Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Penumpang Sepi, Maskapai Berlomba Menjadi Kurir

Layanan kargo udara dianggap mampu menutup potensi sepinya penumpang maskapai penerbangan.

11 Juli 2019 | 10.28 WIB

Lion Parcel menandatangani kerjasama dengan Pos Indonesia, di Jakarta, Rabu, 21 Februari 2018. (Foto: Dok. Pos Indonesia)
Perbesar
Lion Parcel menandatangani kerjasama dengan Pos Indonesia, di Jakarta, Rabu, 21 Februari 2018. (Foto: Dok. Pos Indonesia)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Hari mengancik sore ketika Ahmad, 24 tahun, semakin sibuk memindai kode batang paket retail yang akan diangkut dari Jakarta ke luar kota. Pegawai PT Lion Express, anak perusahaan maskapai Lion Air di sektor jasa pengiriman logistik dengan nama beken Lion Parcel, ini mesti menuntaskan pendataan barang sebelum setumpuk paket diberangkatkan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. “Kami kejar cepat supaya tiba di tujuan besok pagi,” ujar Ahmad di kantor Lion Parcel, Kedoya, Jakarta Barat, Senin lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum diterbangkan, ribuan paket itu mesti dikemas ulang di gedung pusat Lion Parcel. Gedung lima lantai itu milik Kusnan Kirana—bos Lion Air Group yang juga kakak kandung Rusdi Kirana, pendiri PT Lion Mentari Airlines. Kantor di Kedoya yang dulunya asrama pramugari itu kini disulap jadi lokasi transit logistik. Dari sana, sedikitnya 14 ton barang tiba setiap hari dari berbagai lokasi di Jabodetabek untuk dikirim ke luar kota. 

Chief Commercial Officer PT Lion Express, Victor Ary Subekti, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya ketika memaparkan pembukuan bulan lalu. Sepanjang Juni, volume barang yang dikirimkan Lion Parcel melonjak 30 persen. “Kalau sebelumnya 9-10 ton sehari,” kata Victor.

Lion Air memang tengah serius menggarap pasar kargo. Sayap bisnis ini digadang-gadang menjadi penopang keuangan perseroan di tengah musim sepi penumpang. Tak hanya bersifat musiman, penurunan jumlah penumpang pesawat berpotensi terjadi di tengah sentimen negatif di industri penerbangan. Enam bulan terakhir, misalnya, jumlah pengguna moda udara terus anjlok seiring dengan lonjakan harga tiket. (Koran Tempo edisi 18 Juni 2019, “Penumpang Hengkang”.)

Dioperasikan pada 2014, Lion Parcel terus mencatatkan pertumbuhan volume layanan. Pada masa awal memulai bisnis logistik, Lion hanya mengirim paket ratusan kilogram per tahun. Kini, lima tahun berselang, pengiriman barang Lion tumbuh sepuluh kali lipat dengan pertambahan volume 5.000 ton per tahun. “Tahun ini kami targetkan 25 juta kilogram, sedangkan dua tahun lalu volume pengiriman logistik sudah mencapai 10 juta kilogram,” kata Victor. Saat ini, perseroan melayani angkutan kargo ke 87.200 destinasi. 

Pesaingnya, PT Garuda Indonesia Persero Tbk, tak kalah agresif mengejar pertumbuhan kargo udara. Maskapai pelat merah itu malah telah mendatangkan empat unit pesawat khusus angkutan barang atau freighter ke Tanah Air. 

Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Garuda Indonesia, Mohammad Iqbal, mengatakan entitasnya juga bersiap menyasar area remote atau terluar via unmanned aerial vehicle (UVA). Pesawat nirawak maskapai ini digadang-gadang akan mengangkut komoditas ikan dan hasil laut di daerah potensial untuk kepentingan ekspor dengan muatan 2,2 ton. 

Baca: Turunkan Harga Tiket Pesawat, Menteri Teken RPP Insentif Fiskal

Uji coba pengangkutan barang dengan moda UAV ini akan digelar pada akhir tahun ini dengan target operasional penuh pada 2020. “Untuk tahap pertama kami uji cobakan tiga unit pesawat, sedangkan hingga 2024 akan didatangkan 100 unit,” kata Iqbal. 

Konsentrasi maskapai pada bisnis kargo berawal dari tersedianya payload atau ruang bagasi kargo komersial. Lion Air, misalnya, memiliki ruang rata-rata 3 ton per rute di luar bagasi penumpang. Maskapai memanfaatkannya menjadi cuan tambahan. 

Pada sisi lain, pengembangan bisnis kargo ini semakin terbuka di tengah tren pertumbuhan ekonomi digital yang ditandai dengan lonjakan perdagangan online (e-commerce). Riset Google dan Temasek dalam laporan e-Conomy SEA 2018 menempatkan Indonesia sebagai negara dengan transaksi e-commerce tertinggi di Asia Tenggara. Nilainya mencapai US$ 23,2 miliar atau setara dengan Rp 336,4 triliun, naik 114 persen dibanding 2017. 

Ketua Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, menuturkan sedikitnya 200 perusahaan dari total 4.100 anggota Asosiasi menggarap pasar jasa kurir melalui angkutan udara. Waktu pengangkutan barang melalui udara dianggap lebih efisien, terutama soal waktu pengiriman. 

Kendati begitu, Zaldy berharap pemerintah dan perusahaan aviasi menggarap serius infrastruktur penunjang derasnya arus pengiriman barang. Dia memperkirakan kapasitas gudang di Bandara Soekarno-Hatta saat ini tak akan mampu lagi menampung beban di tengah pertumbuhan retail 20 persen per tahun. 

Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, memastikan kapasitas gudang Bandara Soekarno-Hatta yang saat ini mencapai 800 ribu ton akan ditingkatkan menjadi 1,5 juta ton lewat rencana pembangunan cargo village. “Tahun ini mulai tender dan produksi dan akan rampung 2021,” ujarnya. 

BACA:  Soal Laporan Keuangan Garuda, Luhut: Makanya Jangan Bohong-bohong

Dukungan untuk maskapai juga datang dari pemerintah. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Polana Banguningsih Pramesti, membuka opsi pembangunan bandara khusus kargo yang diprioritaskan untuk Indonesia bagian timur. Pembangunan itu menyokong target pemerintah mengurangi disparitas harga kebutuhan pokok. “Selain itu, bisa memanfaatkan bandara-bandara yang traffic-nya rendah. Misalnya, bandara di Biak dijadikan hub kargo untuk melayani logistik di Papua,” kata Polana. 

***

 

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus