Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MEGAWATI Soekarnoputri baru saja selesai memberikan keterangan dan meletakkan mikrofon di meja dalam acara jumpa pers setelah berziarah ke makam Sukarno di Blitar, Jawa Timur, Senin pekan lalu. Basuki Tjahaja Purnama, yang duduk di samping Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu, berusaha meraih mikrofon untuk memberikan keterangan lanjutan kepada media.
Secara spontan tangan kanan Megawati menepis tangan Ahok—panggilan Basuki—sebelum sempat menyentuh mikrofon. Insiden ini mengundang tawa kader dan pengurus PDI Perjuangan yang hadir, seperti Rano Karno, Djarot Saiful Hidayat, Hasto Kristiyanto, Ahmad Basarah, dan Eriko Sotarduga. Megawati dan Ahok ikut terbahak.
Sebelum insiden tepis tangan itu, Megawati memang secara lantang mengkritik cara berkomunikasi sang Gubernur DKI Jakarta dengan media. Dia meminta Basuki tidak lagi melakukan wawancara doorstop dengan wartawan. ”Stop itu enggak usah ngomong. Nanti pernyataannya apa, yang dimasukkan negatif terus,” katanya.
Gaya Basuki yang kerap melontarkan pernyataan kontroversial sudah lama membuat Megawati khawatir karena bisa mengganggu dia saat maju dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2017. Menggandeng Djarot Saiful Hidayat, Ahok diusung PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai NasDem, dan Partai Hanura.
Pidato Ahok yang mengutip surat Al-Maidah ayat 51 dalam pertemuannya dengan warga Kepulauan Seribu pada 27 September lalu memicu protes banyak kalangan. Kendati Ahok sudah meminta maaf, protes dengan tuduhan penistaan agama terus bergulir di mana-mana. Jumat pekan lalu, ribuan anggota organisasi Islam menggelar unjuk rasa di kantor Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI dan Balai Kota, kantor Ahok.
Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Ahmad Basarah mengatakan pihaknya memang khawatir isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) akan mengganggu pencalonan Ahok. Menurut dia, sebagai antisipasi, sejumlah strategi untuk meminimalisasi dampak sudah disiapkan. ”Sekarang ini tim secara rutin memberikan briefing kepada Ahok agar tidak lagi melontarkan pernyataan kontroversial,” ujarnya.
Rencana lain adalah menempatkan anggota tim kampanye sebagai juru bicara Ahok. Orang yang ditunjuk nantinya akan terus menempel Ahok di berbagai kegiatan. ”Pak Ahok sebentar lagi kan cuti, nanti jubir harus selalu mendampingi,” katanya.
Juri bicara dibagi berdasarkan keahlian. Pernyataan soal politik ditangani juru bicara yang paham masalah politik. Sedangkan soal agama menjadi tanggung jawab orang yang paham serta punya rekam jejak dan akar soal agama. Basuki nantinya hanya berbicara tentang program pembangunan Jakarta dan pelayanan publik. Dalam susunan tim kampanye, 16 kader lintas partai dan nonpartai diplot menjadi juru bicara tim pemenangan. Nama Ruhut Sitompul, Sophia Latjuba, Eriko Sotarduga, dan I Gusti Putu Artha masuk daftar.
Bukan hanya soal gaya berkomunikasi Basuki yang menjadi perhatian Megawati. Keberadaan tim pemenang juga mendorong Presiden RI kelima ini ikut turun tangan. Dalam rapat dua setengah jam yang digelar di kantor PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Ahad pekan lalu, Megawati khusus datang memberikan pidato yang ”membakar” semangat para kader.
Menurut William Yani, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta yang hadir dalam pertemuan itu, sang Ketua Umum meminta ratusan peserta rapat agar all out menggerakkan mesin partai. ”Ibu minta semua pengurus turun ke bawah, ke konstituen masing-masing,” katanya.
Dalam pidatonya, Megawati kembali menegaskan bahwa pengajuan Ahok dan Djarot sebagai bakal calon merupakan keputusan Ketua Umum sehingga semua kader harus patuh. Menurut dia, penolakan yang sempat marak harus diakhiri dan kini saatnya bagi semua pengurus untuk memenangkan Basuki dan Djarot.
Ratusan peserta yang hadir itu tergabung dalam tim pemenangan internal PDI Perjuangan. Tim yang diberi nama Moncong Putih ini terdiri atas semua anggota DPRD PDI Perjuangan DKI Jakarta, pengurus daerah, serta semua anggota fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat. Tim bergerak di luar tim pemenangan gabungan yang resmi didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta. ”Tugasnya mendukung tim gabungan dan berfokus ke mesin internal,” ujar Ahmad Basarah.
Tim Moncong Putih dipimpin Sekretaris Fraksi PDIP di DPR, Bambang Wuryanto. Menurut Ahmad Basarah, Bambang diberi penugasan langsung oleh Megawati. Alasannya, sebagai salah satu pemimpin fraksi, dia memiliki pengaruh terhadap 109 anggota DPR dari PDI Perjuangan untuk turun gunung memenangkan Ahok.
Selain itu, Bambang Wuryanto, yang biasa dipanggil Pacul, dinilai berpengalaman memimpin kampanye pemilihan kepala daerah di wilayah dengan kategori ”berat”. Misalnya saat pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2013 yang akhirnya memenangkan Ganjar Pranowo. Pada awal kampanye, hasil survei Ganjar hanya mencapai tujuh persen, sementara elektabilitas lawannya, Bibit Waluyo, mencapai 40 persen.
Seorang politikus PDI Perjuangan mengatakan Bambang dipanggil Megawati ke Teuku Umar pada 23 September lalu. Sambil makan siang, Megawati meminta langsung kesediaan Bambang memimpin ”pasukan” Moncong Putih demi pemenangan Ahok dan Djarot. Bambang langsung menyanggupinya. ”Saya selalu tegak lurus pada perintah Ketua Umum,” ujarnya ketika dimintai konfirmasi.
Sepekan setelah dipilih, Bambang mengumpulkan semua anggota DPRD Jakarta beserta pengurus Dewan Pimpinan Daerah untuk konsolidasi internal. Sadar masih ada kader yang ”sakit hati”, Bambang berbicara dari hati ke hati dengan semua pengurus. Bertempat di markas DPD PDIP Jakarta di Tebet, Jakarta Selatan, tiap anggota DPRD diminta berbicara tentang situasi terbaru di daerah pemilihan serta keluhan soal Ahok. Pertemuan itu ditindaklanjuti dengan sebuah rapat yang mengundang semua pemimpin DPD serta dewan pimpinan cabang DKI Jakarta di kantor Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro.
Basuki Tjahaja Purnama mengakui adanya tim di luar tim pemenangan resmi yang didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum Daerah Jakarta. Menurut dia, bukan hanya PDI Perjuangan, partai pengusung lain pun memiliki tim pemenangan internal yang fungsinya memperkuat tim pemenangan gabungan. ”Tidak jadi masalah. Kan, targetnya sama,” kata Basuki.
Tim pemenangan resmi pasangan Basuki-Djarot dipimpin Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi. Tim yang terdiri atas wakil partai pengusung ini dibagi menjadi beberapa divisi. Misalnya bidang sumber daya dan kreatif, data dan informasi, perlengkapan dan rumah tangga, kampanye dan sosialisasi, penggalangan massa, media, saksi, serta hukum dan advokasi.
Selain oleh tim resmi dan internal, pasangan Basuki dan Djarot didukung oleh kelompok relawan. Relawan Teman Ahok, misalnya, memilih tak masuk struktur tim kampanye gabungan agar berfokus dengan jaringan dan komunitasnya sendiri. ”Kami lebih berfokus dan nyaman untuk merawat satu juta suara,” ujar juru bicara Teman Ahok, Singgih Widyastomo. Sejumlah kelompok relawan pendukung Presiden Joko Widodo menyatakan bergerak di luar struktur tim kampanye untuk pemenangan Ahok dan Djarot. Bara JP, Seknas Jokowi, dan Jasmev merupakan kelompok relawan yang sudah mendeklarasikan dukungan bagi pasangan inkumben.
SITUASI terakhir perebutan kursi DKI-1 juga menjadi pembicaraan Ketua Umum NasDem Surya Paloh dan Ketua Umum Golkar Setya Novanto. Satu pesawat ke Banda Aceh untuk menghadiri deklarasi pasangan Tarmizi-Machsalmina dalam pemilihan kepala daerah Aceh pada 1 Oktober lalu, mereka membahas serius masalah tersebut.
Setya mengakui membahas soal kondisi politik terbaru dengan Surya dalam perjalanan ke Aceh. ”Kami berbicara soal politik ke depan,” katanya. Seorang petinggi Partai Golkar mengatakan Surya sempat menyinggung perlunya sebuah tim internal untuk menyokong tim pemenangan resmi. Sebab, persaingan pemilihan kepala daerah DKI Jakarta makin berat. ”Situasinya sudah kuning,” ujar politikus itu.
Viktor Laiskodat, yang ikut dalam penerbangan tersebut, mengakui adanya pembicaraan tentang pemilihan kepala daerah DKI Jakarta dalam perjalanan ke Aceh. Tim internal memang sudah lama dibahas. ”Wajar saja, fungsinya kan untuk memperkuat tim gabungan,” katanya.
Sekretaris tim gabungan, Tb. Ace Hasan Syadzily, mengatakan tim internal Golkar memang dibutuhkan untuk mendukung kerja tim kampanye resmi. Tim ini dipimpin langsung DPD Golkar DKI Jakarta, yang bersama tim internal NasDem akan bahu-membahu meredam isu SARA yang sudah mulai diembuskan di tingkat struktur terbawah.
Menurut seorang politikus Golkar yang terlibat dalam tim pemenangan, penggiringan isu SARA sebagai kampanye negatif untuk Ahok sebagian besar terjadi di sejumlah komunitas di tingkat rukun tetangga dan rukun warga. Untuk mengatasi serangan ini, mesin partai digerakkan dari level kecamatan hingga rukun tetangga. Tugas utamanya adalah mengklarifikasi beragam isu yang menyudutkan dan bisa menggerus dukungan terhadap Ahok. Ananda Teresia, Larissa Huda, Friski Riana (Jakarta), Hari Tri Wasono (Blitar)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo