah Vanity Fair. Sejak berhubungan dengan Bob Kennedy, Marilyn menulis catatan harian tentang apa saja yang diomongkan Jaksa Agung Amerika itu. Termasuk soal mafia dan Fidel Castro. Itukah yang membuat Marilyn harus mati? James Spada, seorang penulis, mencoba merekonstruksi hari-hari bomseks Hollywood itu. KETIKA telepon berdering di tengah malam itu, di rumahnya, di jalan yang pinggirnya ditanami palem, di Hollywood Barat, detektif swasta Fread Otash masih tidur. Dengan ogah-ogahan, ia mengangkat telepon yang berdering. "Fred, ini Peter Lawford. Saya puya masalah besar. Saya ingin bertemu," kata suara di telepon. "Soal apa?" tanya Otash. "Tak bisa kukatakan sekarang. Saya akan segera ke rumahmu." Pagi-pagi, 5 Agustus 1962, Lawford muncul di rumah Otash. Si tuan rumah agak kaget melihat wajah tamunya begitu kusut. "Marilyn meninggal," itulah kata pertama Lawford, sebagaimana dituturkan Otash kepada penulis James Spada. Lalu kata Otash kepada penulis yang kemudian menuliskan fakta-fakta baru sekitar kematian Marilyn Monroe itu di majalah Vanity Fair nomor Mei lalu, yang ia kutipkan di buku terbarunya, biografi aktor Hollywood Peter Lawford: "Ia (Lawford) mengatakan bahwa Bob Kennedy memutuskan hubungan dengan Marilyn, yang membuat bom seks itu begitu histeris dan menelepon Gedung Putih dan Departemen Kehakiman dan rumah keluarga Kennedy di Hyannis Port, mengatakan bahwa Bob punya hubungan pribadi dengannya. Dan bahwa 5 Departemen kehakiman lalu menelepon Bob yang sedang berada di San Francisco, "Anda sebaiknya ke LA dan karena dia kehilangan kontrol dirinya'." Hampir 30 tahun sudah kematian Marilyn Monroe, pada malam Minggu, 4 Agustus 1962. Tapi selama itu tak menjadi jelas, adakah bom seks Hollywood itu bunuh diri ataukah dibunuh. Memang ada rumor, waktu itu, bahwa Marilyn punya hubungan intim dengan dua bersaudara Kennedy: John dan Bob. Tapi pers kemudian mengesampingkan hal itu, untuk menjaga nama baik keluarga Kennedy. Soalnya, salah seorang Kennedy, John F. Kennedy, adalah Presiden AS, dan ia sedang dikagumi sebagai tokoh cemerlang yang memberi kebanggaan pada bangsa Amerika, terutama generasi mudanya. Baru 23 tahun kemudian, pada 1985, terbit sebuah buku, Goddess: The Secret Lives of Marilyn Monroe, yang kembali menying- gung hubungan sang bintang dan dua Kennedy, bahkan dikesankan bahwa keluarga Kennedy berkepentingan dengan meninggalnya Marilyn untuk menjaga nama baiknya. Toh pembicaraan tentang buku, dan tulisan-tulisan di surat kabar, maupun majalah kala itu tak juga menjawab pertanyaan: apakah bintang seks itu bunuh diri ataukah dibunuh. Masalahnya, satu kunci yang dianggap tahu sekitar kematian Marilyn, yakni aktor Peter Lawford, tetap bungkam. Bahkan Lawford, yang kemudian ternama karena menikah dengan saudara perempuan John F. Kennedy (waktu itu senator Massachussetts), yakni Patrick Kennedy, menyanggah keras sinyalemen yang mengatakan bahwa Jaksa Agung Bob Kennedy berada di Los Angeles beberapa saat sebelum Marilyn meninggal. Baru sekarang, investigasi James Spada bisa memancing Peter Lawford, 69 tahun, berbicara. Ditambah sejumlah saksi-saksi baru dan lama yang dihubunginya kembali- tentunya yang masih hidup- sekitar kematian Marilyn Monroe bisa disusun dengan agak mendetail. Pagi itu, di rumah Fred Otash, pensiunan wakil kepala polisi Los Angeles, Lawford, memang gugup. Ia cemas, bila penyidikan kematian Marilyn akan juga mengungkapkan hubungan si bom seks itu dengan Kennedy bersaudara. Malam itu, ia memang sudah ke rumah Marilyn, dan memusnahkan barang-barang yang bisa membuktikan hubungan tersebut- catatan harian, rekaman kaset, dan lain-lain. Tapi, karena ia bukan polisi, ia takut masih ada hal-hal yang masih tertinggal. Ia menemui Otash, untuk menyempurnakan kerjanya di rumah Marilyn. Otas menolak. "Saya? Ini maknyai! Jika saya pergi ke rumah itu, saya akan dikenali. Saya tak mau terlibat." Tapi Otash melakukan juga yang diminta oleh sahabatnya itu dengan mengirimkan orang lain, orang yang dulu diminta memasang alat-alat penyadap di rumah Marilyn. "Ia tahu sudut-sudut rumah itu dengan baik," tutur Otash kepada James Spada. "Ia menyelesaikan pekerjaan yang dimulai oleh Lawford." Lewat penuturan Lawford juga hubungan antara John dan Bob dengan Marilyn jadi meyakinkan. Ketika berkenalan pertama kali dengan Marilyn, pada 1951, Lawford begitu tertarik, dan mengencaninya. Tapi semakin ia mengenal Marilyn, semakin menurunlah minatnya pada tubuh seksi itu. Setelah jadi ipar John Kennedy, salah satu pekerjaan Lawford adalah mengenalkan cewek-cewek Hollywood kepada iparnya. Dalam salah satu pesta yang ia sebut "ekspedisi perburuan", pada 1954, ia pertemukan John yang datang dengan istrinya, dengan Marilyn yang sedang jadi buah bibir dunia sebagai bom seks. Lewat teman Marilyn bernama Bob Slatzer, pertemuan itu sungguh membuat tak enak Marilyn. Sebab, di sepanjang pesta itu, "Ia (John Kennedy) tak melepaskan matanya dari saya," kata Marilyn, menurut Slatzer. Tapi hubungan intim mereka, menurut Marilyn kepada Slatzer, baru tejadi setelah Marilyn cerai dari suaminya, pemain baseball kenamaan, Joe Di Maggio, awal 1955. Beberapa bulan setelah pesta, John masuk rumah sakit untuk operasi punggung. Konon, mereka yang bezuk kaget melihat poster Marilyn di dinding kamar John. Dalam poster berwarna itu, Marilyn mengenakan celana pendek biru, kakinya mengangkang, dan poster itu dipasang terbalik di dinding kamar rumah sakit itu. Setelah Kennedy dilantik jadi presiden AS, 1961, dalam usia 44 tahun, hubungan itu justru semakin akrab. Menurut Lawford, Marilyn-lah yang berusaha sesering mungkin bersama John. Bila perlu, ia akan terbang dari Los Angeles ke New York, menemui Presiden AS itu. Pada 19 Mei 1962, sepuluh hari menjelang ulang tahun John Kennedy, sebuah pesta ulang tahun diselenggarakan. Hadir bintang-bintang terkenal- Henry Fonda, Maria Callas, Ella Fitzgerald- dan tentu, Marilyn. Sehabis pesta di Madison Square Garden, New York, Marilyn menginap di Hotel Carlyle, dan untuk beberapa jam ditemani John. Inilah malam terakhir hubungan itu. Setelah malam itu, Presiden AS tersebut menjauhi Marilyn. Surat dan teleponnya tak berbalas. Bahkan Peter Lawford mencoba juga menghindar dari Marilyn. Tak jelas, mengapa John Kennedy mencoba memutuskan hubungan. Yang pasti, setelah dirundung frustrasi beberapa hari, akhirnya Marilyn mengancam: bila tak ada berita dari John Kennedy, ia akan mengadakan konperensi pers tentang hubungan mereka. Terpaksalah orang tertinggi di Gedung Putih ambil tindakan. Ia mengirim adiknya, Jaksa Agung Robert (Bob) Kennedy untuk menenangkan Marilyn. Menurut Deborah Gould, istri ketiga Peter Lawford, suaminya bercerita itulah awal hubungan Bob dan Marilyn. Tanpa menyebutkan sumbernya, James Spada menulis, sebelum pertemuan ini, antara Bob dan Marilyn sudah pernah ada kencan. Tapi pertemuan kali ini, sebagai duta kakaknya, tampaknya Bob terjerat oleh Marilyn. Dan si bom seks, yang kehilangan tempat gantungan, memang lagi membutuhkan tempat bersandar. Hubungan Bob dengan Marilyn ternyata lebih serius daripada hubungan kakaknya dan aktris tenar itu. Salah satu buktinya, Marilyn mulai membuat catatan tentang segala hal yang diomongkan Bob sehabis mereka bertemu. Konon, ini dimulai ketika Bob mencela teman kencannya ini, bahwa separuh pun ia tak ingat lagi apa yang pernah mereka omongkan. Seorang teman Marilyn pernah melihat catatan itu, antara lain, ia melihat tulisan mengenai Jimmy Hoffa- ketika itu presiden persatuan buruh internasional yang disebut Teamsters, dan punya hubungan dengan tokoh-tokoh mafia- dan juga Fidel Castro, pemimpin Kuba. "Tampaknya, Marilyn benar-benar ingin menjadi bagian dari dunia Bob," tutur teman tersebut. Sebagaimana halnya pertemuan John dengan Marilyn, kebanyakan pertemuan Bob dengan dia pun dilangsungkan di rumah Lawford di Los Angeles. Dan kemudian terjadilah itu. Akhir Juli 1962, baik John, Peter Lawford, maupun Bob menyadari bahwa sudah lama rumah Lawford di tepi pantai itu, juga rumah Marilyn, disadap. Padahal, musuh Kennedy banyak, antara lain, para bos mafia yang merasa dikhianati dan para pendukung Castro. Tiba-tiba saja hubungan mereka dengan Marilyn jadi sumber bahaya. Bob Kennedy langsung memutuskan, ia harus mengakhiri hubungan itu. Yang dilakukan Bob pertama-tama adalah mengubah nomor telepon pribadi di kantornya. Marilyn tak lagi bisa menghubunginya, karena nomor telepon Kantor Kejaksaan Agung selalu menjawab bahwa Bob tak bisa dihubungi. Di masa inilah, menurut Bob Slatzer, salah seorang sahabat lama Marilyn, Marilyn baru memper- hatikan suara di teleponnya dan ia tahu bahwa teleponnya disadap. Menurut sumber-sumber James Spada, alat penyadapan di rumah Marilyn, juga di rumah Peter Lawford, dipasang mulai Maret 1962. Penyadapan itu sedemikian rupa, hingga tak hanya percakapan di telepon yang bisa dicuri dengar, tapi juga per- cakapan di tempat tidur. Rumitnya, menurut Fred Otash detektif swasta itu, banyak pihak yang bernafsu memasang piranti sadap di rumah Marilyn dan rumah Lawford. Antara lain, Jimmy Hoffa dan kemudian pihak yang tak diketahui identitasnya. Lalu pihak Partai Republik, yang hanya bertujuan politik semata, konon. Tak ketinggalan, tentu saja, FBI dan CIA. Tapi, sejak ramai-ramai pengusutan kematian Marilyn Monroe hingga lebih dari 20 tahun kemudian, Fred Otash bungkam tentang soal penyadapan ini. Ia pura-pura tak tahu, ketika orang bertanya-tanya, apakah telepon dan rumah John dan Bob Kennedy disadap. Kepada James Spada, Otash berkata, "Sebenarnya, saya mau diam saja." Tapi begitu ia tahu beberapa rekannya mengaku pada FBI dan CIA tentang itu, Otash pun tak bisa membisu lagi. "Sungguh tolol untuk tetap membisu dan menolak bahwa ada penyadapan," katanya. "Ya, saya dengar rekaman percakapan John Kennedy dengan Marilyn di tempat tidur. Tapi saya tak berniat mendengarkan apa yang mereka lakukan, titik ...." Menurut Otash pula, seorang bernama Bernard Spindel dari East Coast- sebuah perusahaan telepon- suatu hari, beberapa bulan sebelum Marilyn meninggal, menemuinya. Spindel menceritakan ia bermaksud memasang piranti penyadap di rumah Marilyn untuk seorang langganannya yang berpesan agar identitas dirinya dirahasiakan. Spindel minta bantuan Otash. "Tidak, saya tak mau terlibat," jawab Otash. Tapi Otash mau meminjamkan orangnya, untuk melakukan itu. Yang menarik, Marilyn pun ternyata menyadap dirinya sendiri. Otash-lah yang ia mintai tolong. "Saya tak tahu untuk apa itu," katanya. "Mungkin ia ingin mempunyai sesuatu yang bisa ia tawarkan kepada Bob." Yang jelas, Marilyn tak menerima begitu saja ulah Bob memutuskan hubungan. Ia ingin penjelasan yang masuk akal. Maka, setelah gagal menelepon kantor Bob, ia teleponlah Bob ke rumah. Bob Kennedy, seorang Katolik, bapak tujuh anak, sangat marah menerima telepon Marilyn. Menurut Bob Slatzer, Marilyn kemudian menghubungi Peter Lawford. Bom seks ini tak pernah marah kepada Lawford yang mengenalkannya kepada keluarga Kennedy. Lawford, menurut Slatzer yang dilapori oleh Marilyn, menasihatinya agar melupakan saja Bob. Tapi Marilyn tak rela menerima begitu saja kelakuan Bob dan John Kennedy. Sejak itu, Peter Lawford tahu bahwa Marilyn mulai menelan obat penenang dan hampir tiap hari, ia pun minum sampai mabuk. Marilyn sendiri mengakui hal itu, bahkan ia menambahkan bahwa ia telah kebal dengan obat tidur, hingga memerlukan dosis tinggi. Suatu ketika di akhir Juli, Lawford dan istrinya mengajak santai Marilyn di Cal Neva di Danau Tahoe- sebuah kasino milik Frank Sinatra dan bos mafia Chicago Sam Giancana. Ketika tiba waktu tidur, dan Marilyn ternyata tidur sendirian, para karyawan tempat judi dan hiburan itu cemas. Mereka lalu memonitor telepon di kamar Marilyn. Ketika terdengar bunyi napas yang berat, Peter segera dikasih tahu, dan segera ia mendobrak kamar Marilyn. Marilyn tergeletak di lantai, setengah sadar. Rupanya, ia terjatuh dari tempat tidur. Segera ia diminumi kopi dan dituntun berjalan berkeliling kamar agar peredaran darahnya lancar. Kali ini sang bom seks tertolong. Dalam perjalanan pulang ke Los Angeles, Marilyn mabuk di pesawat. Tapi masih mampu mengutarakan isi hatinya. Ia ingin mendengar dari Bob Kennedy sendiri penjelasan pemutusan hubungan itu. Bila tidak, ia akan mengadakan konperensi pers. Ia mempunyai rekaman percakapannya dengan Bob, yang bisa ia ajukan sebagai bukti. Dari bandara Los Angeles ke rumah, mereka berhenti di tengah jalan, karena Peter hendak menelepon. Sekitar setengah jam, Peter bercakap-cakap di telepon dengan seseorang yang tak ia katakan namanya, baik kepada istrinya maupun Marilyn. Kemungkinan besar ia nenelepon Bob, mengatakan bahwa keadaan semakin gawat. Ia tak menelepon dari rumah, karena ia tahu teleponnya disadap. Sejak itu, Peter Lawford terus mencoba menenangkan Marilyn. Jumat, 3 Agustus, misalnya, Peter membawa Marilyn makan di restoran bersama Pat Newcomb, salah seorang bekas sekretaris pers Marilyn. Lagi-lagi, Marilyn mabuk berat, hingga tak mampu mengenali Billy Travilla yang menyapanya. Travilla adalah salah seorang perancang busana Marilyn. Pulang dari restoran, Marilyn rupanya mencoba menelepon Bob lagi. Ia tahu, di akhir pekan itu, Bob bersama istri dan empat anaknya berada di Hotel St. Francis, di San Francisco. Ia meninggalkan pesan di hotel itu. Kemudian ia menelan beberapa butir pil tidur. Tapi, sebagaimana dituturkan seorang temannya, Marilyn rupanya tak juga bisa tidur. Hingga Sabtu malam itu, saat-saat terakhirnya. Hampir 30 tahun, saat-saat terakir Marilyn banyak diperdebatkan. Dan semakin tak jelas, keterangan mana yang benar. Kini, beberapa sumber mulai mau bicara, dan membenarkan hal-hal yang selama ini mereka tolak keras karena, katanya, itu cuma sas-sus saja. Bertahun-tahun Peter Lawford menolak bahwa malam itu Bob Kennedy berada di Los Angeles. Tapi wali kota Los Angeles mengaku mendapat informasi dari kepala polisi bahwa Bob ada di kotanya dan menginap di Hotel Beverly Hilton. Sejumlah orang yang lain pun bersaksi mengetahui Bob berada di Los Angeles Sabtu malam, 4 Agustus, itu. Antara lain, Detektif Thad Brown, dan teman bisnis Marilyn, Milton Greene. Bahkan kemudian Frank Neill, bekas karyawan Twenty Century Fox, menyatakan melihat Bob mendarat dengan helikopter di landasan milik Beverly Hilton, dekat Studio 18 Fox. Sumber polisi yang dirahasikan mendukung keterangan Neill. Kemudian, sejumlah saksi, di antaranya Fred Otash dan Bernard Spindel dari perusahaan telepon, mengaku mendengar percakapan Bob dan Marilyn di Sabtu malam itu. Mereka bertengkar karena Marilyn menanyakan mengapa Bob tak jadi menikahinya. Suara pertengkaran meninggi ketika Bob menanyakan piranti penyadapan di rumah Marilyn. Dan kemudian ada suara terhempas seperti tubuh seseorang jatuh ke tempat tidur. Hingga sekarang, banyak orang menduga bahwa Bob Kenndey (meninggal pada 1984 karena kecelakaan), dan Peter Lawford terlibat dalam kematian Marilyn Monroe. Tuduhan yang keras bahkan menuduh mereka membunuh aktris itu untuk menjaga nama baik keluarga Kennedy. Para penyadap percakapan terakhir di Sabtu malam itu yakin bahwa ketika Bob dan Peter keluar dari rumah Marylin, aktris itu sudah tewas. Tapi beberapa kesaksian lain kini membuktikan bahwa Marilyn masih segar bugar ketika mereka pergi. Sebab, Marilyn masih menelepon beberapa temannya setelah Bob pergi. Yakni, ke salon rambut Sidney Guilaroff pada pukul 9.30 malam. Lalu pada Jose Bolanos, antara 9.30 dan 10.00. Kemudian juga ke Jeanne Carmen, pada sekitar pukul 10.00 malam itu. Bahkan pada 4.30 dini hari, Marilyn menelepon Ralph Greenson, psikiater langganannya. Mereka berbicara sekitar dua setengah jam. Kepada tim penyelidik kemudian, Dr. Greenson mengatakan, Marilyn hanya bercerita bahwa ia melakukan hubungan seksual dengan "orang penting di pemerintahan, dan ia merasa ditolak oleh para sahabatnya". Menurut keterangan resmi, Marilyn ditemukan telah meninggal ketika pertolongan tiba. Tapi kata James Hall, sopir ambulans, ia mengangkat Marylin dari tempat tidurnya (bukan tempat tidur kamar tamu menurut versi yang selama ini diiformasikan) dan ia masih hidup. Buktinya, kata Hall, ketika itu ia mejatuhkan Marilyn ke lantai, dan itu sebabnya ada memar di pahanya. Tubuh yang sudah mati tak akan memar, kata Hall lagi. Soal memar dibenarkan adanya oleh dokter yang mengautopsi tubuh Marylin. Hall juga menyaksikan ketika Dokter Greenson menyuntik Marilyn di dada. Orang mati tak perlu disuntik lagi kan. Hall mula-mula menduga itu suntikan adrenalin untuk menolong Marilyn, tapi gagal. Tapi kemudian ia berpikir, jangan-jangan suntikan itu sudah direncanakan, dan itulah yang membunuh Marilyn. Sinyalemen terakhir Hall dibantah keras oleh Daniel Greenson, anak Ralph Greenson, yang kini juga seorang dokter. Ketika ayahnya datang, Marilyn sudah meninggal, katanya. Tapi bagaimana dengan suntikan itu? Dokter yang mengautopsi Marylin mengatakan tak menemukan bekas lubang jarum. Padahal, sehari sebelum meninggal, Marilyn disuntik oleh Dokter Hyman Engelberg. Bila bekas itu tak ditemukan, bisa saja bekas suntikan Dokter Greenson juga tak ditemukan. Artinya, sinyalemen bahwa "Marilyn ketika itu masih hidup" lebih kuat. Sesungguhnya, malam itu, Peter Lawford mencemaskan kesehatan Marilyn, dan ia ingin menengoknya. Tapi ia ragu. Ia hanya menelepon beberapa kenalan yang juga mengenal baik Marilyn. Dan tak seorang pun mendesak agar Lawford menengok Marilyn. Ini juga karena setelah salah seorang di antara mereka menelepon Eunice Murray, pengurus rumah Marilyn. Kata Murray, Marilyn tidur dengan nyenyak di kamarnya, dan tak perlu ada yang dikhawatirkan. Lawford, yang konon menyesal seumur hidup, yakin bahwa seandainya ia jadi cepat-cepat ke rumah Marilyn, nyawa sahabatnya itu bisa tertolong. Jadi, Marilyn bunuh diri, sebagaimana juga pernyataan resmi rumah sakit yang mengautopsinya? Itulah yang ditemukan James Spada dengan bukti-bukti yang lebih kuat daripada sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus