Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Kisah Wabah dan Karantina di Hindia Belanda

Berbagai gelombang wabah menghantam Indonesia di zaman Hindia Belanda. Dari pagebluk kolera dan pes pada abad ke-18, ke-19, dan awal abad ke-20 sampai Flu Spanyol menerjang. Situasinya mirip seperti sekarang. Setelah terlambat menangani wabah, pemerintah akhirnya menerapkan karantina wilayah. Banyak hal yang bisa dipelajari dari wabah pada tempo dulu. Strategi mitigasi, isolasi yang tepat, dan gerak cepat kebijaksanaan diperlukan.

 

16 Mei 2020 | 00.00 WIB

Militer mengkarantina wilayah Jawa terkait wabah pes./Tropenmuseum
Perbesar
Militer mengkarantina wilayah Jawa terkait wabah pes./Tropenmuseum

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Tiap abad muncul wabah besar seperti pes, kolera, influenza, dan kini Covid-19.

  • Penanganan wabah dilakukan dengan karantina wilayah yang dulu bersifat rasial.

  • Hampir dalam setiap gelombang wabah, pemerintah lambat menangani.

DI tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), ingatan F.X. Domini B.B. Hera kerap melayang pada kisah yang dituturkan ibunya. Menurut sejarawan dan peneliti di Pusat Studi Budaya dan Laman Batas Universitas Brawijaya, Malang, ini, sang ibu bercerita kepadanya tentang kejadian pada 1911, saat kota mereka dihantam pagebluk pes. Penyakit itu dibawa kutu tikus yang terjangkit bakteri Yersinia pestis. “Banyak penduduk mati. Ketemu pagi, sorenya meninggal. Sore ketemu, malamnya meninggal. Petani juga tak berani ke sawah dan mencari pakan sapi karena takut tertular,” ujar pria yang biasa disapa Sisco ini.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Isma Savitri

Isma Savitri

Setelah bergabung di Tempo pada 2010, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro ini meliput isu hukum selama empat tahun. Berikutnya, ia banyak menulis isu pemberdayaan sosial dan gender di majalah Tempo English, dan kini sebagai Redaktur Seni di majalah Tempo, yang banyak mengulas film dan kesenian. Pemenang Lomba Kritik Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 dan Lomba Penulisan BPJS Kesehatan 2013.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus