Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Metabrowser pada dasarnya adalah suatu bentuk layanan penggabungan pelbagai macam situs dalam satu halaman tampilan. Isinya disesuaikan dengan keinginan pengguna. Pengguna yang setiap hari hanya ingin melihat situs-situs koran lokal, misalnya, tinggal mengisikan daftar alamat semua situs tersebut dalam satu keranjang. Seandainya suatu saat pengguna ingin melihatnya, klik saja keranjang itu, selanjutnya metabrowser menampilkan satu halaman berisi sederet halaman depan situs-situs koran lokal tadi. Jadi, dalam satu halaman internet, pengguna dapat melihat halaman depan, umpamanya, situs Kompas, Media Indonesia, Republika, dan Bisnis Indonesia sekaligus.
Latar belakang kemunculan situs metabrowser adalah kenyataan bahwa internet mirip samudra tak bertepi. Di dalamnya terdapat ribuan "pulau" yang disebut situs. Seperti halnya pulau dalam arti sebenarnya, tentu saja ada pula situs-situs perawan yang belum pernah sekali pun dikunjungi orang kecuali pemiliknya sendiri. Sebagian besar pengunjung internet lebih sering mendatangi "pulau-pulau" besar yang berisi aneka ragam layanan dan fasilitas, misalnya Yahoo!, Hotmail, atau CNN, yang memang sudah terkenal dari awal.
Kondisi tersebut merupakan sesuatu yang normal dan alamiah. Normal karena toh seorang pengunjung mustahil menjelajahi semua situs yang ada. Maklum, menurut biro riset Media Matrix, dewasa ini ada lebih dari 1,5 miliar situs. Alamiah lantaran tiap netter pasti memiliki situs favorit sendiri-sendiri. Seorang pemusik, misalnya, cenderung langsung menuju situs musik dan hanya sesekali ke situs nonmusik. Jarang seorang pengakses memperluas jangkauan selancarnya ke situs-situs di luar "wilayahnya" kecuali ia tergolong pecandu berat internet atau memang sedang mencari informasi tertentu yang tersebar di banyak situs. Hampir bisa dipastikan, mereka yang terbiasa berselancar selalu kembali ke situs yang sesuai dengan minatnya. Karena itulah muncul metabrowser.
Metabrowser diciptakan oleh Marc Fest, wartawan lepas asal Jerman yang sekarang tinggal di Miami, Amerika, pada Januari 1999. Layanan itu dibuat dengan bahasa program PERL. Sebelum akhirnya membuat metabrowser, setiap hari Fest sangat repot karena mesti berselancar ke pelbagai situs berita untuk memperoleh ide tulisan. Lama-kelamaan, ia merasa cara tersebut tidak praktis dan memboroskan waktu. Bayangkan berapa lama ia harus mengunjungi satu per satu situs itu dalam satu hari. Pikir punya pikir, akhirnya dia menemukan ide: mengapa tidak menggabungkan belasan situs yang biasa dikunjungi sehari-hari dalam satu halaman sekaligus, sehingga dengan sekali klik ia dapat melihat semuanya?
Berkat metode metabrowser, Fest bisa menghemat banyak waktu. Berdasarkan pengalamannya, sementara dulu ia membutuhkan waktu dua jam untuk menyisir lebih dari 20 situs media sekaligus, sekarang cukup dengan 20 menit.
Fest, yang ingin membagi ilmunya kepada semua netter, lantas membuka situs www.quickbrowse.com. Di situ, pengunjung dapat membuat sendiri daftar situs yang paling sering dikunjungi secara gratis. Situs ini menjadi populer setelah seorang wartawan harian Bangkok Post mengulasnya pada 1 Maret 1999 dan melahirkan sejumlah epigon.
Dewasa ini, ada puluhan situs yang memosisikan diri dan menyediakan layanan seperti Quickbrowse. Selain tiga yang baru di atas, ada pula CallTheShots.com, Yodlee.com, Katiesoft.com, dan sebagainya. Akhir bulan lalu, seorang analis internet, Walter S. Mossberg, mengulas situs-situs tersebut di koran Asian Wall Street Journal. Menurut Mossberg, sampai saat ini belum ada yang sanggup menandingi Quickbrowse, terutama dalam hal kesederhanaan.
Wicaksono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo