Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cekfakta

Keliru, Klaim bahwa Pneumonia akan Jadi Rencana Pandemi Berikutnya

Sebuah akun media sosial Facebook pada 30 November 2023 mengunggah konten berisi klaim bahwa pneumonia menjadi plandemi berikutnya.

11 Desember 2023 | 12.00 WIB

cek-fakta
Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah akun media sosial Facebook [arsip] pada 30 November 2023 mengunggah konten berisi klaim bahwa pneumonia menjadi plandemi berikutnya. Plandemi adalah istilah untuk menyebut pandemi Covid-19 sebagai hal yang telah direncanakan. Istilah ini kerap digunakan oleh kelompok anti-Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Apakah plandemi berikutnya bernama pneumonia? modusnya sama persis, akhir tahun gempar & berlanjut menyebar. Apakah saya dan keluarga semua sudah siap untuk vaksin berjilid-jilid lagi,” demikian isi narasi tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pakai masker mulai dari sekarang! Pakai masker rangkap 3 sampai sesak napas! Pakai masker 24 jam! Jaga jarak! Di dalam mobil pakai masker! Pakai hand sanitizer! Sholat berjama'ah harus jaga jarak harus manut sama ulil amri walaupun menyelisihi sunnah! Ya ampun gitu amat yak!”

Unggahan tersebut juga banyak beredar di sejumlah platform media sosial lainnya. Benarkah plandemi berikutnya bernama pneumonia?

PEMERIKSAAN FAKTA

Pneumonia adalah infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Ini adalah infeksi serius di mana kantung udara berisi nanah dan cairan lainnya.

Menurut epidemiolog Dicky Budiman, wabah pneumonia bukanlah wabah baru. Penyakit ini sudah lama dan salah satu penyebabnya adalah bakteri yang sudah ada obatnya.

"Pneumonia sudah ada obatnya dan efektif untuk beberapa kasus, walaupun sekarang ada yang resisten tapi juga tidak mematikan," kata Dicky melalui pesan suara kepada Tempo, Jumat, 8 Desember 2023.

Penyakit ini tidak seperti Covid-19. Sifat penyakit ini menengah atau sedang dan banyak yang bisa sembuh sendiri. Tapi pada kasus yang resisten memang memerlukan perawatan di rumah sakit. Di Indonesia sendiri, kasusnya relatif jarang. Jumlah kasus resisten cukup banyak terjadi di Cina.

"Terjadi resisten disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri. Ketika kita menggunakan obat tanpa resep dokter khususnya antibiotik, dosisnya tidak tepat atau tidak menghabiskan antibiotik pada akhirnya melahirkan resistensi obat atau si bakterinya itu tidak bisa lagi dibunuh oleh satu jenis antibiotik. Ini adalah sebab akibat bukan sesuatu yang tiba-tiba, suatu proses yang lama," jelas Dicky.

Bicara pneumonia, penyakit ini sudah ditemukan sejak tahun 1900-an. Artinya sudah ada proses yang sangat lama dan tidak ada keharusan melakukan lockdown.

“Kalau bicara memakai masker, cuci tangan, jaga jarak. Mau ada pandemi atau tidak, itu adalah ikhtiar untuk menghindari satu potensi penyakit menular melalui udara yang harus dilakukan,” katanya.  

Vaksin pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcal umumnya diberikan untuk anak-anak atau lansia. “Untuk mencegah pneumonia yang disebabkan pneumokokus, ada vaksin yang bisa diberikan. Biasanya dosisnya 3 kali. Dosis ketiga di usia 1 tahun. Nama vaksinnya PCV23 atau PCV21. Untuk konteks Indonesia, pneumonia jenis ini lebih umum terjadi, lebih banyak prevalensinya tapi tidak masal,” ungkap Dicky.

Dikutip dari laman Cleveland Clinic, pneumonia adalah peradangan dan cairan dalam paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau jamur. Pneumonia membuat manusia sulit bernapas dan dapat menyebabkan demam serta batuk dengan lendir berwarna kuning, hijau atau berdarah. Flu, COVID-19 dan penyakit pneumokokus adalah penyebab umum pneumonia. Pengobatan tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan pneumonia.

Vaksin untuk pneumonia ada dua jenis vaksin (suntikan) yang mencegah pneumonia yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus. Mirip dengan suntikan flu, vaksin ini tidak akan melindungi dari semua jenis pneumonia. Namun jika seseorang jatuh sakit, kemungkinannya tidak akan parah.

Vaksin pneumokokus, Pneumovax 23® dan Prevnar 13®, melindungi dari bakteri pneumonia. Keduanya direkomendasikan untuk kelompok usia tertentu atau mereka yang memiliki peningkatan risiko pneumonia. Pasien diharapkan segera menghubungi penyedia layanan kesehatan terdekat.

Karena virus tertentu dapat menyebabkan pneumonia, vaksinasi COVID-19 dan flu dapat membantu mengurangi risiko terkena pneumonia.

KESIMPULAN

Hasil pemeriksaan klaim plandemi berikutnya adalah pneumonia adalah keliru.

Penyakit ini sudah ditemukan sejak tahun 1900-an. Pada kondisi tertentu bisa sembuh dengan sendirinya. Tapi pada kasus yang resisten memang memerlukan perawatan di rumah sakit.

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]

Artika Rachmi Farmita

Artika Rachmi Farmita

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus