Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Posisi Pemecah Belah

Kelompok pendukung Jokowi terpecah setelah Ketua Umum Projo diangkat sebagai wakil menteri. Dituduh menjilat ludah sendiri.

2 November 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA hari setelah dilantik, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Budi Arie Setiadi mengumpulkan kelompok pendukung Presiden Joko Widodo di Restoran Batik Kuring di Kawasan Sudirman Central Business District, Senayan, Jakarta Selatan. Kepada sekitar 50 relawan yang hadir, pada Senin, 28 Oktober itu, Budi menjelaskan alasan dia menerima posisi wakil menteri. “Saya memberikan penjelasan kepada kawan-kawan bahwa saya tidak pernah meminta jabatan,” ujar Budi, yang juga Ketua Umum Pro-Jokowi (Projo), kepada Tempo, Kamis, 31 Oktober lalu.

Setelah Budi dilantik, terjadi perselisihan di antara kelompok pendukung Jokowi. Mereka yang menolak Budi masuk kabinet sengaja tak hadir dalam pertemuan itu. Salah satunya Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi. Sekretaris Jenderal Seknas Jokowi, Dedy Mawardi, mengatakan kelompok “relawan” terbelah. “Ada yang pro Pak Budi, ada yang kontra. Saya tak hadir dalam pertemuan itu karena saya kecewa,” ujar Dedy, yang mengaku diundang Handoko, Sekretaris Jenderal Projo, menghadiri acara di Batik Kuring itu. Menurut Dedy, jabatan Budi sebagai wakil menteri diraih dengan cara tak elok.

Budi ditunjuk sebagai wakil menteri sehari setelah Projo menyatakan bakal membubarkan diri pada Rabu, 23 Oktober 2019. Handoko sempat menyatakan ada kekecewaan di akar rumput terhadap komposisi menteri Jokowi-Ma’ruf Amin, terutama karena bergabungnya Prabowo Subianto, lawan Jokowi dalam pemilihan presiden. “Kami bertarung cukup keras. Tapi sekarang dia malah jadi Menhan,” ucap Handoko dalam konferensi pers pembubaran organisasinya.

Ketika Jokowi melemparkan sinyal akan mengajak Prabowo masuk kabinet setelah pertemuan rekonsiliasi di Stasiun Moda Raya Terpadu Lebak Bulus, Jakarta, pada Juli lalu, “relawan” sebenarnya juga menolak. “Tolong kalkulasi lagi, Pak,” kata mereka dalam pertemuan di Istana waktu itu.

Sehari setelah Projo menyatakan bubar, Budi mengaku ditelepon Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Pada Kamis malam itu, ia ditawari posisi Wakil Menteri Desa dan di-minta datang ke Istana keesokan harinya. Budi langsung mengiyakan. Setelah Budi dilantik, Projo menyatakan tak jadi membubarkan diri. Projo pun mulai memuji-muji Prabowo sebagai “patriot”. “Kami mendukung segala keputusan Pak Jokowi,” ujar Budi dan Handoko.

Menurut Dedy, terpilihnya Budi sebagai wakil menteri tak mewakili “relawan”. Selama ini, kata Dedy, posisi wakil menteri tak pernah dibicarakan dalam berbagai pertemuan mereka dengan Jokowi. Dedy mengatakan “relawan” bersepakat tak membicarakan jatah kursi. “Saya dan yang lain juga meminta kepada Pak Jokowi supaya jangan ada menteri dari relawan karena relawan kan banyak. Nanti khawatir bisa pecah,” ujarnya.

Kekecewaan juga dicurahkan Alifurrahman S. Asyari, pendiri situs microblogging Seword. Setelah Jokowi melantik Budi dan sepuluh wakil menteri lain pada Jumat, 25 Oktober lalu, Alif menutup sementara situsnya, yang dipenuhi artikel dukungan terhadap Jokowi. Di laman situs itu terpampang banner #AlifforWapres untuk menandingi tanda pagar #BudiArieforMenteri di media sosial. “Itu bentuk satire kami terhadap sikap Projo yang mengancam membubarkan diri hanya untuk bisa mendapat jabatan,” ujar Alif.

Setelah menyampaikan kekecewaan atas penunjukan Budi sebagai wakil menteri, Alif mengatakan dikontak sejumlah “relawan” agar tak membesar-besarkan masalah tersebut. “Mereka meminta saya membuka kembali situs itu,” ujar Alif.

Budi Arie Setiadi. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

Ketua Umum Posko Perjuangan Rakyat, Mustar Bona Ventura Manurung, menuding bahwa pernyataan Projo bakal membubarkan diri adalah taktik untuk mendapatkan jabatan. “Ada yang ngaku berkeringat, tapi kerjanya cuma duduk dari satu ruang AC ke ruang AC lain. Ada yang nolak, tapi jilat ludah sendiri. Ada juga relawan yang menggunakan pola ngambek, lalu mendapat wakil menteri,” tutur Mustar.

Budi membantah tudingan dari sesama pendukung Jokowi tersebut. Ia mengklaim pembubaran organisasi yang dibentuknya pada 2013 itu bukan untuk menekan Presiden demi mendapatkan jabatan, melainkan karena tugasnya telah usai. Budi mengatakan, dalam sejumlah pertemuan “relawan” dengan Jokowi, ia tak pernah membicarakan soal sosok yang bakal mengisi kabinet. “Saya enggak mengincar posisi dan kami tak menyodorkan nama,” ujarnya.

Sekalipun bersepakat tak membicarakan calon penghuni kabinet, sejumlah “relawan” menyodorkan nama ke Istana. Dalam pertemuan antara Jokowi dan kelompok pendukungnya pada akhir September lalu, misalnya, Ketua Umum Relawan Penggerak Jakarta Baru, Pitono Adhi, menyodorkan nama Dedy Mawardi untuk mengisi posisi juru bicara Istana yang ditinggalkan Johan Budi Sapto Pribowo, yang terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Dedy tak membantah kabar bahwa dia diusulkan Pitono. Meski begitu, Dedy mengaku tak pernah menyodorkan nama kepada Jokowi. Ketika dimintai konfirmasi, Pitono menolak jawabannya ditulis. “Saya tidak ingin konfirmasi dari saya dipublikasikan,” ujarnya.

Dedy menduga masuknya Budi ke kabinet berkat kedekatannya dengan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Dedy mengatakan Moeldoko adalah jembatan antara Jokowi dan sejumlah “relawan”. “Mungkin melalui lobi-lobi politik. Budi Arie dekat dengan Pak Moeldoko,” ujar Dedy.

Moeldoko menyanggah tuduhan Dedy. Ia mengatakan penyusunan kabinet merupakan hak prerogatif presiden. Ia juga menyatakan tak terlibat dalam pemilihan wakil menteri. “Jadi kita enggak ikut-ikut dalam hal itu. Jadi jangan dibelokkan seolah-olah saya hanya berpihak kepada satu relawan,” tutur Moeldoko. Adapun Budi tak menyangkal dekat dengan Moeldoko. “Kita dekat dengan semua. Kalau memang Pak M (Moeldoko) dukung, ya, saya terima kasih,” ujar Budi.

DEVY ERNIS, FRISKI RIANA, FIKRI ARIGI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus