Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Putri Diana Mengalami Bulimia Nervosa, Kenali Gejala Fisik dan Perilakunya

Gambaran tentang Putri Diana yang mengalami bulimia nervosa terlihat dalam serial Netflix, The Crown musim keempat

25 November 2020 | 16.50 WIB

Putri Diana dan Pangeran Charles dalam serial Netflix, The Crown yang diperankan Emma Corrin dan Josh O'Connor. Instagram.com/@thecrownnetflix
Perbesar
Putri Diana dan Pangeran Charles dalam serial Netflix, The Crown yang diperankan Emma Corrin dan Josh O'Connor. Instagram.com/@thecrownnetflix

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Putri Diana salah satu tokoh ternama yang dikenal mengalami gangguan makan bulimia nervosa. Hal itu juga terlihat dalam serial Netflix, The Crown musim keempat. Dalam episode ketiga Anda akan melihat sejumlah adegan yang menunjukkan mantan istri Pangeran Charles ini makan dalam porsi banyak untuk menutupi rasa tidak percaya dirinya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Namun tak lama setelah menyantap habis makanannya, Putri Diana terlihat berusaha memuntahkan apa yang dimakan dengan memasukkan jari ke mulut. Gangguan makan yang dialami ibu Pangeran William dan Pangeran Harry itu dikenal dengan sebutan bulimia nervosa. Kelainan psikologis yang membuat seseorang mengonsumsi banyak makanan dalam waktu singkat dan diikuti dengan upaya untuk mengeluarkan apa yang telah dikonsumsi setelahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cara mengeluarkan makanan yang telah dikonsumsi ini pun beragam, mulai dimuntahkan secara paksa, minum obat pencahar, hingga berolahraga secara ekstrem. Tak seperti anoreksia nervosa, penderita bulimia biasanya memiliki berat badan normal untuk usia dan tinggi badan mereka. Namun, mereka mungkin punya ketakutan akan penambahan berat badan atau ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh.

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab seseorang menderita bulimia. Namun, gangguan makan mematikan ini lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan pria. Umumnya, bulimia nervosa baru muncul pada akhir masa remaja maupun awal memasuki usia dewasa. Sejumlah faktor yang berpotensi meningkatkan risiko Anda mengidap bulimia nervosa, seperti stres, genetik, sering diet, wanita, menderita depresi dan gangguan kecemasan, mengalami peristiwa yang menimbulkan trauma, kemarahan, pribadi yang perfeksionis, hidup dalam lingkungan dengan tuntutan sosial tinggi, atau hidup dalam lingkungan yang dipengaruhi oleh media.

Sejumlah gejala pengidap bulimia nervosa bisa ditunjukkan secara fisik maupun perilaku. Gejala fisik seperti pusing, kulit kering, masalah pada gigi, sakit tenggorokan, kuku kering dan rapuh, mengalami gangguan tidur, merasa kedinginan setiap saat, terganggunya siklus menstruasi, kapalan pada punggung tangan, kelelahan, merasa lemah, mata merah, pembengkakan kelenjar di leher dan wajah, hingga Heartburn, gangguan pencernaan, kembung.

Sedangkan gejala perilaku yang kerap ditunjukkan oleh para penderita bulimia meliputi berusaha tidak makan di depan orang lain, selalu mengatakan bahwa dirinya bertambah gemuk, ketakutan jangka panjang akan penambahan berat badan, segera ke kamar mandi untuk buang air besar setelah makan, berolahraga secara berlebihan untuk menurunkan berat badan, sering menggunakan obat pencahar untuk mengeluarkan isi perut, mengonsumsi suplemen dan herbal untuk menurunkan berat badan, mengonsumsi makanan dengan jumlah berlebihan dalam sekali makan dan memiliki kecenderungan untuk memuntahkan makanan dengan sengaja

Bulimia nervosa yang dibiarkan begitu saja dan tidak mendapatkan penanganan berpotensi memicu terjadinya masalah kesehatan serius. Beberapa risiko komplikasi kesehatan yang mungkin akan dialami oleh penderita bulimia, di antaranya gagal ginjal, kerusakan gigi, kerusakan gusi, dehidrasi ekstrem, gangguan jantung, tubuh kekurangan nutrisi, masalah pencernaan atau sembelit hingga Ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh. Selain masalah fisik, kondisi ini juga dapat memicu gangguan kesehatan mental.

Ada beberapa cara untuk mengatasi bulimia. Misalnya dengan psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif untuk membantu menormalkan pola makan. Selain itu, terapi perilaku kognitif juga membantu mengidentifikasi perilaku yang tidak sehat dan negatif untuk diganti dengan yang sehat serta positif. Terapu yang melibatkan keluarga penderita untuk menghentikan pola makan tidak sehat mereka. Sampai psikoterapi interpersonal, terapi membahas kesulitan yang Anda alami, serta meningkatkan komunikasi maupun keterampilan dalam pemecahan masalah.

Selain psikoterapi, penggunaan antidepresan dapat membantu mengurangi gejala bulimia. Anda juga bisa berkosnsultasi dengan ahli gizi untuk membantu Anda mencapai kebiasaan makan yang sehat. Selain itu, Anda juga akan dibantu untuk menghindari rasa lapar dan ngidam, serta mendapat rekomendasi makanan dengan nutrisi yang baik untuk kesehatan.

Perawatan bulimia umumnya bisa Anda lakukan sendiri di rumah. Namun, jika gejalanya parah dan mengakibatkan komplikasi serius, perawatan di rumah sakit mungkin akan diperlukan untuk membantu mengatasi bulimia yang Anda alami.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus