Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah seorang pedagang kerak telor ungkap biaya sewa lapak di area Pekan Raya Jakarta (PRJ) atau Jakarta Fair mencapai Rp 18 juta, kini mereka mendapat pengawalan.
Seorang pria berkaos abu-abu dan celana jeans dengan kalung tanda pengenal PRJ Kemayoran 2023 yang mendampingi pedagang kerak telor meminta wartawan tidak bertanya hal lain, seperti berapa harga sewa untuk berjualan di PRJ. Dia beralasan, para pedagang tidak paham dan mengerti soal hal itu, serta tidak ingin memperkeruh suasana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak diketahui apakah pria tersebut merupakan panitia penyelenggara Jakarta Fair atau dari paguyuban. Namun pria itu mengenakan tanda pengenal bertuliskan PRJ Kemayoran 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akhirnya, Tempo hanya berbincang dengan seorang pedagang Kerak Telor bernama Agus (50 tahun) yang telah berjualan lebih dari 15 tahun. Biasanya dia berjualan di Ragunan, Jakarta Selatan.
“Pas sepi yang bisa 20 porsi, kalau ramai ya banyak. Jadi nggak menentu,” kata Agus di area Jakarta Fair, Senin malam, 19 Juni 2023.
Sepanjang pengamatan Tempo, para pedagang kerak telor di dalam area PRJ didampingi oleh seorang pria yang diduga panitia karena mengenakan tanda pengenal PRJ.
Pedagang Daftar ke Paguyuban untuk Berjualan di PRJ
Pada Rabu, 14 Juni lalu, seorang pedagang kerak telor bernama Adi, 52 bercerita sudah puluhan tahun berjualan di PRJ. Tahun ini dia mendapat lapak di dekat panggung utama PRJ .
"Udah dari lama banget sih, udah turunan. Sebelum di sini kan di Monas. Di Monas itu sudah dari orang tua saya," kata Adi saat ditemui di saat berjualan di lapaknya.
Pedagang kerak telor asal Mampang itu mengatakan dia mendaftar sebagai pedagang melalui jalur paguyuban pedagang kerak telor. Adi menyebut semua pedagang kerak telor di dalam PRJ mendaftar melalui paguyuban itu.
"Saya di Mampang, ini semua dari Mampang, enggak ada yang lain. Paguyuban Mampang semua ini," ujar dia.
Selain itu, Adi mengatakan melalui paguyuban itu, dia membayar biaya sewa tempat berjualan di PRJ JIExpo Kemayoran. Ia mengatakan biaya sewa untuk lapak kaki lima miliknya mencapai Rp 18 juta.
"Ada panitia khusus kerak telor di sini, ada paguyubannya. Nanti ada yang langsung ke manajemen JIExpo," ujar dia.
Biaya Rp 18 juta untuk sewa tempat
Biaya Rp18 juta itu, ujar Adi, merupakan biaya sewa untuk perayaan PRJ 32 hari ke depan. Ia mengatakan jumlah itu lebih mahal daripada biaya sewa sebelumnya.
"Beda. Kalau tahun kemarin itu Rp 16 juta-an. Naiklah," kata Adi.
Adi mengatakan biaya sewa itu membuat harga jual kerak telor dagangannya lebih mahal dari biasanya. Ia mengatakan hal itu dipengaruhi oleh biaya sewa berdagang di PRJ yang cukup tinggi.
"Satu porsinya itu kami jual telor ayam Rp 25 ribu, telor bebek Rp 30 ribu. Kalau enggak di PRJ itu Rp 20 ribu dan Rp 25 ribu. Kan sewa tempatnya murah, Rp 200 ribu cuman," ujar dia.
Meski begitu, Adi mengatakan biasanya dagangannya di PRJ di tahun-tahun sebelumnya lumayan menghasilkan keuntungan. Dia berharap Jakarta Fair kali ini juga membawa rezeki. "Alhamdulillah. Tinggal besar dan kecilnya, sudah ada yang mengatur hehe," kata Adi.
Pilihan Editor: Kemeriahan Jakarta Fair 2023, Kerak Telor dan Toge Goreng Jadi Incaran Pengunjung PRJ