Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Merancang Stasiun MRT Kota Tua

Sesuai dengan rencana, MRT Jakarta akan membangun stasiun di sebelah stasiun kereta api Jakarta Kota. Berdasarkan sayembara, desain stasiun MRT akan mencomot konsep lengkungan besar yang menjadi ciri khas Stasiun Jakarta Kota. Desain tersebut diharapkan mampu menyesuaikan dengan kawasan Kota Tua tapi tetap menunjukkan ciri kekinian.

23 April 2022 | 00.00 WIB

Desain Stasiun MRT Kota atau disebut Dwara Batavia. Dok Behance
Perbesar
Desain Stasiun MRT Kota atau disebut Dwara Batavia. Dok Behance

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Sesuai dengan rencana, MRT Jakarta akan membangun stasiun di sebelah stasiun kereta api Jakarta Kota.

  • Berdasarkan sayembara, desain stasiun MRT akan mencomot konsep lengkungan besar yang menjadi ciri khas Stasiun Jakarta Kota.

  • Desain tersebut diharapkan mampu menyesuaikan dengan kawasan Kota Tua tapi tetap menunjukkan ciri kekinian. 

JAKARTA – Tugu Jam Koeno Stasiun Beos masih berdiri kokoh di sebuah taman di depan Stasiun Jakarta Kota. Namun tugu setinggi hampir 3 meter itu nyaris tak terlihat dari jalan di sekitarnya karena tertutup pepohonan taman serta dua halte Transjakarta yang berada di Jalan Lada dan Jalan Pintu Besar Utara. Jarum jam pada tugu tersebut juga sudah tak bergerak. 

Padahal, pada 1970-an, tugu itu menjadi pusat perhatian warga yang melintas di sekitar Stasiun Jakarta Kota atau Stasiun Beos. Betapa tidak, tugu tersebut berada di tengah taman berbentuk oval, tepat di depan pintu utama Stasiun Jakarta Kota.

Sesuai dengan rencana, taman yang berada di antara Stasiun Jakarta Kota dan Museum Bank Mandiri itu akan dialihfungsikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadi bagian dari stasiun mass rapid transit (MRT) Jakarta. Rencananya, stasiun MRT ini akan melayani perjalanan kereta MRT dari Kota menuju Bundaran Hotel Indonesia.

Salah seorang penumpang Transjakarta bernama Rizkia, 27 tahun, setuju atas rencana Pemprov DKI itu. Menurut dia, lebih baik taman tersebut diubah menjadi fasilitas yang lebih berguna. “Daripada dibiarkan menjadi taman kosong seperti ini,” kata Rizkia ketika ditemui, kemarin.

Rizkia pun tertarik pada desain yang bakal diterapkan MRT untuk Stasiun Jakarta Kota. “Saya sudah lihat di akun media sosial MRT, sangat bagus dan kekinian. Semoga benar terwujud seperti itu,” kata karyawati sebuah perusahaan swasta tersebut.

 

Desain Stasiun MRT Kota atau disebut Dwara Batavia. Dok Behance

Rabu lalu, MRT memamerkan desain Stasiun MRT Jakarta Kota di akun Instagram-nya. Desain tersebut merupakan hasil dari sayembara yang dimenangi oleh Team Under LABO, Architecture & Design, Bandung. Adapun sayembara desain stasiun MRT itu dibuka sejak Februari lalu. Desain stasiun tersebut berjudul Dwara Batavia, yang dalam bahasa Sanskerta berarti gerbang Batavia.

Desain Dwara Batavia mengambil bentuk lengkungan khas Stasiun Jakarta Kota. MRT optimistis bentuk lengkung tersebut sesuai dengan nuansa tempo dulu kawasan Kota Tua. Meski bentuk itu terkesan jadul, MRT yakin konsep kekinian tetap akan tersaji pada Stasiun MRT Jakarta Kota, yang terdiri atas stasiun, plaza, dan jalur pedestrian.

Ketua tim sekaligus pendiri LABO, Architecture & Design, Deddy Wahjudi, sengaja memilih elemen lengkung khas Stasiun Jakarta Kota untuk stasiun MRT. Menurut Deddy, elemen lengkung itu menjadi semacam gerbang akses Kota Tua. Dalam konsep urban, bentuk lengkung itu dinamakan sebagai penggal-penggal pengalaman.

Di stasiun MRT itu pengunjung akan mendapat pengalaman ruang dengan bentuk-bentuk lengkung ketika turun dari kereta dan menyusuri atrium bawah tanah hingga plaza terbuka. “Sehingga kami namakan karya kami gerbang Batavia,” kata arsitek lulusan S-1 ITB pada 1996 itu.
 

 

Desain Stasiun MRT Kota atau disebut Dwara Batavia. Dok. Behance

Menurut Deddy, konteks desain pada sayembara itu cukup kompleks karena Kota Tua merupakan kawasan cagar budaya. Sebelum membuat desain, Deddy dan rekan-rekannya melakukan sejumlah studi. Salah satu temuan menarik mereka adalah stasiun MRT ini berada di bawah tanah dengan posisi memanjang dari selatan ke utara. “Stasiun MRT ini dijadikan sebagai sebuah media untuk memperluas kawasan Kota Tua yang dulunya hanya Stasiun Beos menuju ke utara,” ujarnya.

Agar tidak terlepas dengan konsep bangunan di sekitarnya, tim menggunakan bentuk lengkung Stasiun Beos pada bagian atap dan rona fasadnya. Tim LABO juga merancang desain dasar sesuai dengan arahan dan panduan dari pihak MRT dengan jalur yang telah dibuat.

Selain menggunakan elemen lengkung, mereka membuat jalan masuk utama menuju stasiun MRT di plaza di seberang Stasiun Beos. Akses ke bawah tanah itu dibuat dengan anak tangga yang jembar untuk menghadirkan kesan besar.

Pada basement lantai 1, Deddy cs merancang ruang publik dan kafetaria yang bisa dijadikan tempat bekerja. Mereka juga membuat unsur elemen garis panjang tak putus pada lantai dan bagian atap atau plafon. “Sebagai bagian dari konteks ruang yang bisa menyampaikan kedinamisan,” ujar Deddy.
 

 

Garis panjang itu juga menandakan arah utara-selatan agar pengunjung tidak mengalami disorientasi. Basement lantai dua merupakan area tiket. Adapun basement lantai 3 akan menjadi tempat naik-turun kereta MRT.

Selain pintu akses utama, terdapat 6-8 pintu ke stasiun MRT. Lokasinya tersebar di sepanjang Jalan Pintu Besar Selatan. Jalan itu, menurut Deddy, akan ditutup untuk kendaraan pribadi dan jalurnya dialihkan secara melingkar di kawasan Kota Tua. Jalur poros utama itu akan menjadi jalur pedestarian untuk mendorong orang berjalan kaki atau bersepeda, selain untuk jalur Transjakarta.

Deddy dan timnya berharap desain Stasiun MRT Jakarta Kota yang mereka buat bisa diwujudkan sepenuhnya. “Respons positif publik cukup banyak di media sosial dan mereka menunggu kapan direalisasi seperti konsepnya,” kata Deddy.

INDRA WIJAYA | ANWAR SISWADI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus