Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang merangsek gedung Rektorat dalam aksi demo menghapuskan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI), di Semarang, 26 Mei 2016. Mahasiswa menuntut kampus menerapkan Uang Kuliah Tunggal agar biaya kuliah terjangkau bagi mahasiswa tidak mampu. TEMPO/Budi Purwanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pendidikan tinggi memberi kesempatan bagi individu untuk meraih karir yang lebih baik serta penghasilan yang lebih tinggi dalam dunia kerja. Namun, melanjutkan pendidikan di jenjang kuliah juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Beberapa negara menggratiskan biaya kuliah untuk warganya—atau hanya membayar biaya administrasi, sedangkan negara-negara lain memiliki biaya kuliah yang bervariasi, tergantung apakah kampus yang dituju merupakan kampus negeri atau kampus swasta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
N26, bank digital asal Jerman, membuat sebuah riset tentang biaya kuliah untuk penduduk lokal di 50 negara, termasuk Indonesia. Penelitian tersebut mengambil sampel biaya pendidikan enam jurusan spesialis yang umum ditemukan di seluruh negara tersebut. Yakni kedokteran, keperawatan, teknik sipil, hukum, pengembang perangkat lunak (software developer), dan keguruan.
Amerika Serikat menjadi negara biaya kuliah dalam setahun termahal seperti tampak pada visualisasi di bawah. Beberapa negara tercatat menggratiskan biaya kuliah bagi warga lokal, seperti Swedia, Arab Saudi, dan Finlandia. Sedangkan, N26 menemukan bahwa estimasi biaya kuliah dalam setahun di Indonesia mencapai Rp 38 juta lebih.
Nominal yang ditampilkan dalam hasil riset tercantum dalam mata uang euro, namun kemudian Tempo mengkonversi nilainya ke rupiah dengan asumsi 1 euro setara Rp 16.500. Untuk menghitung secara rata-rata biaya kuliah dalam setahun di suatu negara, N26 mengkalkulasi estimasi biaya kuliah dibagi dengan jumlah jurusan yang menjadi sampel penelitian ini.