Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pagi itu giliran pelajaran bahasa Indonesia. Hary Pujianto, sang guru, memberikan tugas kepada 28 muridnya untuk membuat contoh pengumuman tentang acara Pramuka. Guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri Menteng 03 Pagi Jakarta Pusat itu tak perlu berkeliling membagikan selebaran contoh soal. Ia hanya duduk di kursinya, lalu klik, dan semua tugas sudah beredar ke setiap siswa.
Pelajaran bahasa di SD Menteng, Selasa pekan lalu itu, berbeda dengan sekolah lain. Tidak perlu bolpoin atau buku. Setiap murid hanya duduk di depan sebuah laptop, yang tersambung ke komputer Pak Guru melalui jaringan nirkabel. Mereka mengerjakan tugas dengan mengetiknya di program Microsoft Word.
”Pak, boleh nggak main game,” teriak salah seorang murid yang sudah menyelesaikan tugasnya. Hary pun mengangguk. Ini bukan sembarang game, tapi permainan yang dirancang untuk anak SD, misalnya kuis matematika, sains, hingga pengenalan lingkungan. Setelah semua murid menyelesaikan pekerjaannya, Hary memeriksa satu per satu tugas mereka dengan ditampilkan melalui proyektor di layar besar.
Sekolah yang dikenal dengan nama SD Republik Venezuela ini merupakan percontohan program Intel World Ahead dengan produk laptop Classmate. Di Indonesia, laptop ini dicap dengan merek lokal, Zyrex Anoa. Sekolah ini menerima sumbangan 50 unit laptop mungil sejak Januari lalu. Intel akan menyumbangkan seratus ribu laptop ke seluruh dunia, yang 32 ribu di antaranya tersebar di Asia Pasifik.
Sebelum proses belajar-mengajar berjalan, Intel melatih beberapa guru mengenai cara kerjanya. Menurut Harry, SD Menteng mengerahkan sepuluh guru untuk mengajar dengan Anoa. Setelah itu guru yang sudah mahir menularkan ilmu kepada rekannya sekali dalam sepekan.
Hary mengatakan, efektivitas program ini belum terlihat karena baru dimulai tahun ini. Menurut dia, sukses program ini bisa diukur setelah melihat nilai murid dan membandingkannya dengan sebelum menggunakan laptop. Di beberapa negara, pemakaian laptop di kelas meningkatkan nilai matematika dan bahasa Inggris, seperti di India. Di SD Menteng, ”Anak-anak lebih bersemangat,” kata Harry. ”Dulu, menulis kalimat saja sering malas-malasan.”
SD Menteng baru menerapkan belajar lewat laptop untuk murid kelas III ke atas. Sedangkan kelas I dan II, hanya pengenalan dasar berupa permainan. Untuk beberapa mata pelajaran seperti IPA, IPS, matematika, dan bahasa Indonesia, mereka telah menggunakan laptop mini ini. Alat ini dilengkapi juga pena digital, yang bisa dipakai untuk menulis atau menggambar di kertas tapi hasilnya bisa langsung terlihat di layar. ”Hanya memang kendalanya belum semua guru menguasai benar cara kerjanya,” ujar Hary.
Laptop ini juga bisa langsung terhubung ke Internet karena memiliki jaringan nirkabel. Dengan fasilitas ini, sekolah bisa melaksanakan proses belajar virtual. Murid-murid pun bisa leluasa berselancar di Internet. Guru bisa mengontrol pemakaian Internet muridnya. Guru juga bisa meminta murid diam tanpa harus berteriak. Cukup klik fitur silence di komputer server kalau ada siswa ribut di kelas. Maka layar komputer murid itu berubah menjadi hitam dan ada tulisan silence.
SD Menteng menjadi proyek perintis di Indonesia bersama SD Gunung 05 Pagi Jakarta Selatan. Dua sekolah ini mendapat kesempatan lebih dulu sebelum Zyrex Anoa dijual bebas mulai Sabtu dua pekan lalu dengan harga mulai Rp 3,5 juta. ”Kalau sekolah yang beli, harganya akan lain,” kata Timothy Siddik, Presiden Direktur PT Zyrexindo Mandiri Buana.
Zyrex Anoa memang ditujukan buat anak sekolah usia 5 hingga 12 tahun. Papan ketiknya dirancang buat jari ukuran mungil. Layarnya pun setengah ukuran laptop biasa, 7 inci. Beratnya tidak sampai dua kilogram. Sisi luar laptop dilengkapi penutup sehingga lebih tahan banting.
Bentuk dan perangkat keras laptop ini sama di seluruh dunia karena desain standarnya dari Intel. Perusahaannya juga masih mendatangkan langsung dari Taiwan. Zyrex hanya menempelkan merek. ”Ke depan, mudah-mudahan kita bisa juga membuat sendiri sehingga bisa menekan harga,” ujar Timothy.
Anoa hanya memiliki ruang penyimpan data flash 2 gigabita. Sangat sempit buat keperluan game atau pekerjaan kantoran. Apalagi kalau menggunakan sistem operasi Windows XP dan program Office penuh, yang memerlukan ruang hingga 2 gigabita. Belum lagi kalau mau main game. Tentu saja pemakai perlu membeli lagi hard disk eksternal plus CD Rom. ”Laptop ini memang bukan ditujukan buat yang ingin berhemat dan mengharapkan spesifikasi tinggi,” kata Budi Wahyu Jati, Country Manager Intel Indonesia.
Menurut Budi, Classmate ditujukan buat pengenalan dini komputer. Tak hanya membidik sekolah, Intel juga membidik calon pemakai yang selama ini belum memiliki kesempatan membeli laptop. Di samping itu, mereka juga membidik pemakai yang ingin menjadikan Classmate sebagai laptop kedua.
Laptop mungil ini akan segera beredar di 10 provinsi lain di Indonesia. Budi mengatakan, Indonesia memiliki potensi menyerap laptop kelas ini hingga 7 juta unit dengan penjualan biasa serta sumbangan. ”Kami fokuskan lebih dulu di Pulau Jawa,” ujar Budi.
Anoa muncul hanya berselang sebulan dari Asus EeePC, yang menjajaki pasar Indonesia di Jakarta sejak 26 Januari lalu. Asus lebih membidik pasar umum. EeePC harganya Rp 3,6 juta untuk sistem operasi Linux dan Rp 3,9 juta buat Windows XP. Produk buatan Taiwan ini ludes hingga 300 unit dalam peluncuran perdananya. Saat ini pembeli harus menunggu laptop ini dengan cara memesan dan membayar lebih dulu. Beberapa toko atau forum di Internet malah menawarkan EeePC di atas Rp 4 juta.
EeePC baru dikenalkan kepada khalayak dalam pameran komputer di Taiwan pada Juni tahun lalu. Banderol awalnya US$ 200. Nama laptop ini singkatan dari Easy to learn, Easy to work & Easy to Play. Di saluran penjualan Taiwan ETTV Shopping, EeePC terjual 200 unit dalam 20 menit. Jadi, satu laptop terjual setiap enam detik.
Asus EeePC menjadi laptop terbaik versi CNET karena harganya yang miring ketimbang komputer mini portabel lainnya seperti merk EasyNote XS20, Gigabyte UMPC U60, Kohjinsha SH6, atau Raon Digital Everun. Ketangguhan EeePC juga bisa ditingkatkan, misalnya memperbesar kemampuan prosesor dan kapasitas memori, menambah bluetooth, hingga membuatnya menjadi layar sentuh. Dalam situs belanja di Internet, EeePC dengan layar sentuh ini sudah beredar. Hanya, harganya jauh di atas yang standar.
Meski kelengkapannya terbilang minim, laptop-laptop kecil itu sudah cukup maksimal buat anak sekolah. Tengoklah murid kelas IV SD Menteng, yang begitu anteng dengan komputernya. Mereka terlihat masih bersemangat meski bel berbunyi tanda pelajaran bahasa selesai. Baru setelah Pak Guru mengingatkan, mereka menghentikan kegiatan dan menyimpan kembali laptopnya di lemari laboratorium. Lalu mereka kembali ke dunia asal, belajar dengan buku dan menulis dengan pensil.
Yandi M.R.
Asus EeePC Harga: mulai Rp 3,6 juta Layar: 7 inci Dimensi: 245x196x144 mm Berat: 0,92 kg Prosesor: Intel Mobile 900 Mhz Memori: DDR2 512 MB Kapasitas Penyimpanan: NAND Flash 4 GB Sistem Operasi: Linux, Windows XP Jaringan: 10/100 MBps LAN on board, WLAN 802.11 b/g w/ Antenna
Zyrex Anoa Harga: mulai Rp 3,5 juta Layar: 7 inci Dimensi: 245x196x144 mm Berat: 1,45 kg Prosesor: Intel Mobile 900Mhz Memori: DDR2 512 MB Kapasitas penyimpanan: NAND Flash 2 GB Sistem Operasi: Linux, Windows XP Jaringan: 10/100 MBps LAN on board, WLAN 802.11 b/g w/ Antenna
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo