Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Fatwa Sebelum Mudik

Mendekati hari pencoblosan, elektabilitas Khofifah-Emil Dardak menyalip Saifullah-Puti. Kiai masih menjadi kunci.

23 Juni 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Fatwa Sebelum Mudik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ATAS masukan tim suksesnya, calon Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatur ulang jadwal safari politiknya sebelum musim mudik tiba. Ia membatalkan blusukan ke daerah, lalu menggeber kampanye di kota besar, seperti Surabaya, Malang, dan Sidoarjo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Khofifah, misalnya, berkunjung ke Pasar Induk Gadang, Malang, pada akhir Mei lalu. Sepekan sebelum Lebaran, Khofifah makin rajin ikut kegiatan sahur di jalanan hingga mampir ke Pasar Larangan, Sidoarjo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Sarmuji, ini semacam strategi "sambil menyelam minum air". Warga perkotaan diharapkan mempromosikan bekas Menteri Sosial itu di kampung halamannya pada saat mudik. Di sisi lain, siasat ini diambil untuk merebut dukungan di kawasan Arek, yang membentang dari Surabaya hingga Malang, yang masih dikuasai Saifullah Yusuf, pesaingnya.

"Kota-kota besar itu adalah episentrum Jawa Timur untuk membagikan pesan kampanye," kata Sarmuji, Rabu pekan lalu.

Strategi itu rupanya efektif. Ketua tim sukses Khofifah, Mohammad Roziqi, mengatakan kampanye blusukan selama Lebaran mengerek elektabilitas Khofifah menyalip Saifullah. Sigi Charta Politika pada Juni lalu menunjukkan elektabilitas Khofifah 44,6 persen, sementara Saifullah 43,8 persen. Padahal tiga bulan sebelumnya, dalam survei Charta, tingkat keterpilihan Khofifah masih 38,1 persen, sedangkan Saifullah 44,8 persen.

Tren yang sama tecermin dari survei Saiful Mujani Research and Consulting yang dirilis pada Jumat pekan lalu. Elektabilitas Khofifah naik 8 persen menjadi 48,5 persen dibanding survei pada Februari lalu. Adapun Saifullah turun tipis menjadi 40,8 persen dari sebelumnya 41,5 persen.

Sarmuji mengatakan Khofifah moncer karena ditopang mesin partai politik dan Muslimat Nahdlatul Ulama. Khofifah sudah menjadi ketua umum organisasi sayap NU itu selama 18 tahun. "Perempuan Muslimat NU punya jaringan sampai akar rumput yang aktif mengadakan pengajian," ujar Sarmuji.

Menjelang hari pencoblosan, kader Muslimat NU makin giat turun ke rumah-rumah warga. Selain memasyarakatkan program kerja, kelompok ini memetakan kantong pemilih yang belum tergarap. Mereka lalu mengirim informasi ke pusat komando tim sukses agar Khofifah, yang berpasangan dengan Emil Elestianto Dardak, turun ke daerah itu. "Intensitas blusukan makin sering bila daerah itu belum tahu program kami," tutur Sarmuji.

Kampanye partai yang diisi tokoh nasional diklaim ikut mendongkrak elektabilitas Khofifah, yang didukung koalisi Partai Demokrat, Golkar, Hanura, NasDem, Partai Persatuan Pembangunan, serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Ketua Umum Partai Demokrat, yang juga Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono, termasuk yang getol berkampanye untuk Khofifah.

Bertajuk "Tour de Jatim", Yudhoyono sedikitnya dua kali singgah ke Jawa Timur, pada Maret dan Juni lalu. Ia berkolaborasi dengan putranya yang juga Komandan Satuan Tugas Bersama Pilkada 2018 Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono. "Ada kerinduan masyarakat terhadap program di era Pak SBY," kata Wakil Ketua Umum Demokrat Sjarifuddin Hasan.

Dukungan dari pondok pesantren pun meluas. Khofifah mendapat sokongan pesantren yang menyokong Saifullah pada pemilihan kepala daerah 2008. Salah satunya Pondok Pesantren Manbaul Ulum di Muncar, Banyuwangi, yang diasuh Yusuf Nur Iskandar.

Menurut Yusuf, ia mendukung karena menganggap Khofifah lebih peduli pesantren lewat program Jatim Diniyah, satu dari sembilan program unggulan Khofifah. Yusuf mengklaim 4.000 santri Manbaul Ulum akan menyokong Khofifah. "Insya Allah dukungan santri sama dengan saya," ujarnya.

Di awal Ramadan lalu, sejumlah kiai dan ulama bahkan mendeklarasikan fatwa wajib memilih Khofifah. Diteken 79 kiai dan ulama, fatwa itu diumumkan di Pondok Pesantren Attaroqqi, Sampang, Madura. "Fatwa itu dibutuhkan karena masyarakat masih awam dengan panduan memilih pemimpin yang baik," kata pengasuh Pesantren Attaroqqi, Fauroq Alawy.

Terbitnya fatwa itu belakangan dilaporkan ke Kepolisian Daerah Jawa Timur oleh Jaringan Alumni Muda Pergerakan Mahasiswa Islam Jawa Timur. Sejumlah kiai dari wilayah Tapal Kuda dan Madura juga mengadukannya ke polisi karena menganggap fatwa itu bisa memecah belah umat dan menimbulkan keresahan. "Fatwa itu hasil kajian, seharusnya dijawab dengan kajian juga," ujar Fauroq, yang mengaku menjadi pendukung Khofifah pada dua pemilihan Gubernur Jawa Timur sebelumnya.

Ketua tim sukses Khofifah, Mohammad Roziqi, mengatakan fatwa itu sebenarnya ditujukan untuk kepentingan internal pendukung Khofifah-Emil. Tujuannya agar calon pemimpin yang didukung bertindak amanah bila terpilih. "Fatwa itu dasarnya hadis Nabi," ujar Roziqi. "Tapi, kalau ada yang tersinggung dan lapor polisi, ya, enggak apa-apa."

Disalip Khofifah, Saifullah Yusuf merapatkan barisan. Pekan lalu, petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan turun gunung dalam kampanye akbar di Madiun. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, sampai Sekretaris Kabinet Pramono Anung tampil sepanggung di Lapangan Gulun, Madiun.

Tak hanya melakukan kopi darat dengan pendukung, Saifullah, yang berpasangan dengan Puti Guntur Soekarno, juga gencar melancarkan serangan udara. Pasangan yang didukung PDIP, Partai Kebangkitan Bangsa, Gerindra, dan Partai Keadilan Sejahtera ini mulai rajin tampil di media sosial dan beriklan di sejumlah kanal media massa.

Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bahkan ikut melancarkan serangan udara dengan mengunggah video berdurasi 58 detik di akun Twitter Partai Gerindra. Ia mengatakan Jawa Timur merupakan provinsi yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. "Jawa Timur adalah provinsi yang penuh dengan episode-episode heroik," ujar Prabowo.

Dalam video itu, Prabowo juga meyakinkan pemirsanya bahwa Saifullah-Puti bakal menjadi pemimpin yang menyejahterakan rakyat. "Mereka akan menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan tidak korupsi," tuturnya.

Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Eriko Sotarduga menjelaskan, strategi kampanye di media sosial sebenarnya siasat menggaet pemilih dari generasi milenial. "Mereka belum tergarap dan bisa menentukan hasil pemungutan suara," ujar Eriko.

Selain berharap pada mesin partai, Saifullah menggerakkan jaringan pesantren seperti Khofifah. Saifullah mengklaim dukungan dari ulama dan santri telah solid. "Jaringan kiai dan pengasuh pondok telah bekerja dan menjadi satu," katanya. "Ini membesarkan hati saya."

Salah satu pesantren pendukung Saifullah adalah Pondok Pesantren An-Nur, Lumajang. Pengasuh pondok itu, Imron Fauzi Ali, mengaku pernah diundang ke sebuah acara bertema koperasi di Gresik. Sejumlah ulama yang telah mendeklarasikan diri mendukung Saifullah juga hadir dalam forum itu.

Alih-alih mendiskusikan koperasi, menurut Imron, acara itu malah menjadi panggung mengklaim dukungan kepada Khofifah, lawan Saifullah. Tak mau dianggap mengalihkan dukungan, Imron segera menjelaskan kepada Saifullah ketika mereka bertemu. "Santri An-Nur masih konsisten mendukung Gus Ipul," ujarnya.

Raymundus Rikang (Jakarta), David Priyasidharta (Lumajang), Kukuh S. Wibowo (Surabaya), Musthofa Bisri (Sampang)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus