Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Adenomiosis sering disebut penyakit senyap karena banyak perempuan yang merasakan gejala ringan atau tanpa gejala sama sekali dan sering tak terdeteksi lewat USG. Ada pula yang merasakan gejala tapi salah diagnosa selama bertahun-tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dr. Natalya Danilyants, pakar bedah ginekologi dan direktur Center for Innovative Gyn Care di Amerika Serikat mengatakan banyak spesialis kandungan dan peneliti yang tidak menyadari kondisi ini atau tidak menganggapnya serius.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Masalah umum pada laki-laki dan perempuan, seperti kanker, diabetes, atau hipertensi mendapat perhatian lebih besar tapi tidak pada adenomiosis. Pasien tak mengetahuinya. Dokter kandungan mungkin mengetahuinya tapi tak bisa mengedukasi pasien yang menyebabkan perawatan dan diagnosa lanjutan tertunda," kata Danilyants dikutip dari USA TODAY, 24 Maret 2025.
Apa Itu Adenomiosis, Gejala dan Penyebab?
Adenomiosis terjadi ketika jaringan di dalam rahim, disebut jaringan endometrial, tumbuh di dinding rahim. Akibatnya ukuran rahim bisa membengkak 2-3 kali lipat, kram menstruasi parah dan banyak keluar darah. Gejala lain termasuk haid tidak teratur, nyeri panggul, kembung, sakit saat berhubungan seks, dan ketidaksuburan. Pendarahan yang tak normal bisa menyebabkan anemia dan lesu.
Sayangnya, gejala adenomiosis sering disalahartikan gejala endometriosis, yakni pertumbuhan jaringan endometrial di luar dinding rahim. MRI lebih akurat dalam mendeteksi adenomiosis dibandingn USG tapi asuransi kesehatan tak selalu bersedia menanggungnya sehingga pasien bisa menghabiskan biaya hingga puluhan juta rupiah. Danilyants mengatakan bahkan jika ditemukan tanda adenomiosis, dokter tak selalu menganggapnya serius.
"Terkadang pasien datang dengan salinan keterangan hasil USG atau MRI dan laporan lain menyebut penemuan yang dicurigai adenomiosis dan pasien bahkan tidak menyadarinya karena dokter kandungan tak pernah menegaskannya sebagai temuan yang signifikan," papar Danilyants.
Penyebab adenomiosis belum diketahui pasti namun Danilyants mengatakan faktor risiko termasuk usia 40-an, punya riwayat operasi sesar berkali-kali, kuret, dan endometriosis, menurut Cleveland Clinic. Obat-obatan dapat membantu mengontrol gejala tapi satu-satunya cara mengatasi adenomiosis adalah dengan histerektomi, prosedur operasi untuk membuang rahim. Kebanyakan asuransi menanggung hiserektomi bila diharuskan secara medis.
Operasi memang keputusan besar. Namun Danilyants mengatakan histerektomi vagina atau laparoskopi oleh spesialis adalah prosedur minimal invasif yang butuh waktu hanya 45 menit dengan bius total. Danilyants mengatakan dalam tujuh hari pasiennya sudah bisa kembali bekerja. Proses pemulihan bisa berbeda pada setiap orang namun biasanya butuh 2-4 minggu, lebih singkat dibanding histerektomi perut yang butuh 6-8 minggu pemulihan, menurut Brigham and Women's Hospital serta Cleveland Clinic.
Pilihan Editor: Spesialis Kandungan Ungkap Dampak Endometriosis pada Kehamilan