Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Membantai tikus jalanan

Di rio de janiero sekitar 7 juta anak di bawah 17 tahun hidup mengais di pinggir jalan. brasil me- nyelesaikan anak-anak jalanan dengan membunuh. 1400 anak mati antara 1984 dan 1989.

29 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENGGELANDANG di jalanan, di luar gubuk pengap di pinggiran Rio de Janeiro, betapa menyenangkan buat bocah macam Anderson dan Eduardo. Anderson, lima tahun, dari wilayah kumuh Baixade Fluminense, matanya akan berbinar-binar menemukan pakaian lusuh atau panci butut. Eduardo, setelah mengasong jeruk selama enam jam di sekitar lampu merah, bisa mengantungi empat dolar. Keduanya membawa pulang "harta karun" itu buat emaknya, keluarga di antara 60 juta warga teri Brasil yang hidup dari gaji 60 dolar sebulan. Maka, lebih enak di jalan, lepas dari kemplangan orangtua yang frustrasi. Di dunia bebas itu, ada gang dengan aturan-aturan dan bahasa tersendiri. Mereka pun diajari meminta-minta dan nyopet dari abang-abang mereka. Dan akhirnya menjadi subyek perdagangan obat bius serta pelacuran bawah umur. Para polisi, petugas hukum, dan juga pengusaha di kota gemerlap Rio lantas memandang mereka sebagai bencana. Mereka diburu dan dibantai. Dalam satu hari, lebih dari satu anak menjadi korban regu penembak misterius. Tepatnya, padu 1989, ada 445 "anak-anak tikus" mati. Di kantor polisi, orang bisa membaca nama mereka yang hilang beserta hari kematiannya: tanggal 28 Januari 1987, Renata G. Mello, 2 tahun 21 Februari 1987, Marcos Aurelio C., 17 tahun 4 Mei 1988, kakak beradik Elizete dan Elionete, 9 dan 5 tahun 12 Agustus 1988..... Mereka yang Kehilangan Kesempatan PARA ekonom menjuluki Brasil negara yang "kehilangan kesempatan". Keajaiban ekonomi pada 1960-1970 tidak diiringi pemerataan pendapatan. Akibatnya: inflasi gila-gilaan dan utang luar negeri sebesar US$ 124 milyar. Menurut Bank Dunia, pada 1987, penghasilan per kapita negara terbesar di Amerika Selatan ini adalah US$ 2.000, atau empat kali lipat Indonesia. Tapi, cuma sebagian dari 144 juta penduduk Brasil yang menerima berkahnya. Buktinya, di Rio, tujuh juta anak di bawah 17 tahun jumlah yang sama bila seluruh penduduk Switzerland menjadi tunawisma- hidup mengais di pinggir jalan. "Brasil menyelesaikan masalah anak-anak jalanan dengan membunuhnya," teriak lembaga hak asasi Amnesty International ketika 1.400 bocah mati antara 1984 dan 1989. Problem Brasil memang problem kebanyakan negara berkembang: bagaimana memerangi penyebab kemiskinan, dan bukan meng-hantam-kromo akibat-akibatnya saja. Foto: GAMMA Teks: Bunga Surawijaya dan Yudhi Soerjoatmodjo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus