Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Etnografi di Selembar Kartu Pos

SCOTT Merrillees membukukan koleksi kartu pos kunonya dalam Faces of Indonesia: 500 Postcards 1900-1945. Buku ini seperti rekaman etnografi masyarakat Indonesia di awal abad ke-20. Kelangkaan kartu pos dan prangko serta ketenaran fotografer menjadi pertimbangan untuk tingginya nilai koleksi tersebut. Merrillees mengoleksinya selama hampir 30 tahun saat dia bermukim di Jakarta.

5 Juni 2021 | 00.00 WIB

Kartu pos dengan gambar anak-anak Jawa, Kedu, yang diterbitkan oleh penerbit ARW, sekitar 1919. Foto: Buku Faces of Indonesia: 500 Postcards 1900-1945
Perbesar
Kartu pos dengan gambar anak-anak Jawa, Kedu, yang diterbitkan oleh penerbit ARW, sekitar 1919. Foto: Buku Faces of Indonesia: 500 Postcards 1900-1945

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Scott Merrillees menerbitkan koleksi kartu pos kunonya dalam sebuah buku.

  • Buku ini melengkapi buku tentang Kota Jakarta yang sudah dia tulis sebelumnya.

  • Diolah dari ribuan kartu pos yang dia koleksi hampir selama 30 tahun.

PADA 1995-1996, Scott Merrillees, penulis buku Faces of Indonesia: 500 Postcards 1900-1945, sering duduk di kursi kayu tinggi di atas meja etalase toko prangko TMA Stamps. TMA adalah kependekan dari Tangerang Mail Auction, acara lelang prangko kuno di Tangerang yang rutin digelar Suwito Harsono, pemilik toko tersebut. Toko itu terletak di salah sudut lantai 1 Metro Plaza, Pasar Baru, Jakarta.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus