Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Latif Usman mengatakan polisi melakukan pengaturan dan penjagaan pada acara haul akbar ke-10 Habib Munzir Almusawa pada Ahad, 28 Mei 2023 di Jalan Rawajati Timur II, Pancoran- Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Latif mengatakan pengaturan dan penjagaan dilakukan dari Pancoran sampai dengan Pasar Minggu. Ia tidak menjelaskan secara rinci berapa jumlah personel yang diterjunkan untuk pengaturan dan pengamanan acara haul tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Habib Munzir Al Musawa meninggal pada 15 September 2013 saat berusia 40 tahun. Pada 28-29 Mei 2023 ini, Majelis Rasulullah yang didirikannya akan mengadakan haul ke-10.
Acara haul atau memperingati wafatnya seseorang ini akan dimeriahkan dengan parade 1.000 hadroh dengan berjalan kaki bersama-sama dari Masjid Jami Al Munawwar - Maqom Habib kuncung, tempat di Habib Munzir dimakamkan.
Acara ini diagendakan selama dua hari berturut-turut, yakni pada 28 dan 29 Mei 2023. Adapun puncak haul akan dilaksanakan pada Senin 29 Mei 2023 di Masjid Jami Al Munawwar, Pancoran-Jakarta Selatan.
Nama Habib Munzir Al Musawa tak bisa dipisahkan dari jemaah pengajian Majelis Rasulullah. Namanya sangat populer pada era 2000-an akhir dan awal dekade lalu, hingga kemudian ia wafat.
Pada era itu, Habib Munzir mulai menjadi ulama atau dai yang disukai ummat. Ia menjelam menjadi pendakwah favorit di semua kalangan, tanpa terkecuali anak muda. Jumlah jemaah yang menghadiri ceramahnya bisa mencapai puluhan ribu. Setiap ia menggelar pengajian, jemaahnya selalu meluber hingga keluar masjid atau memenuhi lapangan.
Kepada Tempo yang mewawancarainya pada 2008 silam, Habib Munzir bercerita, jemaah pengajiannya awalnya hanya 9 orang. Ia memulai mengajarkan ilmu fikih. Namun, ia juga melihat masyarakat menginginkan pelajaran lebih dari hanya sekadar ilmu ibadah.
Sebab, kata dia, jemaah banyak bertanya tentang alasan di balik seseorang harus beribadah. Akhirnya, ia pun mengemas dakwahnya dengan sentuhan kelembutan dari kasih sayang Allah SWT dan budi pekerti Rasulullah.
Habib yang menyelesaikan studinya di Yaman punya standar atau urutan saat memberikan ceramah, yakni mulai membaca selawat, memberikan tausiyah, membaca zikir, dan menyaksikan kesenian hadroh.
"Itu sudah standar kami," kata Habib Munzir pada 29 September 2008, sebagaimana tertulis dalam Majalah Tempo.