Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Wanita Sensitif Jelang Menstruasi, Kenali Siklus Mood-nya

Dokter tidak tahu persis mengapa perempuan jadi lebih sensitif saat menstruasi.

2 November 2019 | 21.02 WIB

24_ksesehatan_ilustrasinyerihaid
Perbesar
24_ksesehatan_ilustrasinyerihaid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Biasanya perempuan akan menjadi sensitif atau bahkan bad mood saat jelang menstruasi. Kondisi ini tepatnya seminggu sampai dua minggu sebelum dimulainya menstruasi yang biasa disebut premenstrual syndrome alias PMS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dokter tidak tahu persis mengapa perempuan jadi lebih sensitif saat menstruasi.
Kemungkinan, gejolak emosi itu merupakan efek samping pasang-surut hormon sebelum dan selama siklus menstruasi, seperti dilansir dari laman WebMD. Sebuah studi menyebutkan berbagai rasa sakit yang berhubungan dengan menstruasi seperti
kram, kembung, sakit punggung dan sakit kepala bisa membuat perempuan sulit fokus.

Berikut ini siklus mood menstruasi

1. Masa bahagia (hari pertama sampai kelima menstruasi)
Louann Brizendine, M.D., ahli neurobiologi asal University of California mengatakan mood di hari pertama menstruasi stabil karena kadar tiga hormon yakni estrogen,
progesteron, dan testosteron seimbang, seperti dilansir dari laman Shape. Kendati demikian, otak akan meningkatkan produksi senyawa prostaglandin yang membuat
perut kram dan mual di hari-hari pertama menstruasi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lima hari pertama saat menstruasi, otak akan secara bertahap memproduksi lebih banyak estrogen dan testosteron yang kemudian merangsang produksi endorfin.
Endorfin adalah hormon bahagia yang bermanfaat sebagai pereda nyeri alami. Itu sebabnya berbagai gejala PMS berangsur menghilang saat menstruasi.

2. Masa subur (hari kelima sampai 14)
Di masa ini, hormon estrogen akan meningkat dan mempengaruhi bagian otak yang bernama hipocampus yang membuat daya ingat perempuan akan jadi lebih tajam dan mereka cenderung lebih cakap berkomunikasi. Di sisi lain, produksi hormon testoteron juga meningkat sehingga membuat perempuan lebih bergairah secara seksual.

Gabungan semua itu, membuat perempuan di masa-masa subur jadi lebih pandai
bersosialisasi, tangkas secara mental dan berenergi. "Testoteron juga meningkatkan rasa kompetisi, artinya Anda akan merasa terancam oleh perempuan lain," kata Brizendine.

Setelah masa subur lewat, kadar estrogen dan testosteron akan kembali turun.
Saat inilah perempuan mulai merasakan mood yang pasang surut. Di saat yang bersamaan, penurunan kedua hormon tersebut menyebabkan kerja otak ikut menurun.

3. PMS (hari ke 25 hingga 28)
Saat tubuh tahu tidak ada sel telur yang dibuahi, maka tubuh akan bersiap untuk mengeluarkan sel telur lewat menstruasi. Di masa inilah kadar progesteron dan estrogen akan menyentuh level paling rendah. Sebagai gantinya, otak akan melepaskan hormon stres kortisol dalam jumlah tinggi yang memunculkan berbagai gejala PMS, seperti sakit kepala, sulit tidur, tubuh lesu dan kurang
berenergi, hingga gejolak mood yang naik turun saat menstruasi akan tiba.

Untuk mengatasi PMS, gaya hidup sehat menjadi jawaban. Lakukan setidaknya olah raga selama 30 menit setiap hari, tidur selama 8 jam sehari dan tidak merokok. Selain itu, asupan makanan juga mempengaruhi, konsumsi lebih banyak buah-buahan, sayur mayur, bijibijian dan batasi asupan garam, gula, kafein dan alkohol.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus