Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Setelah Berhasil Memotret, Astronom Akan Bikin Film Lubang Hitam

Astronom akan membuat film yang menunjukkan bagaimana awan gas besar tersedot ke dalam Lubang Hitam.

10 September 2019 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada saat sekelompok ilmuwan internasional mengejutkan dunia dengan gambar Lubang Hitam pertama, mereka sudah merencanakan sebuah sekuel. Film yang menunjukkan bagaimana awan gas besar tersedot ke dalam Lubang Hitam.

Event Horizon Telescope Collaboration telah mencatat pengamatan yang diperlukan dan sedang memproses data untuk menghasilkan video pertama pada 2020.

"Apa yang saya prediksi adalah bahwa pada akhir dekade berikutnya kita akan membuat film lubang hitam real-time berkualitas tinggi. Yang mengungkapkan tidak hanya bagaimana mereka terlihat, tapi bagaimana mereka bertindak di panggung kosmik," ujar Shep Doeleman, direktur proyek, kepada AFP dikutip Phys, baru-baru ini.

Seluruh tim, yang terdiri dari 347 ilmuwan dari seluruh dunia, mendapat kehormatan dengan penghargaan Breakthrough Prize dalam Fisika Fundamental. Mereka mendapat US$ 3 juta atau setara dengan Rp 43,6 miliar dalam penghargaan yang biasa disebut Oscar Sains untuk gambar yang mereka rilis pada 10 April 2019.

"Saya sudah mengerjakan ini selama 20 tahun. Jadi istri saya akhirnya yakin bahwa apa yang saya lakukan sedikit berharga," kata Doeleman, ayah dua anak berusia 52 tahun, yang juga seorang astronom di Harvard- Pusat Smithsonian untuk Astrofisika.

Para astronom sebelumnya dapat mendeteksi cahaya yang ditelan oleh lubang hitam, tapi mereka tidak memiliki ketajaman pada gambar untuk melihat seperti apa bentuk cahaya itu. Rintangan itu akhirnya diatasi ketika tim menghubungkan beberapa teleskop radio bersama-sama.

Teleskop raksasa itu akhirnya mampu mengamati objek resolusi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Menjelang akhir 2000-an, kerja keras mulai membuahkan hasil. Tim memperoleh persetujuan untuk menggunakan tiga teleskop  dan pada 2008 menerbitkan pengukuran pertama lubang hitam. Pada April 2017, mereka telah mengumpulkan delapan teleskop radio di Chili, Spanyol, Meksiko, AS, dan Kutub Selatan.

Instrumen raksasa mengamati gelombang radio frekuensi tinggi, memungkinkan para astronom melihat melalui gas dan debu galaksi, sampai ke batas lubang hitam. Selain pengamatan tentang lubang hitam di galaksi Messier 87 (M87), tim juga melihat yang ada di pusat Bima Sakti yaitu Sagittarius-A.

Mereka membaca pada 2018, dan berencana untuk mengulanginya tahun depan. Lubang hitam kita sendiri jauh lebih bergejolak dan karenanya sulit untuk diamati.

"Orbit materi di sekitar M87 membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk beredar. Sedangkan orbit di sekitar Sagitarius-A hanya membutuhkan waktu setengah jam, selama satu malam mengamati Sagittarius-A dapat berubah di depan mata Anda," tutur Doeleman.

Bisa jadi, kata Doeleman, mungkin timnya akan membuat film mentah pertama pada 2020. Idealnya, para ilmuwan akan membutuhkan lebih banyak teleskop, baik di Bumi maupun di orbit, untuk meningkatkan resolusi.

Namun, cara di mana gambar pertama M87 telah menangkap imajinasi orang telah membuat Doeleman optimis tentang prospek pendanaan di masa depan, baik dari pemerintah dan mungkin donor swasta.

"EHT telah memberikan nilai lebih dari proyek ilmiah lainnya yang dapat saya pikirkan dalam sejarah," kata Doeleman. "Kita memang melihat diri kita sebagai penjelajah, kita telah melakukan perjalanan dalam pikiran kita. Dan kita adalah instrumen di ujung Lubang Hitam. Dan sekarang kita akan kembali untuk melaporkan apa yang kita temukan."

AFP | PHYS 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus