Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Bersandar pada Toman

Iran mengganti mata uangnya dari rial ke toman untuk menekan inflasi yang tinggi. Dinilai tak akan mengatasi krisis ekonomi.

16 Mei 2020 | 00.00 WIB

Penukaran mata uang asing, yang memperlihatkan Rial Iran dan Dollar Amerika di Basra, Irak, November 2018./REUTER/FILE/ESSAM AL SUDANI
Perbesar
Penukaran mata uang asing, yang memperlihatkan Rial Iran dan Dollar Amerika di Basra, Irak, November 2018./REUTER/FILE/ESSAM AL SUDANI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Iran mengganti mata uangnya dari rial ke toman untuk menekan inflasi yang tinggi.

  • Mata uang toman dipakai masyarakat Iran pada zaman dahulu, tapi masih digunakan dalam jual-beli sehari-hari.

  • Pengalaman berbagai negara menunjukkan redenominasi tak banyak menyelamatkan ekonomi.

PARLEMEN Iran akhirnya menyetujui rancangan undang-undang yang diajukan Bank Sentral Iran (CBI) untuk menghapus empat angka nol dalam mata uang nasional pada Senin, 4 Mei lalu. Di depan parlemen, Gubernur Bank Sentral Iran Abdolnaser Hemmati menyatakan bahwa mata uang Iran akan berganti dari rial ke toman, yang setara dengan 10 ribu rial. Pecahan qeran, yang setara dengan satu perseratus toman, juga akan digunakan dalam sistem moneter baru ini.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus