RUANG tahanan Pelaksana Pengawasan Pengamanan Pelabuhan (KPPP) Belawan, Medan, jelas bukan obyek wisata yang hendak didatangi Muhammad Akan Ahmed. Pria Turki berusia 29 tahun ini, sama seperti wisatawan lainnya, ingin melihat keindahan alam dan tradisi daerah itu. Tapi di Belawan hatinya keburu kepincut pada sebuah pemandangan: angkutan penumpang roda dua alias ojek.
Apakah di Turki ada ojek? Tak penting untuk diketahui. Yang jelas, di pelabuhan laut Medan itu, pria bertubuh atletis dan berkulit putih ini tiba-tiba punya inspirasi yang dianggapnya cemerlang. Ia mau jadi tukang ojek. Mungkin dalam benaknya terpikir, siapa tahu saat memasuki pasar bebas—yang untuk kawasan ASEAN dimulai tahun 2003—Indonesia butuh tenaga pengojek terampil dari mancanegara. Lagi pula, rasanya keren betul usai bertamasya dan pulang ke kampung halaman ia bisa bercerita punya kesempatan bekerja sebagai ekspatriat di Indonesia, meski cuma di sektor ojek.
Maka, bekal uang yang digembolnya untuk keliling Sumatra Utara dipakainya untuk membeli Honda Astrea bekas dari penduduk setempat. Berbekal sepeda motor berwarna hitam itu, sejak Februari tahun lalu Ahmed pun bergabung dengan kawanan pengojek di Belawan. Lumayan, hitung-hitung sekali tepuk dua hajat terpenuhi: hasrat bertamasya dan ongkos hidup.
Adakah penolakan dari pengojek lokal? Enggak, tuh. Seperti kebanyakan pekerja Indonesia yang melihat tenaga kerja asing selalu punya ekspektasi lebih dibanding orang lokal, para pengojek Melayu itu pun melihat nilai tambah Ahmed. Orang Turki ini punya kemampuan bahasa Inggris yang lumayan, meski bahasa Indonesianya masih terpatah-patah. Dengan kehadiran Ahmed, pengojek Belawan kini bisa enteng menggaet calon penumpang dari kalangan orang asing yang banyak turun di situ. Mereka tak lagi cuma mengacungkan jari sambil menawari, "Ojek, Sir?" Tapi bisa lebih mentereng dengan tawaran, "Motorcycle service, Sir?" Jika calon penumpang bertanya lebih rumit, Ahmed pun bisa disodorkan sebagai penerjemah. Pokoknya win-win solution.
Namun, sikap welcome para pengojek itu melenakan Ahmed. Ia, yang selama di Belawan tinggal berbaur dengan penduduk di Dusun II Kelurahan Manunggal-Helvetia, lupa tujuan tamasyanya dan lupa pulang kampung. Ia asyik ngojek. Padahal, ini jelas tak sesuai dengan visa kunjungan wisata yang dimilikinya alias ilegal. Dan razia KPPP Belawan terhadap para pengojek yang berlangsung pekan lalu mengakhiri petualangan Ahmed menarik ojek. Ia kini mendekam di sel KPPP Belawan sambil menunggu proses deportasi oleh pihak Imigrasi Medan.
Abdi Purnomo (Malang), Bambang Soed (Medan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini