Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor - Sejumlah warga Desa Bojong Koneng, Babakan Madang, Kabupaten Bogor merasa terusik dengan isu penggusuran dan sengketa tanah dengan PT Sentul City. Penduduk pun mengontrog kantor Sentul City karena khawatir banyak orang luar yang menguasai lahan melalui oper alih garapan dari Biong Tanah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang warga Desa Bojong Koneng, Lukman, 30 tahun, mengatakan penduduk asli desa itu tidak tenteram dengan kisruh soal sengketa tanah di wilayahnya. Terlebih, isu yang berkembang adalah akan ada penggusuran terhadap penduduk asli. Padahal, selama ini tidak pernah ada masalah antara warga setempat dengan dengan perusahaan properti tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Alhamdulilah untuk lahan warga asli Bojong Koneng tidak ada masalah dan tidak ada yang digusur, karena sejak awal belum ada permasalahan, kalaupun ada masalah yang ramai itu bukan warga asli,” kata Lukman, usai mendatangi kantor PT. Sentul City, Kamis, 3 Februari 2022.
Lukman merasa lega setelah mendapat kepastian dari PT Sentul City bahwa tanah mereka tidak bermasalah. Dalam pertemuan itu, Sentul City juga menyatakan tidak akan menggusur mereka.
Dalam kisruh sengketa lahan di Bojong Koneng, Lukman minta warga setempat jangan dibawa-bawa. Lukman mengatakan warga setempat tidak mau dijadikan bemper atas nama para penggarap berdasi. Alasannya, selain warga asli dicatut juga nama baik desa Bojong Koneng jadi tercoreng karena dianggapnya selalu berkonflik.
“Jangan usik kami, kami ingin tenang. Kami tidak mau di di bawa ke permasalahan orang lain. Selesaikan persengkataan melalui jalur hukum. Jangan bawa bawa warga asli lagi sebagai tameng dan jangan bawa massa dari luar serta jangan bawa ke ranah politik,” kata Lukman.
Warga lain bernama Hasan Badru menyebut banyak orang yang mengaku sebagai warga Bojong Koneng namun tidak dikenalnya. Warga setempat selama ini tidak memiliki masalah apapun dengan Sentul City. Bahkan ada warga yang pinjam pakai lahan Sentul City untuk bertani dan berkebun dengan skema pinjam setahun sekali atau masa panen tiga kali.
“Cek saja KTP-nya yang bersengketa, apa orang asli bukan. Kita sudah puluhan tahun tinggal di desa ini pasti kenal wajah, kalau pun gak kenal nama," ujarnya.
Pria 60 tahun itu berharap warga pendatang tidak membuat kisruh di desanya. "Kalau merasa jadi pemilik, tentu punya sertifikat tanah. Kalau gak punya sertifikat dan ngaku-ngaku jadinya kan repot,” kata Hasan.
Head Communication PT. Sentul City David Rizar Nugroho membenarkan jika warga mendatangi kantornya. David mengatakan, warga diterima salah satu staff kantor bernama Solihin. Warga diterima dan didengar semua keluhan serta uneg-unegnya dan diberikan penjelasan.
“Mereka datang mempertanyakan yang ramai kemarin, kami terima. Setelah mendengar uneg-uneg mereka, kami berikan penjelasan bahwa mereka tidak termasuk yang digusur karena memang warga asli," kata David.
David menjelaskan Sentul City tidak akan melakukan penggusuran terhadap warga asli Desa Bojong Koneng. Selama ini Sentul juga tidak ada masalah dengan warga setempat. "Justru yang buat masalah itu mereka orang luar yang mengklaim lahan kami yang didapat dari mafia tanah dengan cara oper alih garap,” kata David.