Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

STM Vs Santuy, Begini Forum OSIS Jakarta Bicara Demonstrasi

Agar masyarakat luas memandang pelajar bukan cuma turun ke jalan saja dan demonstrasi. Tapi ada juga pelajar yang aksi secara damai.

5 Oktober 2019 | 05.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para pelajar terdiri dari siswa sekolah menengah atas dan pertama yang ikut-ikutan berdemonstrasi ke DPR RI terkait RUU KUHP dan revisi UU KPK, Rabu 25 September 2019. Sebelum demonstrasi ini, beredar poster bertajuk Pergerakan STM Se-Jabodetabek di media sosial. Tempo/M. Julnis Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Forum Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) DKI Jakarta, Alvinaldy Fitrah, berharap pelajar Indonesia bisa menunjukkan eksistensi dalam berpendapat di ruang publik. Aksi 'Santuy (Banget)' berupa bersih-bersih coretan sisa demonstrasi di DPR RI, Jumat 4 Oktober 2019, dianggap sebagai momentum langkah awalnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami pelajar juga punya hak-hak politik dan suara. Ini merupakan momentum bagi pelajar untuk kembali didengar oleh negara," kata Alviandy saat mengikuti acara 'Santuy (Banget)' di area Gelora Bung Karno atau GBK Senayan, Jakarta Pusat, Jumat.

Ia pun menambahkan harapannya agar tidak ada lagi pemisahan antara STM, SMK, dan SMA atau pun pendidikan menengah atas sederajat. Menurut dia, semakin banyak kegiatan positif yang dilakukan oleh pelajar-pelajar Indonesia, stigma negatif masyarakat tentang pelajar yang anarkistis tidak terjadi lagi.

"Agar masyarakat luas memandang pelajar bukan cuma turun ke jalan saja dan demonstrasi. Tapi ada juga pelajar yang bersatu. Kami melakukan aksi secara damai," kata Alviandy menambahkan.

Ia mencontohkan salah satu kegiatan yang positif adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan dan ketertiban sosial. Forum OSIS DKI Jakarta termasuk ke dalam bagian kelompok Aktivi (Z) yang terdiri dari pelajar- pelajar SMA yang mengikuti kegiatan bertajuk aksi 'Santuy (Banget)' untuk membersihkan coretan-coretan yang tersisa di fasilitas publik pasca rangkaian demonstrasi di DPR RI akhir September.

Para peserta aksi ini menilai kegiatan mengecat tembok yang penuh coretan pasca demo itu merupakan cara mereka mengekspresikan pendapat mereka sebagai masyarakat Indonesia. "Iya ini salah satu bentuk kami juga buat tunjukkan aspirasi, kami sih sukanya aksi yang 'santuy'," kata salah satu peserta aksi 'Santuy (Banget)' bernama Karlo saat ditemui di lokasi yang akan mereka cat.

Mereka belum bersedia merinci, berapa anggaran yang disiapkan untuk melakukan kegiatan itu seperti untuk pembelian cat dan lainnya, termasuk sumber dananya. Mereka membersihkan atau menutup coretan di tiang-tiang bekas pembangunan monorail di Jalan Asia Afrika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti diketahui, rangkaian demonstrasi di DPR RI tidak hanya melibatkan mahasiswa tapi juga pelajar. Sayang, demonstrasi hanya diisi bentrokan dengan aparat polisi hingga berlanjut kerusuhan di beberapa lokasi. Pelajar melakukannya mengikuti seruan di media sosial 'Pergerakan STM Sejabodetabek'.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus