Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAGOANNYA di Jawa Tengah berulang kali diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tak terlalu risau. Partai banteng meyakini isu keterlibatan Ganjar Pranowo dalam perkara korupsi kartu tanda penduduk elektronik itu lebih banyak dimainkan di media sosial. Dalam hitungan mereka, pengguna media sosial di Jawa Tengah hanya sekitar 20 persen dari total penduduk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lagi pula PDI Perjuangan telah menyiapkan pasukan di dunia maya. Menurut Ketua PDI Perjuangan Jawa Tengah Bambang Wuryanto, mereka memiliki 5.000 akun organik yang mengatur berbagai model kampanye di media sosial. Bambang menyebut pasukannya sebagai Cyber Juang-mirip nama kader militan partai banteng di provinsi itu, Pandu Juang. "Jumlah akun kami lebih banyak ketimbang mereka," kata Bambang di Solo, Rabu pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Operasi pasukan di Internet ini bersamaan dengan pengoptimalan akun Ganjar Pranowo di media sosial. Di Twitter, gubernur inkumben ini memiliki 1 juta pengikut. Di Instagram, pengikutnya sekitar 453 ribu. Lewat kedua akun ini Ganjar berinteraksi dengan pengguna media sosial, termasuk mendorong mereka agar datang ke bilik suara. "Saya mendorong pemilih untuk datang agar angka golput tidak tinggi," ujar Ganjar.
Tingginya angka mereka yang memutuskan tak mencoblos (golput) memang jadi kekhawatiran kubu Ganjar. Tim pemenangan memperkirakan mereka yang golput sebagian besar adalah simpatisan Ganjar yang malas pergi ke bilik pemungutan suara karena meyakini Ganjar bakal menang. Akibatnya, suara Ganjar malah tergerus oleh pendukungnya sendiri yang tak menggunakan hak pilih pada saat pencoblosan.
Sejumlah survei memang menjagokan Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen unggul telak atas lawannya, Sudirman Said-Ida Fauziyah. Dalam jajak pendapat Saiful Mujani Research and Consulting, elektabilitas Ganjar berada pada angka 70,1 persen. Adapun tingkat keterpilihan Sudirman hanya sebesar 22,6 persen. Survei dilakukan pada 21 Mei-1 Juni lalu.
Sigi milik Charta Politika pada 23-29 Mei lalu menunjukkan hasil serupa. Elektabilitas Ganjar berada di angka 70,5 persen dan Sudirman-Ida hanya berkisar 13,6 persen. Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan Ganjar mungkin bakal terpilih lagi sebagai gubernur untuk kedua kalinya. "Kecuali ada tsunami politik," kata Yunarto.
PDI Perjuangan juga menyiapkan survei internal untuk memantau elektabilitas Ganjar. Mereka menggunakan model survei harian sejak 20 Juni hingga sehari menjelang pencoblosan untuk mengetahui perkembangan terbaru di lapangan. Saban sore, Bambang Wuryanto menerima hasil survei. Berdasarkan sigi internal, elektabilitas Ganjar stabil pada angka 65,7 persen. Temuan-temuan di survei digunakan untuk mengatur strategi pemenangan, termasuk mengantisipasi serangan kubu lawan.
Hasil survei harian itu bisa dilihat lewat telepon seluler pintar. Menurut Bambang, aplikasi ini dikembangkan oleh tim internal partai. Petugas surveinya adalah kader partai banteng yang tiap hari melaporkan perkembangan di lapangan ke server. "Saya yang gaptek harus belajar menggunakan alat-alat ini," ujar Bambang.
Model survei ini relatif bisa diterapkan di Jawa Tengah karena infrastruktur PDI Perjuangan di provinsi ini kokoh. Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah, PDI Perjuangan menguasai 31 dari 100 kursi parlemen. Di eksekutif, ada 19 kader PDIP yang menjadi kepala daerah dari 35 kabupaten/kota di provinsi tersebut. Jawa Tengah adalah lumbung suara terbesar PDIP pada Pemilihan Umum 2014. "Struktur partai jauh lebih solid," kata Bambang.
Soliditas kader terekam dalam sigi Charta Politika. Di Jawa Tengah, elektabilitas PDI Perjuangan mencapai 38,3 persen. Dari angka ini, 90 persen pemilih partai banteng memilih Ganjar-Taj Yasin. Ganjar pun diuntungkan oleh pemilih Joko Widodo. Di Jawa Tengah, elektabilitas Jokowi mencapai angka 67,3 persen ketika ditandingkan dengan Prabowo Subianto. Sebanyak 81,3 persen pemilih Jokowi memilih Ganjar ketimbang Sudirman.
Sudirman tak terlalu menggubris berbagai survei yang menempatkannya di bawah Ganjar. Sejak awal dia menyadari bakal bertarung di kandang banteng. Maka salah satu cara yang dipakai adalah mendekati kelompok pemilih yang kecewa terhadap pemerintahan Ganjar. "Ini bukan medan mudah. Karena itu, saya memasukinya dengan kehati-hatian tinggi," ujar Sudirman.
Salah satu program Ganjar yang dipersoalkan Sudirman adalah Kartu Tani. Dalam debat calon Gubernur Jawa Tengah pada Kamis pekan lalu, Sudirman menilai Kartu Tani yang dikeluarkan Ganjar justru menyulitkan petani mendapatkan pupuk. Menurut Sudirman, Ganjar telah menelantarkan 4,3 juta petani dan 200 ribu nelayan terkait gara-gara program ini. "Yang akan kami lakukan adalah mencabut Kartu Tani," kata Sudirman.
Ganjar membantah klaim Sudirman. Menurut Ganjar, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah justru selalu membantu petani ketika didera persoalan. Hingga Desember 2017, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mendistribusikan 2,1 juta kartu tani ini. "Menelantarkan adalah diksi yang seram," ucap Ganjar.
Dari semua wilayah di Jawa Tengah, Sudirman mengatakan wilayah Solo Raya paling sulit ditaklukkan karena merupakan daerah merah. Tapi, menurut Sudirman, pasukannya tetap menyiapkan perlawanan. Dua wilayah yang dia yakini bisa dimenangi dengan telak adalah Brebes dan Tegal. Adapun wilayah selatan, seperti Kedu, Cilacap, dan Banyumas, merupakan kandang Ida Fauziyah, kader Partai Kebangkitan Bangsa. "Bu Ida menguasai kelompok kelas menengah," kata Sudirman.
Sudirman berharap dukungan mengalir dari kaum nahdliyin meskipun mereka adalah basis pemilih Taj Yasin, wakil Ganjar. PDI Perjuangan memang mempercayakan pemenangan di daerah hijau kepada putra sesepuh Nahdlatul Ulama, KH Maimun Zubair, itu. Tapi Sudirman mengklaim petinggi NU sudah menganjurkan agar warga nahdliyin memilih mereka. "Ini pengaruhnya bakal besar," ujar Sudirman.
Sebaliknya, menurut Bambang Wuryanto, "Pemilih nahdliyin yang mencoblos kami pasti dua kali lipat lebih banyak ketimbang ke kubu lawan."
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar mengeluarkan ancaman setelah Sudirman-Ida yang disokongnya tertinggal dalam berbagai survei. Muhaimin memerintahkan semua kader partainya bekerja habis-habisan hingga hari pencoblosan. "Kalau sampai di kabupatennya kalah, ketua DPC-nya saya pecat," kata Muhaimin.
Wayan Agus Purnomo, Budiarti Utami Putri (Jakarta), Ahmad Rafiq (Jawa Tengah), Fitria Rahmawati (Semarang)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo