Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Seorang santriwati Pondok Pesantren Al Aziziyah, Kapek, Gunungsari Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, diduga menjadi koban perundungan. Santriwati bernama Nurul Izatih, 14 tahun, asal Ende, Nusa Tenggara Timur, itu menghembuskan nafas terakhir setelah 16 hari koma di ruang ICU RSUD R Soedjono, Selong, Lombok Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Iya, adik Nurul sudah meninggalkan kita semua," kata Yan Mangandar, kuasa hukum keluarga Nurul, Sabtu 29 Juni 2025. Remaja putri itu menghembuskan nafas terakhir pada pukul 10.30 WITA. "Dia pergi pagi ini setelah ibundanya tiba dari Ende.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yan mengatakan untuk memastikan penyebab kematian Nurul, keluarga telah mengizinkan jenazah Nurul diotopsi. "Ayahnya, Mahmud, telah mengijinkan," kata Yan.
Nurul dilaporkan sakit ketika berada di Pondok Pesantren Al Aziziyah. Orang tua salah seorang rekannya berinisiatif membawa Nurul ke rumah sakit, sembari menghubungi orang tua Nurul di Ende.
Menurut Yan, sebelum koma dan tak sadarkan diri, Nurul sempat bercerita telah dipukuli oleh tiga temannya di pondok. "Dugaan adanya tindak kekerasan itu diperkuat dengan keterangan dokter akan adanya benjolan di kepala akibat benturan dengan benda tumpul," kata Yan. "Yang sangat disesalkan keluarga, pihak pondok pesantren sama sekali tidak menghubungi keluarga mengabarkan apa yang dialami korban."
Atas kematian Nurul, pihak Pondok Pesantren Al Aziziyah menyatakan bela sungkawa yang mendalam. Melalui kuasa hukumnya Herman Saputra, pihak Ponpes akan mendukung langkah hukum yang ditempuh keluarga. "Pihak Ponpes juga sangat berkepentingan untuk mengetahui kejelasan fakta-fakta yang dialami santriwati hingga meninggal," kata Herman.
Sejauh ini pengelola pondok pesantrean menampik adanya kekerasan yang mengakibatkan Nurul menjalani perawatan di rumah sakit. "Dari keterangan teman sekamar, teman sekelas, ketua kamar, mudhabiroh, petugas kesehatan dan bibi dapur tidak pernah melihat dan tidak pernah diceritakan oleh almarhumah kalo pernah ada pemukulan." kata Herman.
Menurut Herman, pada Rabu, 12 Juni 2024, diketahui Nurul mengeluh demam dengan hidung dan pipi memerah. Sehari kemudian, dia dibawa ke klinik pondok untuk diperiksa. Kemudian pada 14 Juni, Nurul dijemput oleh keluarga dan dibawa ke Puskesmas Labuhan Lombok sampai akhirnya dirujuk ke RSUD Selong.
Proses autopsi jenazah Nurul, dilakukan Sabtu siang Di RS Bhayangkara Polda NTB, sementara kasus hukumnya telah ditangani Satreskrim Polresta Mataram.