Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mulanya Iseng-Iseng

Siaran TVRI Jakarta belum dapat dilihat di Bukit Tinggi dan menara pemancar sedang dipasang. Bila cuaca baik, dengan antena tinggi masyarakat bisa menikmati siaran Singapura atau Malaysia.

19 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA berita elok untuk urang awak di rantau. Bukittinggi sekarang sudah bisa menangkap siaran televisi dari Singapura atau Malaysia. Dengan munculnya kesempatan menghibur diri di, rumah ini, mungkin semangat pulang basamo bakal lebih menggalak - terutama bagi kalangan anak muda yang lahir di rantau dan enggan menengok tanah ibunya lantaran kampung itu dipandang sunyi. Tapi kini tentu soalnya jadi lain. Siaran televisi dari negeri tetangga itu bisa ditangkap baru sekitar bulan-bulan belakangan ini. Sebelum itu pesawat teve memang sudah jadi barang pajangan di toko, dengan harapan bila kelak (mungkin April ini) seluk-beluk peralatan elektroniknya rampung, tentu siaran Jakarta bisa diterima. Tapi pada suatu hari ada seorang pedagang televisi di Jalan Minangkabau iseng-iseng mengutak-atik pesawat itu. Eh, tahutahu nongol gambar seorang nona sedang menyanyi. Asalnya dari Singapura. Tentu saja kabar itu cepat tersiar luas, dan pendudukpun beramai-ramai datang ingin menonton. Tak tunggu lama, esoknya orangpun mulai merogoh koceknya dan mendatangi toko. Sampai-sampai para pedagang agak kewalahan melayani pesanan. Sampai awal Maret ini sedikitnya ditaksir "sudah 60 pesawat yang dimiliki warga kota", begitu menurut Sekwilda drs Anwar Syarif kepada Muchlis Sulin dari TEMPO. Taksiran itu mungkin tak meleset, menilik sudah mulai menyoloknya antena teve yang mencuat di langit Bukittinggi. Baik di Pasar Bawah, tengah sawah sampai rumah mentereng di sepanjang Atas Ngarai. Melihat dari tingginya tiang antena itu, bisa dipastikan harganyapun tidak rendah. Seperti halnya di Pekanbaru atau Jambi, atau Pontianak (yang sama menggaet siaran dari negara jiran itu), maka harga pemancangan sebuah antena mencapai Rp 100 ribu lebih. Sedangkan harga satu pesawat berkisar mulai Rp 120 ribu sampai Rp 300 ribu. Pada saat ini belum lagi bisa dicatat pesawat merek apa saja yang laku keras. Sebab berbarengan dengan semangat berteve ini, biasanya orang belum keliwat cerewet dengan merek, meskipun harga itu bisa melonjak juga karena barang sedang laku keras. Untuk sementara pesawat-pesawat itu belum dipungut pajak."Mereka kan mengambil siaran luar negeri", kata Anwar. Lain di Padang Tapi baik juga diketahui, siaran dari Singapura atau Kuala Lumpur itu tak selamanya bisa diterima dengan bagus. Banyak tergantung cuaca. Maklum. "Kalau cuaca sedang jelek, gambar dapat tapi suara hilang - macam film bisu", tutur Ismed Ramli, pemakai pesawat teve yang berdiam di Belakang Balok. Atau bila cuaca terlalu jelek, maka terima nasib sajalah bagai menonton gambar setan berkejaran di layar. Lalu kapan giliran TV-RI Jakarta bakal memasuki Sumatera Barat? "Kita masih memasang peralatan dan menara di Bukit Gompong dan Pandai Sikat" kata Jamalul Abidin. Asisten pimpinan proyek TV-RI Sumater Barat ini juga dikenal sebagai Kepala RRI Padang, selanjutnya mengungkapkan bahwa pekerjaan sipil kini sudah selesai. Begitu pula stasion relay di Jati berikut jaringan pemancar ke segenap pelosok Dalam pada itu, di kota Padang lain lagi ceritanya. Pesawat televisi sudah ada juga, tapi tak bisa menangkap siaran Singapura itu. Sebab kotanya lebih rendah ketimbang Bukittinggi. Tapi saat ini orang justru bisa menerima siaran TV-RI Jakarta. Mungkin ganjil juga. Begini caranya: stasion bumi di Limau Manis Padang Luar Kota rupanya sudah berfungsi, dan bisa main mata dengan Palapa. Dari sana diteruskanlke sebuah stasion relay darurat yang berlokasi di Kantor Telepon Padang, dan dengan sebuah alat bcrkekuatan 100 watt membonceng di antena telekom sehingga siaran itu bisa diterima di rumah-rumah penduduk. "Siaran ini akan bisa berlangsung sampai proyek TV-RI selesai", kata Daud Suriadi, Kepala Daerah Telekomunikasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus