Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIBA-TIBA saja dada Sunarto, 58 tahun, menyesak pada Kamis, 17 Agustus lalu. Ia terbatuk-batuk dan tubuhnya terasa lejar. Setelah menjalani pemeriksaan roentgen, ia dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Utara. Di sana, Sunarto diminta menjalani opname. Dokter mendiagnosis warga Cilincing, Jakarta Utara, itu mengalami infeksi saluran pernapasan atas atau ISPA karena polusi udara.
Hingga Rabu, 23 Agustus lalu, nelayan di pantai utara Jakarta itu masih dirawat di ruang Tenggiri, bangsal khusus pasien penyakit paru dan pernapasan. “Hasil roentgen menunjukkan ada peradangan di paru,” kata Ami, istri Sunarto, yang menunggui suaminya saat menjalani opname. Sunarto terlihat lunglai dan masih terbatuk-batuk.
Sunarto bukan perokok. Bersama Ami dan anaknya, ia bermukim di Jalan Kalibaru Barat, Cilincing. Rumahnya hanya berjarak sekitar 6 kilometer ke arah barat dari kawasan industri Cilincing. Sekitar 1 kilometer dari griya Sunarto, juga ada terminal peti kemas Tanjung Priok, tempat truk-truk kontainer hilir-mudik membongkar muatan.
Situs AccuWeather, yang menyediakan informasi cuaca dan pemantauan udara, mencatat kualitas udara di Cilincing buruk. Indikator PM2.5 di wilayah itu mencapai 63 mikrogram per meter kubik, lebih dari tiga kali batas aman 19 mikrogram. PM2.5 merupakan partikel polutan amat kecil hasil pembakaran tungku batu bara serta kendaraan bermotor. Seseorang dapat mengalami batuk, sesak napas, dan penyakit pernapasan akut bila terpapar partikel halus ini.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Ihsan Reliubun dan Adi Warsono dari Bekasi berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Ranjang Bernoda Abu"