Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Santriwati Pondok Pesantren Al Aziziyah Meninggal, Diduga Korban Perundungan

Dugaan perundungan itu muncul karena sebelum meninggal, Nurul Izatih, sempat bercerita ia dipukuli oleh tiga temannya sesama santri di ponpes itu.

29 Juni 2024 | 16.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kedatangan jenazah Nurul Izatih, santriwati korban perundungan untuk diotopsi di RS Bhayangkara Polda NTB foto : istimewa Kuasa Hukum korban

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Mataram - Seorang santriwati Pondok Pesantren Al Aziziyah, Kapek, Gunungsari Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, diduga menjadi koban perundungan. Santriwati bernama Nurul Izatih, 14 tahun, asal Ende, Nusa Tenggara Timur, itu menghembuskan nafas terakhir setelah 16 hari koma di ruang ICU RSUD R Soedjono, Selong, Lombok Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Iya, adik Nurul sudah meninggalkan kita semua," kata Yan Mangandar, kuasa hukum keluarga  Nurul, Sabtu 29 Juni 2025. Remaja putri itu menghembuskan nafas terakhir pada  pukul 10.30 WITA. "Dia pergi pagi ini setelah ibundanya tiba dari Ende.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yan mengatakan untuk memastikan penyebab kematian Nurul, keluarga telah mengizinkan jenazah Nurul diotopsi. "Ayahnya, Mahmud, telah mengijinkan," kata Yan.

Nurul dilaporkan sakit ketika berada di Pondok Pesantren Al Aziziyah. Orang tua salah seorang rekannya berinisiatif membawa Nurul ke rumah sakit, sembari menghubungi orang tua Nurul di Ende. 

Menurut Yan, sebelum koma dan tak sadarkan diri, Nurul sempat bercerita telah dipukuli oleh tiga temannya di pondok.  "Dugaan adanya tindak kekerasan itu diperkuat dengan keterangan dokter akan adanya benjolan di kepala akibat benturan dengan benda tumpul," kata Yan. "Yang sangat disesalkan keluarga, pihak pondok pesantren sama sekali tidak menghubungi keluarga mengabarkan apa yang dialami korban."

Atas kematian Nurul, pihak Pondok Pesantren Al Aziziyah menyatakan bela sungkawa yang mendalam. Melalui kuasa hukumnya Herman Saputra,  pihak Ponpes akan mendukung langkah hukum yang ditempuh keluarga. "Pihak Ponpes juga sangat berkepentingan untuk mengetahui kejelasan fakta-fakta yang dialami  santriwati hingga meninggal," kata Herman.

Sejauh ini pengelola pondok pesantrean menampik adanya kekerasan yang mengakibatkan Nurul menjalani perawatan di rumah sakit. "Dari keterangan teman sekamar, teman sekelas, ketua kamar, mudhabiroh, petugas kesehatan dan bibi dapur tidak pernah melihat dan tidak pernah diceritakan oleh almarhumah kalo pernah ada pemukulan." kata Herman.

Menurut Herman,  pada Rabu,  12 Juni 2024,  diketahui Nurul mengeluh demam dengan  hidung dan pipi memerah. Sehari kemudian, dia dibawa ke klinik pondok untuk diperiksa. Kemudian pada 14 Juni, Nurul dijemput oleh keluarga dan dibawa ke Puskesmas Labuhan Lombok sampai akhirnya dirujuk ke RSUD Selong.

Proses autopsi jenazah Nurul, dilakukan Sabtu siang Di RS Bhayangkara Polda NTB, sementara kasus hukumnya telah ditangani  Satreskrim Polresta Mataram. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus